TAKSI IJEN
Menariknya, baru sejak sekitar 2015, terdapat ‘taksi’ di Ijen. ‘Taksi’ di Ijen bukan seperti taksi yang beredar di jalan beraspal yakni memiliki empat roda lengkap dengan argo terpasang dan pendingin di dalamnya. ‘Taksi’ Ijen merupakan gerobak beroda empat yang pada bagian depannya terdapat dua tali penarik.
Untuk setiap taksi biasanya ditarik oleh satu atau dua orang. Khusus untuk penumpang yang memiliki bobot lebih besar, biasanya membutuhkan lebih banyak orang untuk menarik juga mendorong demi mencapai puncak kawah.
Taksi Ijen dimanfaatkan para penambang belerang untuk menambah penghasilan. Upah untuk pengangkutan belerang hanya Rp950 per kilogram pada kesempatan pertama dan Rp1.025 per kilogram untuk kesempatan berikutnya. Setiap harinya, rata-rata penambang mengangkut 70 kilogram hingga 100 kilogram sehari dalam empat kali kesempatan angkut. Alhasil, penghasilan sehari dari mengangkut belerang hanya sekitar Rp100.000 dengan medan yang berat. Sementara, biaya menarik Taksi Ijen jauh lebih dari itu.
Tarif untuk menggunakan jasa Taksi Ijen adalah Rp700.000 per orang untuk perjalanan menuju dan meninggalkan kawah. Sementara, untuk satu perjalanan dibebankan biaya Rp300.000 hingga Rp400.000. Khusus untuk sekali perjalanan, Taksi Ijen bisa mengangkut hingga dua orang dengan biaya yang lebih murah.
Napian yang pernah merasakan menjadi penambang belerang selama 10 tahun pun mengakui pekerjaan tersebut sangatlah berat. Jelas saja, jalur pendakian yang cukup membuat pengunjung yang baru pertama kali mendaki terengah-engah itu harus dilewati beberapa kali dalam sehari sambil memanggul puluhan kilogram belerang. Ketika masih menambang, belum ada gerobak di puncak kawah. Dulu, katanya, semua penambang memanggul hasil tambangnya dari dasar kawah hingga ke tempat pengepul.
“Hanya dibayar Rp950 per kilo untuk pengangkutan pertama. Kalau narik taksi ini, baru. Dulu tidak ada yang pakai gerobak. Semua dipanggul,” katanya.
BISNIS.COM