TEMPO.CO, Bengkulu - Sugrahanudin, 46, selama 32 tahun menjadi juru pelihara rumah peninggalan mendiang mantan Presiden Soekarno di Jalan Soekarno Kelurahan Anggut Atas Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu. Pekerjaan tersebut membuatnya sangat mencintai salah satu peninggalan cagar budaya ini.
Hampir sepanjang hidup, pria separuh baya ini menjaga dan memelihara rumah milik sang proklamator. Sugrahanudin begitu mengenal setiap sisi yang ada di rumah bergaya artistik Tiongkok ini.
"Saya sudah jadi juru pelihara sejak usia 14 tahun, waktu itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama," kata pria yang akrab disapa Grahan itu.
Grahan mengenang, saat itu ia hanya menerima gaji sebesar Rp 25 ribu. Sebagai anak sekolah tentu saja sangat senang bisa mengantongi uang dari hasilnya membersihkan dan menjaga kediaman Bung Karno. (Baca juga: Megawati dan Djarot Ziarah ke Makam Bung Karno)
"Awalnya, jadi juru pelihara hanya semata untuk mendapatkan uang biaya sekolah, tapi semakin kesini saya merasa rumah ini sudah menjadi bagaian dari diri saya," kata pria yang baru saja mendapatkan penghargaan sebagai juru pelihara teladan tingkat nasional pada 2015.
Grahan mengaku selama ini, perhatian pemerintah terhadap cagar budaya ini sangat minim, terutama pemerintah daerah. Malah hanya untuk membuat pagar samping dari bangunan, Grahan menggunakan uang gaji ke-13 miliknya.
Sebelumnya, ia mengatakan bagian samping kiri kediaman Bung Karno yang berbatasan dengan persada Bung Karno tidak memiliki batas pagar. Hal itu membuat orang terutama pada malam hari akan sangat mudah untuk masuk ke rumah yang memiliki halaman luas tersebut. Grahan pun berinisiatif membuat pagar dari kawat besi sepanjang kurang lebih 20 meter untuk membatasi bebasnya orang keluar masuk diperkarangan rumah itu. (Baca juga berita travel: Ini Kedai Martabak Kesukaan Bondan Winarno di Bandung)
Berpuluh tahun, suka duka telah dirasakan bapak yang berstatus sebagai pegawai Negeri Sipil (PNS) Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jambi tersebut. "Sukanya saya bisa bertemu banyak tokoh bangsa yang kebetulan mengunjungi tempat ini, kalau dukanya paling jika ada pejabat-pejabat yang memaksa berkunjung bukan pada waktunya saja," katanya sambil tersenyum kecil.
Grahan berharap peninggalan sejarah yang turut menjadi saksi berdiri dan merdekanya bangsa ini dapat terus lestari dan mendapat banyak perhatian terutama dari pemerintah. Agar apa yang ada di sana tidak rusak dan dapat terus dikunjungi.
Rumah kediaman Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu tahun 1938-1942 memiliki halaman yang luas. Awalnya rumah tersebut dimiliki oleh Tjang Tjeng Kwat, seorang pengusaha setempat masa itu. Rumah utama yang berukuran 9 x 18,5 meter terdiri atas lima ruangan (ruang tamu, ruang kerja, kamar tamu, dan 2 kamar tidur) serta dua beranda atau teras (depan dan belakang). Untuk mengunjungi rumah ini biasanya para pengunjung membayar biaya retribusi sebesar Rp 5.000 per orang. (Berita travel lainnya: Sambut Gerhana Matahari Total, Ternate Siapkan Hotel Apung)
PHESI ESTER JULIKAWATI