Ukiran gambar orang menunjukkan bahwa di dalamnya tersimpan jenazah pemimpin atau dotu dalam bahasa setempat. Sedangkan gambar hewan menandakan seseorang yang berprofesi sebagai pemburu.
Tidak hanya tubuh yang disimpan dalam batu berongga itu, tapi juga benda atau harta yang dimiliki berupa senjata, perlengkapan makan, dan perhiasan. Satu waruga tidak digunakan untuk satu jenazah saja, melainkan sekeluarga. Sehingga jumlah jasad dalam satu peti itu bisa mencapai belasan orang. Karena bentuk batunya tidak sepanjang tubuh manusia, jenazah diposisikan seperti sedang duduk atau jongkok.
Semula waruga tersebar di sejumlah desa, namun akhirnya sebanyak 144 waruga dikumpulkan menjadi satu di Desa Sawangan. Tapi selain yang telah terkumpul, masih banyak waruga tersebar di daerah Minahasa.
Cara pemakaman ini dihentikan pada 1817 oleh penguasa Belanda. Alasannya, karena memicu gangguan kesehatan karena memang menimbulkan bau busuk.
Keramik di Museum peninggalan Situs megalitikum pemakaman leluhur suku Minahasa Waruga di desa Sawangan, Minahasa Utara, Jumat (6/12). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Berada di antara pepohonan, dengan jalan yang memisahkan dua sisi taman, membuat pengunjung nyaman mencermati satu demi satu waruga dan merasakan suasana pemakaman kuno ini. Di dekat pintu masuk, wisatawan bisa singgah ke museum mini yang berupa rumah panggung. Di dalamnya tersimpan benda-benda yang ditemukan dalam waruga, misalnya, piring-piring kuno, kalung dari batu, dan jenis perhiasan lain. Selain itu, ada foto-foto pejabat negara yang datang ke objek wisata tersebut.