Penduduk asli Guyana adalah suku Kreol yang berkulit hitam seperti suku Afrika. Guyana bermakna daratan yang sangat luas dengan banyak sungai. Negeri ini berbatasan dengan Samudra Atlantik di utara, Brasil di timur, dan Suriname di barat.
“Karena itu jangan heran jika orang-orang di sini juga ada yang kenal nasi goreng atau sate, itu dibawa oleh orang-orang Jawa yang tinggal di Suriname,” kata Karel Mertodirjo, warga Suriname yang saya temui di Kourou, kota terbesar kedua setelah Ibu Kota Guyana, Cayenne. Kakek dan nenek Karel berasal dari Jawa.
Kendati fasih berbahasa Indonesia, Karel belum pernah mengunjungi Indonesia. “Saya lahir di Suriname, kami tidak tahu apakah keluarga kami di Jawa masih ada atau tidak,” ujarnya. Untuk pergi ke Guyana dari Suriname, bisa ditempuh melalui perjalanan darat, termasuk menyeberangi Sungai Corantijn, yang memakan waktu sekitar lima jam.Camp Maripas (Tempo/LR Baskoro)
Saat masih dijajah Prancis, Guyana dijadikan tempat pembuangan terpidana kasus kriminal kelas kakap. Kaisar Prancis, Napoleon, pada 1852 memerintahkan pembangunan penjara di sebuah pulau terpencil di sana yang kemudian dikenal sebagai Devils Island atau Pulau Iblis.
Hingga ditutup pada 1953 penjara itu telah menampung sedikitnya 70 ribu narapidana. Mereka dijebloskan ke penjara yang tidak hanya minim fasilitas dan terpencil, juga sangat keras kehidupannya. Demikian kerasnya sehingga pembunuhan antarnarapidana atau sipir terhadap narapidana menjadi hal yang lumrah.
Novel Pappilon karya Henri Charriere yang terbit 1969 berkisah tentang narapidana tak bersalah yang dijebloskan ke sebuah pulau. Ide ceritanya konon berasal dari kisah nyata di penjara Pulau Iblis. Novel ini lantas diangkat ke layar lebar oleh produser Franklin J. Schaffner pada 1973 dengan judul yang sama. Para pemain film ini antara lain Steve Mc Queen dan Dustin Hoffman. Grup musik rock Megadeth pernah juga membuat lagu yang berkaitan dengan pulau ini, judulnya juga Devils Island.
Salah satu atraksi wisata yang kini disuguhkan untuk para turis, ya, melongok-longok dan “menikmati” keseraman ruang-ruang penjara. Penjara itu masih tegak dengan dindingnya yang tebal dan kusam. Untuk ke sana kita harus naik kapal, menghadapi gelombang laut yang untuk sebagian orang akan membuat perut mual.
Selanjutnya: Sungai Amazon dan Tempat Peluncuran Satelit