TEMPO.CO, Jakarta - Selandia Baru berencana menaikkan biata masuk bagi wisatawan asing sebesar hampir tiga kali lipat mulai Oktober 2024. Rencana kenaikan ini memicu kritik dari sektor pariwisata karena biaya yang tinggi dinilai akan menjadi penghalang bagi turis untuk datang.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 3 September 2024, pemerintah Selandia Baru akan menaikkan biaya masuk bagi pengunjung internasional dari NZ$35 atau sekitar Rp337 ribu menjadi NZ$100 atau sekitar Rp962 ribu. Kenaikan ini untuk memastikan pengunjung berkontribusi pada layanan publik dan pengalaman berkualitas tinggi saat mengunjungi Selandia Baru.
Dampak pariwisata terhadap lingkungan
Seperti banyak tempat wisata di dunia, Selandia Baru telah berjuang mengatasi dampak wisatawan terhadap lingkungan alam. Negara ini telah memperkenalkan biaya masuk sebesar NZ$35 diperkenalkan pada Juli 2019. Namun, jumlah ini tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan karena begitu banyaknya pengunjung.
Meski mengalami kenaikan biaya masuk, pemerintah optimistis bahwa wisatawan akan tetap berkunjung. Biaya tersebut dinilai kompetitif dan Selandia Baru dinilai tetap menjadi tujuan wisata yang menarik.
Menteri Pariwisata Matt Doocey mengatakan bahwa perubahan pungutan wisatawan tersebut sudah melalui konsultasi publik. Pemerintah menemukan bahwa 93 persen dari 1.101 responden mendukung peningkatan retribusi. Alasan utamanya adalah bahwa peningkatan tersebut akan masuk akal untuk membantu menutupi biaya pariwisata, Doocey menambahkan.
Pembayar pajak Selandia Baru saat ini membayar sekitar NZ$884 juta atau sekitar Rp8,5 triliun per tahun untuk pariwisata dan konservasi. Selain pajak, pariwisata internasional juga menimbulkan biaya bagi masyarakat lokal, seperti tekanan tambahan pada infrastruktur regional dan biaya pemeliharaan dan perawatan yang lebih tinggi di seluruh kawasan konservasi.
Dinilai melemahkan pariwisata
Namun, Asosiasi Industri Pariwisata negara itu yakin biaya yang lebih tinggi akan membuat pengunjung enggan berkunjung, terutama karena sektor tersebut, yang pernah menjadi penghasil ekspor terbesar Selandia Baru. Saat ini mereka masih berjuang untuk pulih dari penutupan perbatasan yang ketat yang diterapkan selama pandemi COVID-19.
“Pemulihan pariwisata Selandia Baru tertinggal dari negara lain di dunia, dan ini akan semakin melemahkan daya saing global kita,” kata Rebecca Ingram, kepala eksekutif asosiasi tersebut.
Penerimaan dari pariwisata
Data dari Stats NZ yang dirilis sebelumnya pada Selasa menunjukkan bahwa penerimaan ekspor perjalanan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 30 Juni adalah sebesar NZ$14,96 miliar atau sekitar Rp144 triliun, turun 5 persen dari sebelum pandemi. Jumlah pengunjung, menurut biro tersebut, baru mencapai sekitar 80 persen dari tingkat sebelum penutupan perbatasan.
REUTERS | MOTHERSHIP
Pilihan Editor: 10 Destinasi Wisata Instagrammable di Selandia Baru