Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Motif Batik Yogyakarta yang Hampir Punah

image-gnews
Kain batik motif Parang. Wikipedia.org
Kain batik motif Parang. Wikipedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Puro Pakualaman Yogyakarta menyebut dari empat jenis motif batik khas Yogyakarta, ada satu jenis motif batik yang nyaris punah atau hilang karena hampir tak ada lagi pengrajin yang menekuninya.

“Namanya batik nitik, motif asli Yogya ini nyaris punah karena pembatik yang mau mengerjakan motif ini sudah jarang sekali,” ujar pemerhati batik yang juga permaisuri Raja Puro Pakualam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam, Kamis, 22 Februari 2018.

Baca juga: Hari Batik Nasional: Eksotisme Batik di Papua

Batik nitik merupakan salah satu motif tersulit dalam dunia batik tulis. Dengan ciri dominan berupa titik-titik di seluruh bagian. Karena menggambarnya dengan cara membentuk titik-titik inilah proses pengerjaan motif nitik memakan waktu paling lama dibanding motif lain. Saat ini, bahkan, di pusat pengrajin batik tulis Wukirsari Imogiri Bantul Yogya, pengrajin yang menekuni atau memproduksi batik nitik bisa dihitung jari.

Akibat proses pengerjaan tersulit dan terlama ini tak heran jika di pasaran harga motif nitik ini terbilang paling mahal dibanding motif lain. Yang masuk dalam motif batik nitik ini antara lain motif cakar ayam dan truntung.

Paku Alam menuturkan di Yogyakarta secara umum dikenal memiliki empat jenis motif batik besar. Pertama, tentu saja motif parang yang amat populer dan diciptakan Keraton Yogyakarta. Salah satu motif parang yang terkenal dan dianggap sakral dari Keraton yakni parang barong yang hanya boleh dikenakan oleh raja.

Ada ratusan turunan motif parang, mulai jenis parang ceplok, parang seling, rujak sente, dan udan liris. Motif batik khas Yogya yang kedua yakni semenan. Turunan jenis motif semenan ini seperti sidomukti dan wahyu tumurun. Motif batik Yogya ketiga yakni ceplok, yang ditandai dengan dominasi bentuk kotak-kotak. Dan motif terakhir adalah nitik yang dinilai hampir punah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Paku Alam menilai motif batik khas Yogya ini belakangan kurang dikenal di rumahnya sendiri, Yogyakarta. Sebab di sentra-sentra cinderamata atau penjualan batik yang marak di Yogya, motif khas Yogya sendiri juga sangat sedikit.

Dari pengamatan yang pernah dilakukan Pura Pakualaman ke Pasar Beringharjo yang selama ini menjadi sentra penjual batik misalnya, motif batik khas Yogya hanya ada 30 persen. Sisanya dikuasai batik khas Solo, Pekalongan, Madura, dan daerah lain.

Untuk mengenalkan kembali motif batik khas Yogya itulah, Keraton dan Puro Pakualaman kini mempersiapkan pameran batik kolaborasi yang akan digelar di Taman Pintar Yogyakarta pada 26 Februari-4 Maret 2018.

Dalam pameran yang dilakukan bertepatan dengan perayaan Hadeging Nagari Ngayogyakarta (peringatan berdirinya Kota Yogyakarta) ke 271 itu, Keraton Yogya akan menampilkan 14 koleksi batik dan Puro Pakualaman sebanyak 12 koleksi batik.

PRIBADI WICAKSONO

Artikel Lain: Museum Batik Danar Hadi Perkuat Identitas Solo sebagai Kota Batik

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

1 hari lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

2 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

26 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

28 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

38 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

43 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

45 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

47 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

52 hari lalu

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.