Kelompok ternak itik Kambangan Laras Mandiri ada di sana sejak Joglo Tani berdiri pada tahun 2008. Anggota kelompok tani ini setiap dua hari sekali mengolah telur asin dan menjualnya ke pedagang nasi gudeg dan pedagang telur asin.
Penggagas pertanian terpadu Joglo Tani, To Suprapto menyatakan berdasarkan hitungannya, rata-rata terdapat 40 telur dalam satu kandang bebek di kawasan itu per hari. Dari penjualan telur itu, petani masih untung. Mereka hanya perlu menyiapkan uang untuk membeli pakan bebek.
Setiap pagi hari, kegiatan di kandang bebek adalah mengambil telur, menimbang telur, mengolah telur untuk dijadikan telur asin, dan menjual telur ke pedagang yang datang ke kampung. Dua anggota kelompok ternak bebek itu dibantu oleh mahasiswa yang belajar pertanian terpadu di sana. “Mereka juga memastikan bebek, kandang, dan pakan bebek dalam kondisi baik,” kata Suprapto.
To Suprapto merupakan petani yang sukses menerapkan model pertanian terpadu di Joglo Tani . Dia mencatat ada 200-an kelompok tani yang di Indonesia yang mengadopsi contoh pertanian terpadu ini. Misalnya di Riau, Aceh, Sumatera Utara, dan Lampung.
Di kawasan ini tak hanya ternak itik yang dikembangkan. Ada pula ternak sapi, kambing, dan kelinci. Pohon jati, sengon, padi, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan empon-empon juga tumbuh subur di kawasan ini. Ikan tawar hidup di kolam yang mengapit rumah utama berbentuk joglo untuk pertemuan kegiatan pertanian di Joglo Tani.
Di kanan-kiri sawah Joglo Tani terdapat perkampungan penduduk. Onggokan jerami menyebarkan bau segar. Bau kotoran bebek dan ayam menyengat. Kandang sapi penuh jerami ada di belakang rumah Joglo. “Kami mengolah kotoran ternak sebagai bahan pupuk organik,” kata Ketua Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia ini.
Sistem pertanian terpadu Joglo Tani telah ada sejak tahun 2008. To Suprapto menamainya Joglo Tani yang punya singkatan ojo gelo dadi wong tani. Ia membuat sistem itu untuk menunjukkan petani bisa berdaulat dan mandiri terhadap pangan. “Kami ingin meruntuhkan petani sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan,” kata dia.
Sistem pertanian Joglo Tani mengambil ide dari sebatang pohon yang tumbuh. Pohon yang punya akar, batang, daun, bunga, biji, dan buah. Ini sama halnya dengan pertanian terpadu. Tanaman umbi-umbian, dan padi menggambarkan akar.
Pohon jati menggambarkan batang, daun menggambarkan sayuran, bunga melati dan mawar menggambarkan bunga, dan aneka buah yang menggantung di pohon menggambarkan buahnya. Sedangkan, hewan ternak unggas, sapi, dan kambing merupakan bagian tak terpisahkan dari kesuburan tanah. “Ini bagian dari model lumbung pangan. Tak ada cerita petani kekurangan pangan di sini,” kata Suprapto.
Setiap bulan Joglo Tani juga menampung petani, calon petani, dan pekerja yang telah pensiun untuk belajar sistem pertanian terpadu. Mereka belajar tentang mengolah tanah, pemilihan bibit, dan pengolahan pupuk organik dari kotoran ternak itik, kambing, dan sapi. Selain bertani, mereka juga belajar beternak ikan dan unggas. Minat orang untuk tahu tentang Joglo Tani juga tinggi, per bulan jumlah pengunjung sebanyak seribu orang dari berbagai daerah di Indonesia.