TEMPO.CO , KUALA LUMPUR: - Ketika setiap orang melihat dan mengumpulkan selebaran liburan ke seluruh dunia di Matta Fair, antrian panjang malah terjadi di depan booth Indonesia. Pengunjung pameran agen perjalanan yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, itu rela mengantri untukmendapatkan secangkir kopi.
Kadang antrian panjang berubah menjadi kerumunan orang yang mengelilingi si pembuat kopi. Yusuf Wibisono alias Soni, si pembuat kopi, tampak kelelahan melayani para peminat kopi ini.
Setiap datang permintaan, Soni mengambil kopi yang sudah menjadi bubuk. Kemudian kopi bubuk itu ditekan dan dmasukkan ke alat yang bernama coffee brewer. Di sanalah kopi dihasilkan tanpa menyisakan ampas.
Seringkali Soni kewalahan karena permintaan datang dari berbagai penjuru. Rupanya kopi yang dibawa Soni diminati karena cita rasanya yang khas. Soni membawa kopi asal Papua untuk diperkenalkan ke masyarakat Malaysia.
Menurut Soni yang menjadi pemilik merek kopi asal Papua, Bean Brothers, ini kopi di wilayah paling timur Indonesia ini perlu diperkenalkan ke masyarakat luas karena memiliki cita rasa yang berbeda dan kualitasnya yang baik.
Kopi Papua ini tidak kalah jika dibandingkan dengan kopi tersohor asal Indonesia lainnya seperti kopi luwak. Menurut Soni, kualitas biji kopi asal Papua ini dijamin bagus karena tumbuh di wilayah yang bebas polusi. Selain itu kopi ini sulit ditemukan karena hanya tumbuh di hutan dan tanpa sengaja ditanam. "Kopi ini tumbuh di ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut. Sama seperti teh, makin tinggi makin bagus kualitasnya," ujar Soni.
Cita rasa kopi dari Papua ini sudah teruji oleh Asosiasi Kopi Indonesia. Bagi coffee master, kopi Papua sangat enak. "Ini baru setahun yang lalu diperkenalkan ke publik," katanya.
Lantaran cita rasa dan aromanya yang menggugah selera para pengunjung, Soni pun harus secepatnya menyeduh kopi dari satu gelas plastik ke gelas plastik lainnya. Pada Matta Fair yang berlangsung selama tiga hari dari 16-18 maret ini, Soni menyediakan 1.500 gelas berukuran 250-300 mililiter.
Bagi Chrismiastutie, Kepala Sub Direktorat Wilayah ASEAN Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, membagikan kopi secara gratis ini menjadi salah satu cara untuk menarik pehatian para pengunjung. Dengan itu, sambil menikmati kopi, pengunjung bisa melihat 100 agen perjalanan yang ada di booth Indonesia.
Di acara Matta Fair sebelumnya, kementerian seringkali memiliki cara lain untuk menarik perhatian pengunjung. Diantaranya seperti menyediakan fasilitas spa atau menyediakan lapangan golf mini agar pengunjung ingin bermain ke dalam booth.
SUTJI DECILYA