TEMPO.CO, Jakarta - Medan menjadi salah satu kota tujuan wisata kuliner. Di kota ini banyak makanan dengan cita rasa yang beragam, salah satu yang unik adalah martabak. Beda dengan martabak pada umumnya, di kota tuan rumah Pekan Olahraga Nasional atau PON 2024 itu, martabak yang dimasak di piring.
Dijajakan di pusat kuliner Medan Pasar Baru, tepatnya di Jalan Tjong Yong Hian, Medan, martabak Murni Martabak Piring ini sudah ada sejak 50 tahun yang lalu, tepatnya pada 1974. Jajanan ini ramai dikunjungi pada malam hari.
Melihat proses pembuatan
Aroma martabak ini menyeruak ke hidung begitu memasuki area jualan. Calon pembeli bisa mendekat untuk mengamati proses pembuatannya yang unik.
Ada 13 kompor dengan bahan bakar kayu arang yang digunakan untuk memasak martabak di sebuah piring kaleng klasik dengan warna dasar putih bermotif bunga-bunga. Untuk memudahkan menaruh dan mengangkat, piring kaleng ditambahkan pegangan yang mirip seperti wajan penjual nasi goreng.
Ada satu juru masak yang bertugas membuat adonan dan mengambilnya ketika sudah matang. Ia dibantu dengan temannya yang bertugas menaburi topping yang dipilih pembeli, seperti cokelat atau gula jika memilih varian polos. Setelah adonan ditata di piring dan diletakkan di kompor, topping segera ditaburkan, tak lama kemudian diangkat dan disajikan.
Martabak tipis dibuat dengan satu centong adonan yang diratakan ke berbagai sisi piring. Sebaliknya, untuk tebal, adonan dibiarkan matang di atas piring.
Bentuk martabak piring ini beda dengan martabak manis atau terang bulan yang biasa kita temukan, yang teksturnya sangat tebal dan proses masaknya menggunakan api kecil yang lama. Martabak piring ini berbentuk tipis, dimasak sekitar satu menit saja, bahkan kurang.
Ini adalah salah satu alasan kenapa piring kaleng dan bara arang dipilih karena dapat membuat suhu panas stabil sehingga proses memasak sangat cepat.