TEMPO.CO, Jakarta -Sebanyak 17 dari 27 orang pendaki yang mencapai puncak Gunung Otgontenger telah ditemukan. Para pendaki ini mengalami peristiwa nahas saat dalam perjalanan pulang. Salju di atas mereka longsor. Tapi ada peristiwa nahas lain yang dikaitkan dengan budaya setempat.
Saat itu tahun 1960. Pesawat aero menabrak sisi Gunung Otgontenger. Sebanyak 42 orang penumpang pesawat menjadi korban.
Tim pencari berusaha menemukan mereka dan mereka meminta ijin biksu di Provinsi Zavkhan Aimag. Kebetulan biksu itu tengah meminta hujan karena kawasannya dilanda kekeringan. Sang biksu memberi waktu tiga hari untuk pencarian. Setelah tiga hari pencarian masih berlangsung. Mereka pun terperangkap badai salju.
Gunung Otgontenger cukup lekat dengan budaya Mongolia. Kuil dan pemakaman tua ditemukan di sana. Di lereng utara Gunung terdapat sumber air panas dan Taman Nasional.
Otgontenger diselimuti area bebatuan dan hutan yang dilintasi aliran sungai galsial yang indah, seperti Badarkhundaga. Bagian dari pegunungan Khangai yang berada di wilayah Otgon berbatasan dengan Aldarkhaan. Kuil dibangun di perbatasan antara wilayah sekitar dan puncak Otgontenger pada tahun 1994.
Puncak tertinggi Otgontenger selalu ditutup salju. Ketinggiannya mencapai 4.201 meter, berselimut hutan alam. Pendakian pertama Otgontenger dilakukan melalui sebuah ekpedisi pada tahun 1993. Namun sejak tahun 2015, pemerintah Mongolia melarang pendakian puncak gunung Otgontenger.
Untuk menujuk puncaknya, para pendaki harus mempersiapkan peralatan yang pas dan memadai. Jangan lupa crampon dan kapak es. Kalau hendak berkemah atau berwisata di sana pun bisa. Di sekitar lembah, banyak hotel dan spa, juga tempat berkemah.
Ada baiknya menanyakan tradisi penghomatan terhadap gunung yang berlaku di masyarakat setempat sebelum mendaki atau berkemah.
Khongir-Epedition.Com