TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang kalau menginap di hotel, sarapan prasmanan jadi bagian yang paling menyenangkan? Kebanyakan orang berharap sarapan di hotel menjadi pengalaman yang menyenangkan saat menginap. Kalau menu sarapan yang disajikan kurang enak, bisa jadi mengurangi penilaian terhadap pelayanan hotel.
Daniel Pedreschi, wakil presiden operasi eksekutif di Park Plaza Hotel, mengatakan sarapan memang salah satu layanan terpenting yang ditawarkan sebuah hotel. "Sangatlah penting untuk melakukannya dengan benar dan menyertakan beragam opsi yang sesuai dengan setiap selera," katanya seperti dikutip dari laman Daily Mail.
Bagian penting dari sarapan prasmanan hotel
Menurut Daniel, menyiapkan sarapan berarti kombinasi variasi, gaya layanan, lokasi, suasana, dan fleksibilitas yang dikurasi dengan cermat.
Sementara itu Carlo Martino, Executive Chef di Hyatt Regency London - The Churcill, menekankan pentingnya variasi. "Kami melayani beragam tamu dan kami harus memastikan bahwa prasmanan dapat melayani semua orang," katanya.
Mulai dari hidangan yang terinspirasi dari Asia seperti nasi goreng dan pak choi, hingga menu pilihan khas Arab seperti roti pitta, hummus, zaitun, acar sayuran, shakshuka, dan hidangan panas halal lainnya. Tak ketinggalan sarapan klasik ala Inggris untuk menambah pengalaman para tamu selama di London.
Selain memperhatikan tampilan menu yang lengkap, Carlo menekankan pentingnya memprediksi popularitas makanan tertentu. Dengan begitu, para koki menyiapkan cukup banyak wadah untuk diisi ulang secara teratur sehingga para tamu tidak perlu menunggu. Termasuk penempatan hidangan panas dan dingin. Kalau diletakkan bersamaan suhu setiap hidangan akan menjadi kurang konsisten.
"Makanan yang mudah tumpah seperti kacang-kacangan harus diletakkan di ujung lorong bukan di tengah-tengah, sehingga kalau tumpah tidak akan masuk ke wadah lain, dan merusak rasanya," ujar Carlo.
Faktor yang paling jelas menunjukkan pelayanan sarapan prasmanan hotel yang buruk adalah ketidakseimbangan variasi yang ditawarkan dengan preferensi tamu. Begitu juga ketika terlihat antrean yang buruk di sekitar prasmanan.
Menurut Carlo, untuk mengetahui tugas sebagai koki berjalan dengan baik adalah saat melihat senyuman, mendengar pujian dan yang paling penting melihat tamu kembali lagi. "Sarapan prasmanan yang disajikan dengan baik bukan hanya tentang variasi dan kualitas, namun juga tentang menciptakan pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam," katanya.
Hidangan yang penting
Setiap sarapan prasmanan hotel harus menyediakan menu telur orak-arik yang enak dan empuk. Tapi bukan telur orak-arik biasa. Carlo mengatakan untuk memperkaya rasa telur orak arik bisa menambahkan sour cream dan taburan daun bawang cincang halus. Cara tersebut dapat memberikan keseimbangan yang sempurna dan meningkatkan teksturnya. "Hidangan klasik dan sederhana ini dapat mengatur suasana hidangan lainnya, menjadikannya sarapan yang penting," ujarnya.
Bagi Daniel, sarapan prasmanan yang baik harus mencakup pilihan makanan favorit yang dimasak seperti telur, bacon, sosis, dan kentang goreng. Di samping pilihan makanan kontinental yang lebih ringan seperti kue kering, sereal, buah dan yoghurt serta falafel, samosa, dan nasi .
Sedangkan hidangan terburuk untuk sarapan prasmanan di hotel, menurut Carlo adalah salmon asap dan jenis ikan yang lain seperti rollmop, herring, atau halibut asap. Menu ikan seperti ini terlalu kuat untuk pagi hari. Sebaliknya sarapan prasmanan harus berfokus pada rasa yang melengkapi pengalaman sarapan tanpa membebani indra.
Tidak ada cara yang benar atau salah untuk menikmati sarapan prasmanan di hotel. Carlo biasanya memulai sarapan dengan buah-buahan, yoghurt, dan jus untuk membangunkan selera. Sebelum beralih ke menu lainnya.
Daniel pun suka memulai dengan makanan ringan, karena tersedia tersedia dalam jumlah banyak dan cepat serta mudah diambi. "Saat Anda menyelesaikan ini, makanan favorit sudah terisi kembali dan karena tamu lain sudah duduk untuk menikmati sarapan mereka, antrian untuk memilih makanan yang Anda inginkan akan berkurang," ujarnya.
Pilihan editor: Wisatawan Indonesia Jarang Pesan Sarapan di Hotel, Apa Alasannya?