Kayu Serumpun
Rumah Limas Palembang dibangun dengan berbentuk panggung karena sebagian daerah di Palembang adalah rawa-rawa dan sungai. Untuk menghindari air masuk ke dalam rumah, maka dibentuklah seperti panggung. Selain dibuat karena wilayahnya yang dipenuhi rawa-rawa, Rumah Limas berbentuk panggung ini memiliki bagian kolong yang bisa dimanfaatkan untuk berkumpul bersama sebagai ruang keluarga, sampai melakukan kegiatan bersama di sana.
Untuk naik ke pelataran Rumah Limas, ada tangga di sisi kanan dan kiri bangunan. Rumah Limas memiliki tiang penyangga dengan tinggi 1,5 meter sampai 2 meter dari permukaan tanah. Fondasi Rumah Limas terbuat dari kayu unglen. Sementara, bagian rumah yang lain, seperti pintu, pagar, dan lantai terbuat dari kayu tembesu, tanpa menggunakan satupun paku. Adapun jenis kayu yang digunakan meliputi unglen (Eusideroxylon zwageri), tembesu (Fragraea gigantea), merawan (Hopea mengarawan Miq.), petanang (Dryobalanopsoblongifolia Dyer), dan seru (Schima wallichii).
Rumah Limas tampak depan. Rumah limas khas Palembang ini dibangun pada 1830. Saat ini rumah Limas menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. TEMPO/Parliza Hendrawan
Merasakan Rumah Limas
Menaiki sejumlah anak tangga, kaki sampai juga di bagian awal rumah limas milik Pangeran Pangeran Syarif Ali yang menyerupai teras rumah masa sekarang ini. Untuk menuju ke ruang utama yang menyerupai ruang tamu ini, pengunjung akan menaiki beberapa tingkatan lantai lagi yang setinggi sekitar 50 centimeter. Di ruang tengah itu terdapat ruang Timbangan Pengantin yang dilengkapi dengan singgasana pengantin.
Dalam kunjungannya, Rabu 17 April 2024, PJ Gubernur Agus Fatoni mengaku bangga bisa berkunjung ke Museum Balaputra Dewa hingga berfoto di depan rumah limas. Dari kunjungan itu dia bisa mengenal lebih banyak dan lebih jauh budaya masa lalu lewat peniggalan bersejarah.
Dalam kesempatan yang sama ia mengajak masyarakat untuk mengunjungi museum dan bila ada benda-benda yang dianggap bernilai sejarah ada baik diserahkan pada pihak museum untuk disimpan dan dilestarikan. “Pada uang kertas pecahan Rp 10 ribu ada gambar Sultan dan dibaliknya ada Rumah tradisonal Palembang. Inilah rumah aslinya,” kata Agus Fatoni
Pilihan editor: Pulang Mudik Lebaran, Ini Destinasi Wisata Dekat Gerbang Tol Palembang dan Pekanbaru