TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejak ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia pada 18 September 2023, kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta mendapat perhatian pemerintah daerah di Yogyakarta. Sumbu Filosofi merupakan konsep tata ruang yang dibuat raja pertama Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I pada abad 18. Sumbu ini berupa garis lurus yang menghubungkan antara Panggung Krapyak- Malioboro- Keraton Yogyakarta - Tugu Pal Putih. Kawasan ini juga menjadi pusat pariwisata di Kota Yogyakarta.
Setelah dilengkapi paket wisata dan bus tur, kali ini di kawasan itu diterapkan sistem keselamatan kebakaran bernama Manajemen Strategis Jogja Aman Kebakaran disingkat MAS-JAKA. Sistem yang diinisiasi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta ini menjadi upaya pencegahan sekaligus penyelamatan bencana kebakaran secara lebih cepat dan terkoordinasi untuk meminimalisasi kerugian material dan korban manusia.
"Kawasan sumbu filosofi merupakan kawasan aktivitas terpadat yang memiliki risiko potensi kebakaran tinggi sehingga harus diantisipasi," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta Taokhid pada Selasa, 20 Agustus 2024.
Sistem itu meliputi pengembangan aplikasi penanganan kebakaran cepat, pembentukan satuan petugas dan forum keselamatan serta relawan.
"Sistem ini juga dilengkapi pemetaan simpul proteksi kebakaran terutama penempatan jaringan hidran kering dan pos damkar di kawasan Sumbu Filosofi," kata Taokhid.
Terhubung dengan jaringan hidran kota
Untuk penanggulangan kebakaran di kawasan Sumbu Filosofi selama ini sudah ada jaringan hidran kota. Taokhid mengatakan hidran kota atau hidran basah itu bersumber dari PDAM yang sudah ada airnya dan tekanannya harus memenuhi standar sehingga langsung bisa disambungkan dengan selang untuk pemadaman kebakaran.
Namun jaringan hidran kering yang terbangun di kawasan penyangga sumbu filosofi selama ini baru 40 persen dari kawasan yang dijangkau.
Sarana hidran kota atau hidran basah yang sudah dibangun misalnya di kawasan Sumbu Filosofi di Tugu Yogyakarta dan Jalan Malioboro.
Adapun Kepala Bidang Pencegahan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Moch Nur Faiq, menuturkan pembangunan hidran kering tahun 2024 ini diprioritaskan di kampung-kampung penyangga kawasan Sumbu Filosofi.
"Kampung-kampung yang dilewati kawasan Sumbu Filosofi ini targetnya tahun ini sudah memiliki jaringan hidran kering itu, misalnya Kampung Keparakan," kata dia.
Pilihan Editor: Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan