Permasalahan lain terkait penggunaan ponsel dalam penerbangan adalah kemungkinan kelebihan beban pada menara seluler di darat. Saat terbang di ketinggian rendah, saat lepas landas dan mendarat, yang dianggap sebagai fase penting dalam penerbangan, ponsel terhubung ke beberapa menara sekaligus saat bergerak. Mengingat banyaknya penumpang yang mengudara setiap saat, hal ini dapat menjadi beban bagi jaringan di dekat bandara yang sangat sibuk. Namun, begitu berada di ketinggian jelajah, ponsel mungkin berada di luar jangkauan menara, sehingga baterai ponsel akan lebih cepat terkuras karena berusaha menjadi koneksi.
Seiring dengan perubahan teknologi, ancaman baru muncul dalam hubungan telepon-pesawat. Daat ini, ancaman terbesar adalah jaringan 5G.
“Dengan banyaknya perusahaan telepon yang kini menawarkan bandwidth 5G, hal ini berpotensi mengganggu radio altimeter, yang merupakan instrumen yang digunakan pilot untuk menunjukkan kapan mereka perlu menyalakan suar, atau mengangkat roda hidung pesawat, untuk mendaratkan pesawat,” kata Bubb.
Bandwidth spesifik yang digunakan oleh operator seluler AS untuk layanan 5G sangat dekat dengan bandwidth yang sama yang digunakan oleh altimeter radio, sehingga meningkatkan potensi interferensi.
“Karena pilot duduk terlalu tinggi di kokpit, sulit bagi mereka untuk melihat landasan pacu ketika mendarat, itulah sebabnya mereka mengandalkan radio altimeter sebagai panduan,” kata Bubb.
“Jadi, ketika pramugari meminta penumpang untuk mengaktifkan atau mematikan ponsel mereka, ada alasan bagus mengapa penumpang harus menuruti permintaan tersebut,” Bubb menambahkan.
Menggunakan Wi-Fi
Meskipun menggunakan ponsel belum tentu berbahaya, hal ini bisa sangat mengganggu pilot sehingga penumpang harus selalu mengaktifkan mode pesawat pada ponselnya.
Beberapa maskapai penerbangan menawarkan Wi-Fi kepada penumpang untuk penerbangan mereka tetapi biasanya harus membayar lagi untuk menggunakannya.
Seorang wanita baru-baru ini menceritakan pengalamannya mendapatkan tagihan telepon yang sangat besar yang dia kumpulkan setelah menggunakan ponselnya di dalam pesawat.
Telepon dapat terhubung ke penyedia layanan maritim terdekat saat penumpang berada dalam penerbangan, sehingga penumpang harus mengeluarkan tagihan yang sangat besar.
Faktanya, survei Allianz Travel Insurance pada 2017 menemukan bahwa 17,2 persen penumpang tidak pernah mengubah ponselnya dalam mode pesawat selama penerbangan. Belum diketahui secara pasti apa yang mungkin terjadi karena interaksi antara ponsel dan pesawat belum diteliti dengan baik. Ada laporan anekdot mengenai perangkat elektronik pribadi (PED) yang berpotensi mengganggu avionik (peralatan elektronik penerbangan), tapi hampir mustahil untuk meniru peristiwa ini, menurut Boeing. Namun bukan berarti tidak ada risiko.
EXPRESS.CO.UK | TRAVEL LEISURE
Pilihan Editor: 7 Cara Membuat Penerbangan Kelas Ekonomi Terasa di Kelas Bisnis