TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menargetkan untuk mengembangkan potensi wisata tradisi Waduk Sermo pada 2013. Potensi wisata tradisi yang dimaksud adalah tradisi kehidupan sehari-hari warga Kecamatan Kokap, yang merupakan kawasan waduk tersebut. Sebelumnya, potensi wisata yang dikembangkan adalah gelaran Sermo Art Festival, yang menggelar aneka seni tradisional, yang dilangsungkan sebulan dua kali sejak 2012.
“Kami akan evaluasi festival tersebut. Bagaimanapun, wisata tradisi warga menjadi target kami sejak awal. Tidak hanya pentas seni saja,” kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Joko Mursito, Selasa, 1 Januari 2013.
Tradisi warga di kawasan Bukit Menoreh yang diangkat, antara lain, tradisi penderes atau pemanjat pohon kelapa. Mayoritas mereka awalnya bekerja sebagai penderes. Namun kini banyak yang merantau sebagai pekerja pertambangan di Kalimantan. Juga wisata perkebunan durian karena kawasan tersebut dikenal sebagai penghasil durian khas Kulon Progo. Selain itu, akan dikembangkan wisata kuliner dan tradisi menggunakan lesung di waduk. Sehingga kawasan waduk juga bisa digunakan untuk permainan outbound.
Pemerintah juga berencana untuk menghidupkan kembali wisata warung apung di Sermo. Warung apung adalah semacam keramba di tengah waduk untuk lokasi wisata kuliner. Namun wisatawan harus naik perahu untuk dapat menuju ke sana. Wisata warung apung sempat ada pada 2000-2005. Namun, warung apung sepi sehingga surut hingga kini.
Joko mengatakan banyak yang mengeluhkan masih kurangnya potensi wisata waduk Sermo. Selama ini, Sermo lebih banyak mempromosikan potensi wisata alam yang berada di kawasan Bukit Menoreh itu. “Banyak yang berharap Sermo bisa dibuat seperti Kaliurang. Jadi banyak penginapannya,” kata Joko.
Hanya, keinginan untuk membangun penginapan di sana terbentur dengan kewenangan Balai Besar Sungai Serayu dan Opak, yang membawahi pengelolaan Waduk Sermo. Sehingga, hanya potensi kesenian dan kebudayaan yang banyak dieksplorasi di sana. “Makanya kami membuat Sermo Art Festival. Itu pun tidak dianggarkan dalam APBD, melainkan atas dasar dukungan sponsor,” kata Joko.
Warga Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Didik Sodikin, 45 tahun, mengatakan banyak potensi warga yang belum dimaksimalkan. Padahal, potensi tersebut bisa untuk meningkatkan dunia wisata Sermo. Misalnya, potensi budi daya jamur. Didik berharap, warga mendapat pelatihan cara mengolah jamur menjadi aneka makanan. Juga mengolah salak yang di sana rasanya asam menjadi manisan, sehingga tidak dibuang begitu saja seperti biasanya.
PITO AGUSTIN RUDIANA