TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah saat berjalan-jalan di kawasan wisata yang ramai ditawari untuk membeli suvenir atau makan di restoran? Sebagian besar wisatawan mungkin pernah bertemu pemilik toko atau pekerja restoran yang secara agresif mengajak masuk ke dalam toko atau restoran saat liburan.
Memang tidak terlihat bebahaya. Tapi menurut pakar hal ini sebenarnya tanda pertama yang harus diwaspadai sebelum masuk dalam jebakan turis. Jason Higgs, ahli strategi transaksi senior di Bountii, menjelaskan bahwa banyak bisnis perangkap turis menerapkan taktik memaksa. Saat berada di posisi itu tak sedikit yang akhirnya terpaksa harus beli atau makan di restoran tersebut.
"Trik menciptakan rasa urgensi hingga menggunakan teknik penjualan manipulatif ini bertujuan untuk mengeksploitasi kerentanan wisatawan dan memaksimalkan keuntungan bagi para penjual,” kata Jason seperti dikutip dari laman Express UK.
Jason mengimbau para wisatawan agar memperhatikan satu hal penting saat melewati pertokoan suvenir atau restoran. “Tanda yang harus diwaspadai adalah tidak adanya informasi harga yang jelas,” katanya.
Perhatikan harga yang ditawarkan. Penjual atau pengelola restoran mungkin tidak menampilkan harga secara jelas. Bahkan memberikan informasi yang menyesatkan tentang harga barang atau jasa yang ditawarkan. Jika terjebak dalam situasi ini wisatawan mungkin akan membayar lebih dari yang mereka duga.
“Salah satu tanda jebakan turis adalah bertemunya penjual agresif yang menggunakan taktik bertekanan tinggi untuk membujuk wisatawan agar melakukan pembelian. Baik itu menawarkan suvenir, tur, atau layanan lainnya, penjual ini sering kali menargetkan wisatawan di kawasan resor yang ramai," ujarnya.
Tetapkan anggaran realitstis selama liburan
Agar tidak terjebak dalam perangkap permainan harga penjual atau pengelola restoran, ada beberapa cara sederhana untuk memastikan anggaran liburan tidak lebih banyak dari yang direncanakan.
Jason mengatakan sebelum memulai perjalanan, tetapkan anggaran yang realistis untuk akomodasi, aktivitas, makan, dan suvenir. Dengan membatasi pengeluaran dan tetap berpegang pada anggaran, dapat menghindari pengeluaran berlebihan dan mengurangi risiko menjadi korban jebakan turis.
Selain itu penting juga memprioritaskan nilai daripada kenyamanan saat membuat keputusan pembelian selama perjalanan. Jangan sampai menyerah dan akhirnya implusif membeli suvenir atau harga tempat wisata yang terlalu mahal. Pertimbangkan secara cermat kualitas dan efektivitas biaya dari setiap pengalaman."
Kalau ragu percaya pada naluri diri sendiir. Selain itu, jangan takut untuk menjauh dari penjual agresif atau perusahaan yang kurang transparan dalam hal harga. "Lebih baik berhati-hati daripada menyesali pembelian impulsif di kemudian hari," kata Jason.
Pilihan editor: Libur Lebaran jadi Momen Ajak Keluarga Melakukan Perjalanan Wisata, Simak Tipsnya