Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keraton dan Puro Pakualaman Yogya Akan Memamerkan Koleksi Batik

image-gnews
Ratu Denmark Margareth II (tengah) memilih batik pada stand pameran batik saat kunjungan di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, 24 Oktober 2015. TEMPO/Pius Erlangga
Ratu Denmark Margareth II (tengah) memilih batik pada stand pameran batik saat kunjungan di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, 24 Oktober 2015. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton dan Puro Pakualaman Yogyakarta akan menggelar kolaborasi pameran batik koleksi dua lembaga adat tersebut dalam pameran bertajuk Cerita Di Balik Goresan Canting di Gedung Oval Taman Pintar, 26 Februari sampai 4 Maret 2018.

Pameran ini digelar untuk merayakan Hadeging Nagari Ngayogyakarta atau peringatan berdirinya Kota Yogyakarta ke 271. Keraton Yogyakarta akan menampilkan 14 koleksi batik dan Puro Pakualaman sebanyak 12 koleksi batik.

Baca juga: Motif Batik Yogyakarta yang Hampir Punah

“Kami akan membawa koleksi batik tertua di Keraton dalam pameran itu,” ujar Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Keraton Yogya, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, Kamis, 22 Februari 2018.

Lembaga Nitya Budaya adalah lembaga di bawah keraton yang selama ini bergerak menangani museum dan manuskrip Keraton. GKR Bendara yang juga putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan koleksi batik tertua yang disimpan keraton antara lain batik motif parang dan kawung.

Dua motif ini sudah diciptakan sejak era Sultan Agung, 1613–1645. Hanya saja untuk batik parang maupun kawung yang akan dipamerkan kali ini usia kainnya tidak setua ketika motif diciptakan.

“Usia kain parang yang dipamerkan yang jelas sebelum Ngarsa Dalem (Sultan HB X) jumeneng (bertahta),” ujar Bendara. Sultan HB X sendiri dinobatkan sebagai raja Keraton pada 1989.

Selain motif parang dan kawung, Bendara mengatakan dalam pameran itu juga akan memboyong koleksi batik motif taruntum. Motif ini biasanya dipakai untuk keperluan prosesi midodareni, bagian proses pernikahan adat Jawa berupa pingitan untuk calon pengantin wanita sehari sebelum prosesi pernikahan.

Selain itu dari Keraton juga mengeluarkan motif batik yang belum banyak dikenal seperti ceplok ratu ratih yang dibuat berdasarkan cerita pewayangan Dewi Ratih, istri Bhatara Kamajaya yang menyimbolkan keabadian cinta.

Tak ketinggalan batik motif dodot sepanjang 10 meter yang pernah digunakan GKR Bendara saat melangsungkan pernikahan besarnya pada 2011 juga ikut dipamerkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Permaisuri Raja Puro Pakualam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam mengatakan pameran ini akan membawa koleksi batik yang selama ini dibuatnya untuk koleksi museum Puro Pakualaman. “Batik-batik yang saya buat biasanya bersumber dari naskah-naskah kuno Puro Pakualaman, mulai sejarah dan filosofinya,” ujar Paku Alam.

Misalnya saja motif asta brata. Asta brata merupakan kisah kepemimpinan yang telah dibukukan atau ditulis Paku Alam X, dia menuangkan dalam karya batik. Motif ini menggambarkan tentang delapan sifat yang mesti dimiliki seorang pemimpin.

Selain itu, Paku Alam juga akan menampilkan koleksi batik dengan motif bernama Wilaya Kusuma Jana. Motif ini diwarnai bentuk bungan dan jalinan, mirip simbol keseimbangan Yin-Yang dalam filosofi Cina, yang menggambarkan dua sisi manusia. “Motif Wilaya Kusuma Jana ini mengajak pemakainya saat direndahkan tidak marah, ketika dipuja tidak tinggi hati,” ujarnya.

Paku Alam pun akan membawa koleksi batik motif sestradi yang bersumber dari ajaran kuno Paku Alam I dan II tentang 21 rahasia kehidupan Puro Paku Alaman, tentang sifat dan buruk manusia. Motif ini banyak diwarnai dengan gambar huruf Jawa.

Pameran koleksi batik ini tidak untuk dijual kepada publik melainkan hanya sebagai wahana edukasi untuk mengenal lebih dalam koleksi batik dua lembaga.

Kepala Taman Pintar Yogyakarta Afia Rosdiana menuturkan khusus pada hari Sabtu dan Minggu, 3-4 Maret 2018, akan ditampilkan praktek pembuatan batik di area pameran oleh para pembatik khusus Keraton dan Puro Pakualaman.

“Sehingga pelajar dan masyarakat yang jadi sasaran pameran ini bisa lebih mengenal cara membatik motif dari Keraton dan Puro Pakualaman,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Artikel Lain: Museum Batik Danar Hadi Perkuat Identitas Solo sebagai Kota Batik

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

3 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".


Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

4 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director International Finance Corporation (IFC) Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat, Ahad, 21 April 2024. Sumber: Instagram @smindrawati
Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.


Cerita dari Kampung Arab Kini

5 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

8 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

9 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

32 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

35 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

45 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

49 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

51 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.