TEMPO.CO, Jakarta - Tanimbar Kei berjarak 51 kilometer dari Langgur, ibu kota Maluku Tenggara, dan bisa ditempuh dalam waktu empat jam memakai speed boat. Tidak ada pelayaran komersial menuju pulau ini, tapi kita bisa menyewa perahu nelayan lokal dari Kota Kecamatan Debut.
Karena waktu tempuhnya lama, perjalanan ke Tanimbar Kei disarankan dilakukan dalam dua etape. Pertama-tama, menginap dulu di salah satu pulau kecil yang berserakan di selatan Kepulauan Kai, seperti Warbal, Ur Pulau, dan Taroa.
Untuk ke sana, kami menginap di rumah Samsudin Bugis atau Oman di Pulau Taroa (Tarwa). Oman adalah pemilik perahu yang kami sewa untuk menuju Tanimbar Kei. Pulau ini ibarat markas nelayan keturunan Bugis. Setiap suku yang menetap di Kai memang punya semacam wilayah kekuasaan yang disebut petuanan (hak ulayat) untuk mengolah lahan atau hasil laut di beberapa pulau.
Para nelayan ini sebetulnya punya rumah di kota seperti Tual atau Langgur. Namun, karena kebanyakan mencari nafkah dengan menjala ikan dan berkebun rumput laut di sekitar Taroa, mereka membangun pondok di pulau yang sebetulnya tak berpenghuni itu. Sebulan sekali mereka pulang. Itu pun kalau hasil tangkapan atau panen rumput laut sedang banyak.
Di pulau yang luasnya sekitar satu setengah kali Lapangan Silang Monas ini, hanya ada 60 keluarga yang tinggal musiman. Hampir 30 rumah kayu semipermanen terpusat di sisi utara pulau, membelakangi kebun kelapa dan hutan pantai yang rimbun. Di sisi timur, ada ladang mutiara berpagar kawat berduri milik sebuah perusahaan.
Listrik hanya berasal dari generator yang jarang dinyalakan. Penerangan memakai pelita minyak atau petromaks. Air tawar diambil dari sumur yang terletak di tengah hutan. Sinyal telepon seluler masih tertangkap walaupun timbul-tenggelam. Tempat ideal untuk mengasingkan diri.
PRAGA UTAMA