Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perjalanan Magis di Sungai Sebangau  

image-gnews
Sungai Sebangau
Sungai Sebangau
Iklan
 

Setelah mengarungi sungai selama kurang lebih tiga jam, saya singgah di pos jaga dan gardu pandang TN Sebangau. Pos ini letaknya persis di percabangan tiga aliran sungai: Katingan, Sebangau, dan anak sungai yang mengarah masuk ke TN Sebangau.

Bangunan pos pantau terbuat dari kayu, khas rumah-rumah yang dibangun di Kalimantan. Sayang ketika saya berkunjung, pos itu sedang tak berpenghuni. Meski begitu gardu pandang tak ditutup untuk kunjungan. Sepasang kaki ini spontan saja bergerak ke arah gardu.

Terdiri dari tiga ambang, gardu ini kira-kira setinggi gedung empat lantai. Menapaki ambang pertama dan kedua, rasa percaya diri saya masih tinggi. Begitu menaiki anak-anak tangga menuju ambang puncak, kaki saya tiba-tiba bergetar. “Krek..krek..krek,” begitu suara kayu anak tangga yang saya injak.

“Lanjut saja naik, kayu ini kuat,” teriak Berson dari ambang kedua. Sesampai di puncak gardu, permainya hutan TN Sebangau dari ketinggian adalah lanskap yang memukau. “Jika kamu datang sebelum kebakaran hebat tahun lalu, hutan ini jauh lebih lebat,” Berson menyergah ketakjuban saya.

Tak disangka, ia mengucapkan itu sambil ikut naik ke ambang puncak. Dalam hati saya terus merapal doa agar kayu-kayu yang kami injak dari ketinggian lebih dari 10 meter ini kuat menopang berat tubuh saya dan Berson.

Saya pun cuma bisa tersenyum kecut melihat Berson yang lincah berpindah dari satu sudut ke sudut lain di ambang puncak untuk memuaskan hobi fotografinya. Sementara saya tetap terpaku di salah sudut, khawatir bila lantai kayu tua tiba-tiba ambrol. “Mari turun, Pak. Sebelum lantai ini runtuh,” kata saya bergurau pada Berson. Tawa kami pun pecah dari atas ketinggian gardu.

Uji nyali dari atas gardu itu cukup membuat perut ini keroncongan. Bekal roti coklat dan sari kacang hijau yang kami bawa dari desa memang tak mengenyangkan, tapi cukup bisa mengganjal perut.

Di tengah percakapan sambil menyantap perbekalan, tiba-tiba Ahmad – si juru mudi perahu -- mengagetkan kami. “Ada anggrek, ada anggrek,” ujarnya berteriak sambil menunjuk tanaman berwarna marun yang mengambang di dekat kayu pancang pos.

Segera saja ia beranjak dari duduknya, bergelantungan di antara tiang-tiang kayu lalu mendarat di gambut basah. Tanpa kesulitan ia mencabut tanaman anggrek itu. “Ini anggrek mahal dan mudah ditanam di belakang rumah,” tuturnya.

Belakangan saya tahu bahwa anggrek yang dibawa pulang Ahmad adalah anggrek hutan. Hutan belantara di Borneo memang terkenal dengan kekayaan floranya. Menurut catatan pengelola TN Sebangau, ada 166 jenis flora yang tumbuh di hutan tersebut.

Aktivitas kami rehat di pos jaga TN Sebangau ternyata menarik perhatian nelayan di seberang sungai. Pos ini memang bertetangga dengan rumah nelayan lokal yang populasinya hanya sekitar 21 kepala keluarga.

Seorang pria berperawakan kecil, kulitnya legam, tetapi otot-ototnya liat merapat dengan mendayung perahu klotoknya. “Mau apa kalian di sini?” ucapnya dengan sorot mata curiga. “Kami dari Desa Jabiren,” jawab Berson dengan bahasa Dayak Ngaju. Seketika saja air muka pemuda ini menjadi ramah. Ia lalu memperkenalkan diri sebagai Udin. Kepada Berson dengan bahasa lokal, Udin mengatakan penjaga pos baru saja pergi sehari sebelum kami datang.

Menurut Udin, 32 tahun, penjaga pos memang sesekali harus meninggalkan pekerjaannya di pedalaman. Sebab ada beberapa pelatihan yang harus diikuti di kota. “Kalau sudah pergi begitu, ia bisa tak pulang selama seminggu,” ia berujar.

Udin pun dengan cepat larut dalam keakraban bersama rombongan saya. Ketika saya meminta ia mengantarkan ke rumahnya di seberang sungai, Udin tak keberatan. Saya menumpang perahu klotoknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum menepi, Udin memamerkan keramba-keramba yang ia pasang bersama ayahnya untuk menyimpan ikan tangkapan. “Kami tangkap dan menjaga ikan dalam kondisi segar saat pengepul datang,” tuturnya.

Ada beberapa jenis ikan yang ditampung dalam keramba. Ada ikan kapar (Belontia hasselti) yang bentuknya mirip ikan nila dan warna sisiknya hitam. Besar kapar tangkapan ini setelapak tangan balita. Di samping keramba kapar, Udin menunjukkan keramba ikan tapah (Wallago attu). Penampakan tapah seperti lele, tak bersisik dan punya misai alias kumis di sisi mulutnya.

Udin menjelaskan ikan-ikan itu berharga lumayan ketika dijual ke pasar. Sekilo tapah bisa mencapai Rp 18 ribu. Sementara kapar bisa laku kurang lebih Rp 15 ribu per kilogram.

Habis memperlihatkan hasil tangkapannya, Udin mempersilakan saya masuk ke gubuknya. Luasnya cuma 4 meter x 4 meter, dengan satu kamar, satu bilik dapur, dan ruang selonjoran yang biasanya dipakai untuk membuat keramba. “Silakan masuk,” kata lelaki tua dengan sebatang rokok terapit di bibirnya menyambut saya.

Lelaki itu adalah ayah Udin. Namanya Suryansah, 52 tahun. Ia mengaku sudah menjadi nelayan sejak 20 tahun lalu. “Ikan di Sebangau sangat berlimpah, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Suryansah.

Menurut Suryansah, kekayaan alam Sebangau tak terbantahkan. Ada beberapa jenis ikan dengan ukuran gigantis yang pernah tertangkap. Salah satunya yang ditunjukkan Suryansah pada saya, yakni dua ekor ikan toman (Channa micropeltes) yang besarnya sebetis orang dewasa.

Dua ekor toman itu adalah ikan tangkapan yang besarnya masih bisa melebihi paha orang dewasa. Suryansah mengawetkan ikan itu dengan garam di dalam ember sampai pengepul dari pasar datang ke gubuknya untuk membeli. “Harga sekilonya bisa puluhan ribu,” ia berujar dengan nada girang.

Suryansah percaya ikan di Sebangau akan tetap melimpah selama nelayan tak mengotori sungai. Toh, nelayan lokal mempercayai mitos bahwa bengawan itu dijaga oleh seekor naga. “Kami terakhir mendengar gemuruhnya dua tahun lalu,” ujarnya.

Warga lokal meyakini gemuruh itu karena sang naga sedang membongkar daratan yang dipenuhi tanaman bakung. Kebetulan daratan yang dibongkar itu berada persis di depan gubuk Suryansah. “Dahulu depan rumah ini sungai Sebangau amat sempit, begitu gemuruh itu terjadi pada malam hari lalu bakung itu jadi bertumpuk-tumpuk dan sungai menjadi lebar,” kata Suryansah.

Entah benar atau tidak, tetapi cerita Suryansah itu diamini Udin. Menurut Udin, pada saat malam kejadian ia dan ayahnya tergeragap dari tidur karena dentuman yang mirip bom. “Saat kami sorot pakai senter di luar rumah, air sungai tenang,” ia menambahkan.

Selanjutnya: Menggoda Orangutan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pantai Ujung Pandaran Sediakan Pos Vaksinasi bagi Pengunjung yang Belum Vaksin

2 Januari 2022

Camat Teluk Sampit Juliansyah memantau vaksinasi COVID-19 bagi pengunjung yang hendak memasuki kawasan objek wisata Pantai Ujung Pandaran, Sabtu, 1 Januari 2022. ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi
Pantai Ujung Pandaran Sediakan Pos Vaksinasi bagi Pengunjung yang Belum Vaksin

Setiap pengunjung pantai Ujung Pandaran wajib sudah vaksin jika ingin masuk ke objek wisata itu.


Agrowisata di Lapas Sukamara, Ruang Kreasi Warga Binaan dan Destinasi Baru

8 April 2021

Kakanwil Hukum dan HAM Kalteng Ilham Jaya saat meninjau agro wisata mini Gawi Barinjam milik Lapas Sukamara, Selasa (6/4/2021). ANTARA/Donefrid Lalang
Agrowisata di Lapas Sukamara, Ruang Kreasi Warga Binaan dan Destinasi Baru

Area agrowisata di Lapas Sukamara itu diberi nama agrowisata Gawi Barinjam.


Wisata Andalan Baru Kotawaringin Timur, Susur Sungai Mentaya

3 April 2018

Beberapa petugas kepolisian mejaga ratusan potong kayu gelondongan hasil pembalakan liar yang diamankan tim operasi hutan lestari Mabes Polri di Sungai Mentaya, Sampit, Kab. Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, Jumat (9/11). ANTARA/Untung Setiawan
Wisata Andalan Baru Kotawaringin Timur, Susur Sungai Mentaya

Susur Sungai Mentaya dianggap masih memerlukan tempat sandar kapal khusus.


12 Orang Utan Kembali Dipindahkan ke Pulau Salat

6 April 2017

Seekor Orangutan (Pongo pygmaeus) keluar dari kandangnya saat pelepasliaran di Pulau Badak Kecil, Kawasan Pulau Salat, Desa Pilang, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 3 November 2016. Sebanyak 12 ekor Orangutan dilepasliarkan di kawasan tersebut. ANTARA/Yudhi Mahatma
12 Orang Utan Kembali Dipindahkan ke Pulau Salat

Yayasan BOS (The Borneo Orangutan Survival) bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah kembali memindahkan 12 orang utan.


Taman Nasional Tanjung Puting Siap Terima Wisatawan

16 Maret 2017

Tyson (kiri) berinteraksi dengan orangutan betina usai dilepasliarkan di Daerah Penyangga Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 19 Desember 2015. Dua orangutan yang dilepasliarkan dinamai Tyson dan Eka. ANTARA/Puspa Perwitasari
Taman Nasional Tanjung Puting Siap Terima Wisatawan

Masyarakat Indonesia juga dunia akan mendapat kesempatan lebih luas untuk menyaksikan bagaimana kera besar dunia direhabilitasi.


Ratusan Pengendara Motor Gede Akan Jajal Trans Kalimantan  

27 Februari 2017

Pengendara Harley Davidson mengikuti reli nasional  Harley Davidson melintas di provinsi Zhejiang (11/5). Sekitar seribu peserta mengikuti acara tahunan tersebut, sekaligus merayakan 110 tahun Harley Davidson. REUTERS/Carlos Barria
Ratusan Pengendara Motor Gede Akan Jajal Trans Kalimantan  

Ratusan pencinta motor besar dari dalam dan luar negeri akan menjajal ruas Trans Kalimantan pada akhir April nanti.


Beredar Kabar Rencana Pernikahan Tokoh Gaib Di Kalimantan

23 Februari 2017

Puluhan warga suku Dayak Landak bersiap ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Digelarnya Karnaval Katulistiwa tersebut dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia. TEMPO/Subekti
Beredar Kabar Rencana Pernikahan Tokoh Gaib Di Kalimantan

Pernikahan Sri Baruno Jagat Parameswari dengan tokoh gaib Dayak Pangkalima Burung bisa dimanfaatkan sebagai gelaran wisata.


Gemar Berselfie? Ikuti Lomba Foto Wisata Ini  

3 Februari 2017

Ilustrasi pasangan kekasih melakukan selfie. asset-cache.net
Gemar Berselfie? Ikuti Lomba Foto Wisata Ini  

Peserta dipsersilakan berfoto swa-diri (selfie) di tempat wisata Kotawaringin Timur.