TEMPO.CO, Singapura - Terkenal sebagai surga berbelanja, Bandara Changi, Singapura, meraup pendapatan terbesar dari pemberian konsesi dan penyewaan gerai retail. Pada tahun buku 2015/2016 yang berakhir pada Maret 2016, pendapatan operasi Changi Airport Group dari konsesi dan penyewaan mencapai Sin$ 1,127 miliar atau 52 persen dari total pendapatan.
Sedangkan pendapatan dari jasa pelayanan bandara hanya sebesar Sin$ 627 juta (29 persen), jasa keamanan Sin$ 182 juta (8 persen), dan pendapatan lainnya sebesar Sin$ 228 juta (11 persen). Adapun total pendapatan CAG sebesar Sin$ 2,164 miliar (Rp 20,38 triliun).
Sebagai perbandingan, pendapatan PT Angkasa Pura II (Persero) yang mengelola 13 bandara, termasuk Soekarno-Hatta, pada 2015 sebesar Rp 5,7 triliun.
CAG juga menyebutkan, pendapatan dari jasa pelayanan bandara turun 8,7 persen dibanding tahun lalu karena peningkatan penurunan harga, diskon, dan insentif bagi penerbangan, kargo, dan ground-handling.
“Pendapatan dari retail mensubsidi penurunan pendapatan dari jasa bandara,” kata Dennis Yim, Dennis Yim, Assistant Vice President Divisi Komunikasi Pemasaran dan Korporat Changi Airport Group, saat menerima kunjungan wartawan asal Indonesia, Jumat, 18 November 2016.
Menurut Dennis, pendapatan dari bisnis retail yang terus berkembang ini memperkuat posisi Changi sebagai bandara penghubung dunia karena memungkinkan CAG menjaga biaya yang berhubungan dengan penerbangan agar tetap bisa bersaing.
Di Changi, kata dia, tersedia lebih dari 360 toko retail dan 140 gerai makanan dan minuman. Changi bahkan menjadi bandara pertama di dunia yang menjadi gerai belanja terbesar untuk wine dan minuman beralkohol serta kosmetik dan parfum.
EFRI RITONGA
Lihat pula:
Naik 7 Persen, Pergerakan Penumpang Indonesia di Changi
Setiap 90 Detik, Satu Pesawat Terbang dan Mendarat di Changi
