Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jejak Akhir RA Kartini, Wafat di Rembang dan Tempat Peristirahatan Terakhirnya

image-gnews
Para peziarah memadati makam Kartini, terlihat di sekitar makam terdapat foto profil Kartini.  Rembang, Jawa Tengah, 21 April 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Para peziarah memadati makam Kartini, terlihat di sekitar makam terdapat foto profil Kartini. Rembang, Jawa Tengah, 21 April 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 13 September 1904, RA Kartini meninggal di Rembang setelah melahirkan anaknya pada usia muda. RA Kartini dikenal sebagai pahlawan Pergerakan Nasional yang berjuang untuk emansipasi wanita dan dikenang karena keberaniannya dalam mendobrak batas-batas sosial.

Dilansir dari jogjaprov.go.id, Raden Adjeng Kartini, lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, pada 17 September 1904 pada usia 25 tahun, lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini. Ia adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Silsilah Kartini dari pihak ayahnya dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.

Ayah Kartini awalnya menjabat sebagai wedana di Mayong. Karena peraturan kolonial yang mengharuskan bupati menikahi seorang bangsawan, ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan Raja Madura. Setelah pernikahan ini, ayah Kartini diangkat menjadi bupati Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara, baik kandung maupun tiri. Dari semua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat menjadi bupati pada usia 25 tahun, sementara kakaknya, Sosrokartono, dikenal sebagai ahli bahasa. Hingga usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School), di mana ia belajar bahasa Belanda. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Kemampuan Kartini dalam bahasa Belanda mendorongnya untuk belajar secara mandiri dan menulis surat kepada teman korespondensi dari Belanda, salah satunya Rosa Abendanon, yang banyak mendukungnya. Melalui buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa dan mulai mengembangkan keinginan untuk memajukan perempuan pribumi yang berada dalam status sosial rendah.

Ia banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh oleh Pieter Brooshooft dan menerima leestrommel, paket majalah yang berisi kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Beberapa tulisannya dimuat di majalah tersebut. Kartini menunjukkan minat mendalam pada berbagai topik, tidak hanya emansipasi wanita tetapi juga isu sosial umum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum berusia 20 tahun, Kartini telah membaca beberapa karya penting berbahasa Belanda, termasuk "Max Havelaar" dan "Surat-Surat Cinta" oleh Multatuli, serta "De Stille Kraacht" oleh Louis Coperus. Ia juga membaca karya Augusta de Witt, roman feminis oleh Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek, dan "Die Waffen Nieder" oleh Berta Von Suttner.

Pada 12 November 1903, Kartini menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah memiliki tiga istri. Suaminya mendukung keinginan Kartini dan memberinya kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita di Rembang, yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Ia meninggal dunia empat hari setelah melahirkan anak laki-lakinya, Soesalit Djojoadhiningrat, yang lahir pada 13 September 1904. RA Kartini wafat pada 17 September 1904 dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Menurut beberapa sumber, Kartini menghembuskan napas terakhir di pangkuan suaminya, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, berdasarkan kesaksian para abdi dalem yang hadir saat itu.

Untuk mengenang jasa-jasa Kartini sebagai pahlawan emansipasi, didirikan Sekolah Kartini di berbagai daerah, seperti Semarang, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Cirebon. Meskipun Kartini telah tiada, cita-cita dan perjuangannya terus dikenang. Kemajuan yang dicapai oleh kaum wanita Indonesia saat ini adalah hasil dari perjuangannya, yang tercermin dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang."

Pilihan Editor: Hari-hari Terakhir RA Kartini, Kematiannya Dibunuh atau Akibat Pre-eklampsia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

1 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

Kontribusi Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia terekam dalam sejarah. Ia mendukung Sukarno-Hatta dengan segala daya upaya.


Tiga Debt Collector di Jawa Tengah Ditangkap, Terancam 9 Tahun Penjara

1 hari lalu

Ilustrasi debt collector. Dok.TEMPO /Aditya Herlambang Putra
Tiga Debt Collector di Jawa Tengah Ditangkap, Terancam 9 Tahun Penjara

Polisi juga telah menangkap dua orang dalam kasus perampasan kendaraan oleh debt collector di Kedungmundu.


Jamaludin Malik Sang Ultraman, Anggota DPR Fraksi Golkar Ingin di Komisi III dan Memberantas Kejahatan

1 hari lalu

Anggota DPR dari Dapil Jateng II, Jamaludin Malik, menggunakan kostum Ultraman saat menghadiri acara pelantikan anggota DPR, Selasa, 1 Oktober 2024. TEMPO/Nandito Putra
Jamaludin Malik Sang Ultraman, Anggota DPR Fraksi Golkar Ingin di Komisi III dan Memberantas Kejahatan

Anggota DPR Fraksi Golkar, Jamaludin Malik mengatakan, alasannya menggunakan kostum Ultraman melambangkan pemberantasan kejahatan.


Bupati Pemalang Lepas Kontingen Porsadin Ke Tingkat Provinsi

2 hari lalu

Bupati Pemalang Mansur Hidayat (kanan) melepas kontingen dari Kabupaten Pemalang untuk mengikuti Pekan Olahraga dan Seni Antar Diniyah (Porsadin) Tingkat Provinsi Jawa Tengah 2024 ke Banjarnegara, di Pendopo Kabupaten Pemalang, Jumat 20 September 2024. Dok. Pemkab Pemalang
Bupati Pemalang Lepas Kontingen Porsadin Ke Tingkat Provinsi

Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, melepas kontingen Pekan Olahraga dan Seni Antardiniyah atau Porsadin perwakilan Kabupaten Pemalang untuk melaju ke tingkat Provinsi Jawa Tengah, di Halaman Timur Pendopo Kabupaten Pemalang, pada Jumat, 20 September 2024.


Specta Jateng 2024, Komitmen Pemprov Jawa Tengah Promosikan Olahraga dan Pariwisata

3 hari lalu

Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana (tengah) saat penutupan Specta Jateng Kejuaraan Sepakbola di Stadion Moch Soebroto, Magelang, Senin, 30 September 2024. Dok. Pemprov Jawa Tengah
Specta Jateng 2024, Komitmen Pemprov Jawa Tengah Promosikan Olahraga dan Pariwisata

Bukti komitmen Pemprov Jateng dalam mempromosikan olahraga dan pariwisata di wilayahnya.


Usulan Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Tuai Protes dari Berbagai Pihak

3 hari lalu

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Usulan Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Tuai Protes dari Berbagai Pihak

Protes soal pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto disampaikan Amnesty Internasional Indonesia, parpor, hingga pelopor Aksi Kamisan.


Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ketahui Syaratnya Menurut Undang-Undang

3 hari lalu

Mantan Presiden Soeharto bersama anak-anak. Youtube.com
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ketahui Syaratnya Menurut Undang-Undang

Aturan pemberian gelar pahlawan nasional tertuang dalam Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009


Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Apa Tanggapan PDIP?

4 hari lalu

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Apa Tanggapan PDIP?

Politikus PDIP Guntur Romli menentang penyematan gelar pahlawan nasional kepada Presiden Soeharto.


Kontingen Jateng Targetkan Juara Umum di Peparnas 2024

4 hari lalu

Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengukuhkan para atlet National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Jawa Tengah, di Gedung Serbaguna Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso, Kota Surakarta pada Ahad, 29 September 2024. Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII di Solo Raya akan berlangsung pada 6-13 Oktober 2024. Dok. Pemprov Jawa Tengah
Kontingen Jateng Targetkan Juara Umum di Peparnas 2024

Pada Peparnas XVII, kontingen Jawa Tengah ditargetkan bisa meraih gelar juara umum. Target itu didasarkan pada raihan prestasi pada dua Peparnas sebelumnya di Papua yang menduduki peringkat 3 dan Jawa Barat yang menduduki peringkat 2.


Ketua MPR Bambang Soesatyo Sebut Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

6 hari lalu

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Ketua MPR Bambang Soesatyo Sebut Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Dia mengatakan, jasa dan pengabdian Soeharto besar terhadap bangsa Indonesia.