Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kedai Jeng Hai Lasem, Favorit Traveler dan Warga Beragam Kalangan

image-gnews
Penampakan warung kopi Jeng Hai Lasem di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tempo/Francisca Christy Rosana
Penampakan warung kopi Jeng Hai Lasem di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tempo/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penampakannya biasa saja, hanya warung kopi dengan bangunan sederhana. Tak ada mesin giling, interior retro, apalagi kursi-kursi industrial seperti layaknya tempat nongkrong kekinian di Ibu Kota. Namun, hampir setiap hari para wisatawan dan orang berbagai latar belakang tak pernah absen bertandang ke Warung Kopi Jeng Hai di Desa Karangturi, Lasem, Jawa Tengah.

Warung Kopi Jeng Hai kesohor sebagai tempat ngopi favorit pelancong di kawasanan pecinan pantai utara itu. Si empunya, Hai, adalah keturunan kedua dari pemilik pertama kedai Jeng Hai. Ruang seduh sederhana itu telah berdiri sejak 1965. “Dulu bentuknya bukan bangunan permanen. Hanya gubuk yang berdiri di bawah pohon talok (ceri Jawa),” katanya saat ditemui Tempo di Lasem, Juli lalu.

Warung Jeng Hai pertama kali dipopulerkan oleh pemerhati budaya Cina sekaligus dosen Sastra Cina Universitas Indonesia, Agni Malagina, bersama komunitas pegiat wisata Lasem, yakni Kesengsem Lasem. Dua tahun lalu, Agni dan komunitas itu menyambangi warung ini dan menemukan keistimewaannya.

Kata Agni yang kala itu ditemui di Lasem, warung milik Hai menjual kopi lokal yang otentik dengan harga sangat murah. Benar saja, kopi yang dijajakan adalah kopi lelet seharga Rp 3.000 per gelas.

Kopi lelet adalah kopi robusta yang digiling halus. Proses penggilingannya sampai tujuh kali hingga bubuk kopi benar-benar lembut seperti bedak. Umumnya, kopi lelet digiling demikian supaya ampasnya bisa dipakai untuk membatik pada rokok. Kegiatan ini lazim dilakukan penduduk lokal dan sudah melekat menjadi budaya turun-temurun.

Kedai kopi sederhana ini tak cuma menjual kopi khas. Namun juga menyatukan semua lapisan masyarakat. Interaksi horisontal antar-warga dari berbagai latar belakang terjadi renyah saban pagi hingga sore. Warga masyarakat yang nongkrong di sini memiliki profesi beragam.Warga berabagai kalangan datang dan mengobrol di kedai Jeng Hai Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Juli 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada pengacara daerah, pemuka agama Islam sekaligus pemilik pesantren, juga pemuka agama Buddha. Lalu ada pemilik usaha batik terbesar di Lasem, pemilik penginapan, petani, buruh pabrik. Ditambah lagi wisatawan yang datang dari berbagai daerah.

Di dalam warung itu, beragam obrolan diramu. Waktu itu, mereka tengah mengobrol soal panen garam yang meningkat karena waktu kemarau lebih panjang tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Juga membicarakan bintang film yang kebetulan sedang syuting di Lasem.

Sambil menyeruput kopi, para pengunjung menikmati beragam jajanan khas Lasem yang sudah disediakan oleh Hai. Para tamunya bisa memilih sesuai dengan selera. Ada tahu isi bihun, lalu tempe kemul. Ada juga ketan srundeng yang sudah mulai langka di pasar.

Warung ini buka saban hari setiap pagi pukul 05.00 hingga malam pukul 19.00-an. Namun khusus Minggu, warung hanya buka sampai siang. Sedangkan untuk menuju ke sini, wisatawan bisa berjalan kaki menuju area Tiongkok Kecil dari pusat Kota Lasem.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Museum Islam Nusantara Lasem Diresmikan, Simpan Artefak hingga Manuskrip Bersejarah

16 September 2023

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meresmikan Museum Islam Nusantara Lasem di Rembang, Jawa Tengah, Sabtu, 16 September 2023 (Instagram/@sandiuno)
Museum Islam Nusantara Lasem Diresmikan, Simpan Artefak hingga Manuskrip Bersejarah

Museum Islam Nusantara menyimpan koleksi artefak, naskah, manuskrip, serta narasi tokoh-tokoh Islam.


Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

24 Januari 2023

Petugas meletakkan bunga mawar di atas kuburan di komplek pemakaman Yuhanshan di Jinan, Provinsi Shandong, Cina, 2 April 2020. Perayaan Cheng Beng atau Festival Qingming merupakan ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur.  Xinhua/Wang Kai
Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

Tiga bulan setelah Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa menggelar Cheng Beng untuk mengenang leluhur mereka.


Museum Nyah Lasem, Menilik Rumah Saudagar Batik Lasem Soe San Tio

6 Desember 2021

Museum Nyah Lasem di Rembang, Jawa Tengah. Foto: Antaranews
Museum Nyah Lasem, Menilik Rumah Saudagar Batik Lasem Soe San Tio

Pada masa lalu, Lasem dikenal sebagai Tiongkok Kecil. Banyak saudagar batik yang tinggal di sana.


Pasar Rakyat Lasem Dibuka, Cara Belanja Batik Lasem dari Rumah

13 Mei 2020

Para pembatik di kampung Batik di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Pasar Rakyat Lasem Dibuka, Cara Belanja Batik Lasem dari Rumah

Ruang niaga Pasar Rakyat Lasem itu bisa diakses melalui situs kesengsemlasem.com.


Menginap di Rumah Kuno Berarsitektur Persia di Lasem

23 September 2019

Rumah Ijo salah satu rumah berarsitektur Persia di Lasem. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Menginap di Rumah Kuno Berarsitektur Persia di Lasem

Lasem telah ada jauh sebelum Semarang menjadi bandar utama di utara Jawa. Kota ini memiliki gedung-gedung tua, salah satunya berarsitektur Persia.


Belajar Toleransi di Pesantren Berarsitektur Cina di Lasem

28 September 2018

Pos ronda di depan Pondok Pesantren Kauman, Lasem, Jawa Tengah. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Belajar Toleransi di Pesantren Berarsitektur Cina di Lasem

Pesantren Kauman di Lasem, Jawa Tengah, memiliki bangunan unik. Rumah induknya ialah bangunan Cina kuno dan ornamennya pun sarat peranakan.


Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu

2 Agustus 2018

Suasana rumah opium di Lasem, Jawa Tengah, yang menjadi pusat penggelapan Candu zaman dulu. Tempo/Francisca Christy Rosana
Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu

Gedung Lawang Ombo di Jalan Sunan Bonang, Lasem, Jawa Tengah, adalah saksi sejarah perdagangan candu masa silam.


Rumah Oei, Bangunan Cina Kuno Berusia 200 Tahun di Lasem

30 Juli 2018

Seorang pengunjung di Rumah Oei, Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tempo/Francisca Christy Rosana
Rumah Oei, Bangunan Cina Kuno Berusia 200 Tahun di Lasem

Rumah Oei merupakan rumah yang pusat seni, budaya, dan kuliner di Lasem. Sejak 2016 kini telah dibuka kembali setelah vakum 70 tahun.


Sepiring Lontong Tuyuhan dan Sisi Lain Pecinan Lasem

29 Juli 2018

Sepiring lontong Tuyuhan yang berasal dari Desa Tuyuhan di Kabupaten Rembang. Satu porsi dibanderol Rp 12 ribu. Tempo/Francisca Christy Rosana
Sepiring Lontong Tuyuhan dan Sisi Lain Pecinan Lasem

Memburu kuliner lontong tuyuhan adalah keharusan bila sedang di Lasem, sebuah kota pecinan kuno di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.


Yopia, Warisan Kuliner Lasem yang Bertahan Ratusan Tahun

21 Juli 2018

Yopia adalah kue kering berkulit tipis berisi gula Jawa. Merupakan salah satu kuliner khas Lasem, Rembang. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Yopia, Warisan Kuliner Lasem yang Bertahan Ratusan Tahun

Kecamatan kecil yang terkenal karena wilayah pecinan ini juga memiliki warisan kuliner yang masih bisa dicicipi, yakni yopia.