Selain koordinat, ada keterangan tentang jarak ketinggian di atas permukaan laut atau kedalaman laut jika pointer diarahkan ke laut. Ada juga tanggal pengambilan gambar yang diperbarui tiap tahun. ”Juga ada pilihan ketika kita bisa melihat keadaan lokasi itu di masa lalu. Atau cara mengukur jarak dari satu titik dengan titik koordinat lainnya,” ujar dia.
Fitur lain yang memudahkan pengguna adalah Add Placemark atau memberi pin atau tanda agar berikutnya mudah ditemukan saat dibuka. Pengguna bisa menambahkan foto pada lokasi tertentu. Rere, misalnya, mengunggah foto untuk Rammang-rammang. ”Tapi foto kita diseleksi dan perlu persetujuan dari Google,” ujar dia. Jadi, foto selfie, misalnya, tak akan ditampilkan di sini.
Agar lebih memudahkan membaca Google Earth, Rere menyarankan agar kita pintar-pintar mengamati gambar. Contohnya, masjid atau tanda-tanda yang mudah didapat.
Saat ini Rere menggunakan aplikasi Outdoor Navigation. “Sebenarnya memindahkan Google Earth ke ponsel kita,” ucapnya. Namun, ketika di ponsel, fitur-fiturnya terbatas. Misalnya, tidak ada foto.
Pada kesempatan ini, Rere juga berbagi tentang perlunya ponsel kita dilengkapi beberapa fitur, seperti SOS yang dirancang saat kita mengalami keadaan darurat saat bepergian. SOS menyimpan nomor telepon dan e-mail sesuai dengan permintaan kita. Kapan saja kita mengirim pesan, maka langsung ditujukan ke alamat tersebut. Lengkap dengan koordinat dan informasi lokasi kita berada. Ada pula kompas digital, yang bisa dipakai meskipun tak ada jaringan.
Seorang traveler, kata Rere, harus punya ilmu dasar yang mendukung kegiatannya ini. “Jangan dipandang enteng. Kalau senang ke laut, harus bisa berenang,” tuturnya. Di zaman teknologi ini, seseorang umumnya punya satu smartphone. “Karena sifatnya smart alias pintar, kenapa tidak kita fungsikan alat ini sebagai penolong?” ujar pria 34 tahun ini.
Sebelum bepergian, komunitas JJS sering menggunakan Google Earth. Melalui aplikasi ini, mereka mengecek jalur dan lokasi yang akan didatangi. “Kami juga menggunakan aplikasi ini untuk mendapatkan jalan alternatif yang lebih ringkas,” kata Fachril Thohari, Ketua JJS Makassar.
Setelah menemukan lokasi, mereka melakukan survei terlebih dulu. Kalau bagus, mereka laksanakan jalan-jalannya. Salah satu tempat wisata yang mereka temukan melalui aplikasi Google Earth adalah air terjun Bumbunga di Desa Bontosomba, Kecamatan Tompobulu, Maros.
REZKI ALVIONITASARI | IRMAWATI