TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah daerah Kabupaten Beli, Nusa Tenggara Timur, didorong untuk mengembangkan potensi pariwisata di daerah tersebut agar masa tinggal wisatawan dapat ditingkatkan.
Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kementerian Pariwisata Vinsensius Jemadu mengatakan pemerintah harus menangkap momentum pasca Festival Crossborder Atambua yang baru saja berakhir.
"Ini Festival Crossborder Atambua yang paling heboh. Pemerintah Kabupaten Belu mudah-mudahan bisa mengembangkan pariwisata daerah supaya lenght of stay warga Timor Leste bisa lebih lama lagi saat berkunjung ke Atambua," katanya, Minggu (11 Desember 2016) malam.
Bupati Belu Willybrodus Lay berharap Atambua dapat menjadi kota festival budaya bagi Indonesia dan Timor Leste. Menurutnya, bila Atambua dijadikan kota festival, maka pariwisata di Belu akan semakin terdongkrak.
“Timor Leste sangat mungkin bisa diajak untuk terlibat dalam festival karena antara timur dan barat Pulau Timor memiliki budaya yang sama. Kota festival menjadi ajang untuk meningkatkan hubungan persahabatan yang lebih erat lagi bagi dua negara bertetangga ini,” katanya.
Guna mewujudkannya, langkah yang disiapkan mulai dari mengundang investor, penguatan UMKM hingga program pembangunan homestay dan hotel. "Saya akan undang pengusaha-pengusaha NTT untuk berinvestasi di Belu. Homestay, UMKM, semuanya akan segera digarap," tuturnya.
Kabupaten Belu yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dinilai memiliki daya tarik tersendiri dan sangat strategis untuk pengembangan pembangunan pariwisata, khususnya sarana amenitas.
Pembangunan amenitas ini dirasa sudah sangat mendesak lantaran setiap ada even besar, okupansi hotel dan homestay di Atambua selalu penuh. "Kita belum punya hotel berbintang. Ke depan kami akan bangun hotel berbintang tiga atau empat sehingga wisatawan atau pengunjung lebih nyaman untuk tinggal di kota perbatasan ini,” tuturnya.