Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyusuri Kampung Laweyan, Bukan Sekedar Sentra Batik Surakarta

image-gnews
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan batik printing di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 5 Juli 2017. Industri batik printing yang diproduksi sesuai pesanan tersebut mampu menyelesaikan 1000 meter perharinya dengan harga cetak bervariasi dari 15ribu hingga paling mahal 35 ribu permeternya. Batik tersebut dipesan hingga ke luar pulau Jawa. Tempo/Bram Selo Agung
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan batik printing di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 5 Juli 2017. Industri batik printing yang diproduksi sesuai pesanan tersebut mampu menyelesaikan 1000 meter perharinya dengan harga cetak bervariasi dari 15ribu hingga paling mahal 35 ribu permeternya. Batik tersebut dipesan hingga ke luar pulau Jawa. Tempo/Bram Selo Agung
Iklan

TEMPO.CO, Surakarta - Menyusuri kampung Laweyan lebih nyaman dengan berjalan kaki, paling tidak bersepeda motor. Jalannya cukup sempit di kampung batik ini, dan diapit tembok tinggi di kanan-kiri. Beberapa gang bahkan tidak muat untuk dilalui mobil sedan sekalipun.

Gerai-gerai batik ditata dengan nuansa vintage bagai menyusuri museum. Kesan itu didukung oleh gaya bangunan art deco yang dipertahankan. Konsep itu membuat suasana kampung Laweyan menjadi hommy, tidak seperti berkunjung ke toko biasa.

Batik Putra Laweyan adalah salah satunya. Gerai itu tertutup dengan tembok tinggi dari luar. Setelah melalui gerbang yang terbuat dari papan kayu tebal, keindahan rumah kuno yang dimanfaatkan menjadi gerai batik baru terlihat.

Beberapa set kursi jengki ditata untuk tempat istirahat pembeli yang telah capek berkeliling Laweyan. Jika haus, bisa memesan minuman yang pernah populer di era 80-an, seperti Limun Sarsaparilla maupun minuman Temulawak. Tempat itu dinaungi pohon manga yang besar sehingga terasa teduh dan segar.

Suasana kontras terasa di bagian belakang gerai yang menjadi lokasi produksi batik. Uap malam –lilin untuk membatik- mengepul bercampur dengan uap air panas untuk mencelup batik sehingga udara terasa agak pengap.Suasana tempat bekerja para perajin Cap Batik di perkampungan Premulung, Laweyan, Surakarta, 5 Juni 2015. TEMPO/Bram Selo Agung

Enam pembatik perempuan terlihat cukup nyaman menorehkan canthing berisi malam pada hamparan kain yang terpasang di gawangan. Beberapa pemuda dengan telanjang dada mencelupkan kain yang telah diwarnai untuk meluruhkan malamnya. Bau khas pewarna kain terasa menyengat hidung.

Putra Laweyan merupakan salah satu dari sekian banyak usaha batik yang ada di Laweyan. Usaha batik itu berlangsung turun-temurun, meski juga beberapa kali berganti brand. Beberapa jejak sejarah menunjukkan bahwa Laweyan memang sudah sejak berabad-abad silam menjadi penghasil batik.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


15 Tempat Wisata di Solo yang Populer di Sosial Media

14 Desember 2023

Kota Solo menawarkan banyak sekali tempat wisata yang kaya akan sejarah dan budaya. Berikut adalah rekomendasi 15 tempat wisata di Kota Solo. Foto: Canva
15 Tempat Wisata di Solo yang Populer di Sosial Media

Kota Solo menawarkan banyak sekali tempat wisata yang kaya akan sejarah dan budaya. Berikut adalah rekomendasi 15 tempat wisata di Kota Solo.


5 Sentra Batik di Kota Solo Wajib Kunjung

23 Maret 2021

Perajin usai membuat Batik Quran diatas lembar kain Primis di kawasan Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 15 Juni 2016. Batik Quran tersebut tidak dijual namun ongkos produksi jika dijual setara dengan harga 150-200 ribu rupiah. TEMPO/Bram Selo Agung
5 Sentra Batik di Kota Solo Wajib Kunjung

Kota Solo memiliki beberapa sentra batik, tapi 5 kampung batik ini wajib masuk daftar kunjung jika melancong tempat asal Presiden Jokowi ini.


Kisah Kampung Laweyan, Pasar Kapas Menjadi Kampung Batik

23 Maret 2021

Perajin membuat pesanan Cap Batik di perkampungan Premulung, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 5 Juni 2015. Cap Batik yang dibuat 85 persen terbuat dari bahan tembaga, sangat  rumit dalam pembuatannya. TEMPO/Bram Selo Agung
Kisah Kampung Laweyan, Pasar Kapas Menjadi Kampung Batik

Kampung Laweyan, Solo, memiliki sejarah panjang hingga kini dikenal sebagai kampung batik.


Laweyan Solo Jadi Kampung Batik Ramah Lingkungan

2 Oktober 2019

Pekerja mengerjakan proses awal pembuatan batik tulis di kawasan Kampung Wisata Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kamis 20 September 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
Laweyan Solo Jadi Kampung Batik Ramah Lingkungan

Kampung Batik Laweyan Solo, Jawa Tengah, mulai menerapkan konsep Eco Culture Creative Batik agar lebih ramah lingkungan.


Pembatik Laweyan Kerjakan Al Quran Batik Ukuran Besar

22 Mei 2019

Seorang pengunjung melihat Quran Batik yang dibuat di Mahkota Laweyan, Solo. Produsen batik itu mulai mengerjakan pembuatan Quran Batik 30 juz sejak tiga tahun lalu. TEMPO/Ahmad Rafiq
Pembatik Laweyan Kerjakan Al Quran Batik Ukuran Besar

Salah satu produsen batik di Solo, Mahkota Laweyan saat ini tengah berupaya menyelesaikan pembuatan Al Quran Batik sebanyak 30 juz.


Kunjungi Kampung Laweyan, Sandiaga Diteriaki Sekelompok Orang

5 Februari 2019

Cawapres 02, Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Batik Laweyan, Solo, Selasa 5 Februari 2019. Di sekitar lokasi bertebaran atribut pasangan 01 Jokowi-Ma'ruf Amin. TEMPO/AHMAD RAFIQ
Kunjungi Kampung Laweyan, Sandiaga Diteriaki Sekelompok Orang

Saat hendak meninggalkan lokasi pertemuan di Kampung Laweyan, Solo, Sandiaga diteriaki oleh sekelompok orang.