TEMPO.CO, Jakarta -Debi Alfira, 37 tahun, menghabiskan hampir separuh usianya di Jepang. Warga ber-KTP DKI Jakarta yang berprofesi sebagai pemandu wisata ini sudah sangat fasih berbagai aturan di negeri sakura itu.
Tak jarang pula, ia mengingatkan kepada para turis asal Indonesia yang dipandunya jika melakukan hal-hal yang dianggap tabu di ngeri itu. Kepada Tempo yang berkunjung ke sana pada akhir November lalu, Debi membagikan beberapa hal yang mesti diperhatikan turis asing di Jepang.
- Batasi penggunaan handphone.Penumpang menaiki kereta yang penuh sesak di sebuah stasiun di Kawasaki, Jepang, 14 Juni 2017. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Khusus laki-laki, kalau sedang di stasiun dan naik tangga atau menunggu sesuatu, jangan terlalu sering memegang telepon genggam. Kalau ada yang nekat melakukan itu, petugas keamanan pasti akan menegur. Debi menjelaskan banyak kasus kejahatan dan pelanggaran susila di Jepang dilakukan melalui ponsel. Misalnya, memanfaatkan kamera ponsel untuk memotret perempuan yang memakai rok dan sedang menaiki tangga. Karena itu lah, para pria dianjurkan tidak menggenggam ponsel ketika berada di stasiun.
- Jangan memotret sembarangan.Seorang wanita memotret ratusan bunga matahari, menggunakan telepon genggam miliknya. Bunga ini dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan beriklim subtropik. Jepang, Tokyo, 3 Agustus 2015. Yuriko Nakao/Getty Images
Kebiasaan turis mancanegara, termasuk Indonesia, adalah memotret kegiatan selama di luar negeri. Kepada turis disarankan tidak mengambil foto yang menampilkan wajah penduduk Jepang.
Warga Jepang, kata Debi, sangat menghargai privasi seseorang. Sehingga, mereka juga enggan jika wajahnya dipotret diam-diam.
Aturan tersebut lebih tegas diterapkan di Kyoto. Pemerintah setempat mengajarkan pada anak-anak sekolah untuk menolak bila diajak berfoto turis. "Di Kyoto, anak umur 0-15 tahun tidak boleh difoto. Memotret anak sekolah juga tidak boleh," katanya.
- Senantiasa membawa kantong plastik.
Para pelancong dianjurkan membawa plastik saat berjalan-jalan kemana pun. Kantong itu terutama digunakan untuk menyimpan sampah, karena tong sampah di Jepang tidak banyak. Dari pantauan Tempo, jumlah tong sampah di Jepang memang tak banyak terlihat. Bahkan nyaris tak ada. Tong sampah hanya ditemukan di toilet umum stasiun.
Menurut Debi, di Jepang, membuang sampah ada harinya tersendiri. Buang sampah dilakukan seminggu dua kali untuk sampah basah, dan sampah seperti botol seminggu sekali.
Jadi untuk kegiatan sehari-hari, mereka biasanya membawa tas tenteng untuk menyimpan bento atau bekal makan, sekaligus untuk menyimpan sampah.
Berita lain:
Muslim dari 3 Negara Ini Paling Banyak Wisata Ziarah ke Yerusalem