Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Monumen Jam Gadang di Bukittinggi yang Diresmikan pada 1927

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Jam Gadang, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, pada Sabtu 26 Agustus 2023. (TEMPO.CO/Fachri Hamzah)
Jam Gadang, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, pada Sabtu 26 Agustus 2023. (TEMPO.CO/Fachri Hamzah)
Iklan

TEMPO.CO, Padang - Kawasan Jam Gadang jadi salah satu destinasi wisata yang banyak diminati para wisatawan yang berkunjung ke Sumatra Barat. Destinasi tersebut berada di Kota Bukittinggi, berjarak 74 kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau.

Monumen Jam Gadang merupakan salah satu simbol dari Kota Bukittinggi. Kata "Jam Gadang" diambil dari bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar". Monumen dengan tinggi sekitar 27 meter itu diresmikan pada 25 Juli 1927. Dalam buku Bukittinggi 1969-1971, disebutkan jika pembangunan Jam Gadang berlangsung antara 1925 hingga 1927. Pembangunan monumen tersebut atas perintah Ratu Belanda Wilhelmina. Lokasi Jam Gadang disinyalir sebagai titik nolnya Kota Bukittinggi.

Struktur bangunan jam gadang terdiri dari puncak yang berbentuk gonjong. Awalnya atap Jam Gadang berbentuk bulat, saat pendudukan Jepang, konstruksinya berubah jadi gaya khas Negeri Matahari Terbit. Pascakemerdekaan barulah atapnya diubah ke bentuk gonjong Rumah Gadang.

Kemudian, setiap sisi terdapat jam dengan diameter 80 sentimeter. Jam tersebut digerakkan oleh mesin mekanik yang langsung didatangkan dari Rotterdam, Belanda. Bagian dalam Jam Gadang juga terdapat sebuah lonceng yang bertuliskan nama pabrik pembuat jam, Vortmann Recklinghausen. Bagian dalam menara terdapat lima tingkat, setiap tingkat memiliki fungsinya masing-masing. 

Selain menjadi simbol kota, Jam Gadang dulunya menjadi tempat yang berpengaruh saat proses kemerdekaan, seperti pengibaran bendera merah putih dan demonstrasi nasi bungkus pada 1950.

Jam Gadang juga saksi bisu pertempuran militer Indonesia menghadapi Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) 1958 di Sumatera Barat. Dalam buku PRRI, Pemberontakan atau Bukan? karya Syamdani tertulis di bawah Jam Gadang mati 187 orang. Dari 187 orang tersebut, 177 di antaranya merupakan warga sipil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini Jam Gadang sudah dijadikan salah satu destinasi unggulan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi. Beberapa kali Jam Gadang dan sekitarnya direnovasi guna meningkatkan kunjungan wisatawan. Setiap harinya wisatawan yang berkunjung ke Jam Gadang lebih dari1.000 orang. Jika pada hari libur, kunjungannya tentu akan lebih meningkat.

Selain itu, sekitar Jam Gadang juga terdapat destinasi wisata lainnya seperti Istana Bung Hatta, Lubang Jepang, Ngarai Sianok, Pasar Atas, Jembatan Limpapeh, dan Rumah Kelahiran Bung Hatta. 

FACHRI HAMZAH

Pilihan Editor: 3 Rekomendasi Wisata di Kota Padang, Pilih ke Pantai atau Gunung?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

8 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Lestarikan Silek Galombang Duo Baleh Minangkabau, Mahasiswa ISI Padang Panjang Gelar Pertunjukan Seni

9 hari lalu

Silek Galombang Duo Baleh (Dok. ISI Padang Panjang)
Lestarikan Silek Galombang Duo Baleh Minangkabau, Mahasiswa ISI Padang Panjang Gelar Pertunjukan Seni

Silek Galombang Duo Baleh merupakan salah satu aliran atau cabang dari seni bela diri tradisional Minangkabau yang berkembang di Batipuh, Tanah Datar.


Polemik Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah, Ini Kata Kemendikbudristek

9 hari lalu

Suasana peringatan Hari Kartini oleh Siswa SDN Paseban 03 Paseban, Jakarta, 21 April 2016. Hari Kartini diperingati dengan mengenakan pakaian adat dan berpawai di sekitar sekolah. TEMPO/Subekti.
Polemik Pakaian Adat Jadi Seragam Sekolah, Ini Kata Kemendikbudristek

Viral pakaian adat yang menjadi seragam sekolah untuk pelajar SD, SMP, dan SMA di media sosial X mendapat respons Kemendikbud. Begini penjelasannya.


Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

13 hari lalu

Siswa Sekolah Dasar Islam Excellent Plus Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mengenakan pakaian adat untuk seragam sekolah. Foto: SF Islam Excellent Plus/Istimewa
Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

Salah satu daerah yang menerapkan kebijakan Permendikbud Ristek soal pakaian adat sebagai seragam sekolah pada waktu tertentu adalah Bukittinggi.


Tiga Kecamatan Terendam, Banjir Kota Bukittinggi Mulai Surut

26 hari lalu

Kondisi Kota Bukittinggi pasca hujan deras pada Selasa malam, 2 April 2024. Dok. Humas BNPB
Tiga Kecamatan Terendam, Banjir Kota Bukittinggi Mulai Surut

Sembilan kelurahan di tiga kecamatan terendam air dengan ketinggian 30-120 sentimeter saat banjir berlangsung.


Sako Academy Gelar Putar Film Usmar Ismail di Kota Kelahiran

30 hari lalu

Pembukan perayaan Hari Film Nasional i oleh Arif Malin Mudo yang merupakan Founder Sako Academy. Perayaan Hari Film Nasional tersebut dilakukan pada Kamis 28 Maret 2024 di Kota Bukitinggi.Foto TEMPO/Fachri Hamzah.
Sako Academy Gelar Putar Film Usmar Ismail di Kota Kelahiran

Sako Academy mengelar peringatan Hari Film Nasional di Kota Bukitinggi, Sumatera Barat pada Kamis 28 Maret 2024 dengan cara memutar film Usmar Ismail.


Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

31 hari lalu

Seorang warga sedang memotret mural Usmar Ismail yang berada di Janjang 40, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Jumat, 29 Maret 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

Hari Film Nasional 2024 digelar dengan mendatangi tempat-tempat yang penuh kenangan bagi Usmar Ismail di Kota Bukittinggi.


Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

35 hari lalu

Masjid Raya Sumatera Barat. Foto : Pemkot Padang
Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

Destinasi wisata religi di Sumbar banyak jumlahnya, antara lain Masjid Raya Sumatera Barat hingga surau tempat Buya Hamka menimba ilmu agama.


Lamang Tapai Kuliner Khas Minangkabau Bukan Sekadar Makanan, Ini Filosofinya

43 hari lalu

Lamang Tapai. TEMPO/Febri Yanti
Lamang Tapai Kuliner Khas Minangkabau Bukan Sekadar Makanan, Ini Filosofinya

Walau terdengar tidak biasa, memadukan Lemang dengan tapai ketan cukup populer di Sumatra Barat. Penganan ini disebut Lamang Tapai.


Polisi Kembali Tangkap 2 Tahanan yang Kabur dari Polsek Tanah Abang, Tersisa 1 Buronan

47 hari lalu

Konferensi Pres Polres Metro Jakarta Pusat pada Rabu, 22 Februari 2024, terkait penangkapan 8 tahanan Polsek Tanah Abang yang kabur pada Senin dinihari, 19 Februari 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Polisi Kembali Tangkap 2 Tahanan yang Kabur dari Polsek Tanah Abang, Tersisa 1 Buronan

Tim gabungan Polres Metro Jakarta Pusat kembali menangkap dua tahanan yang kabur dari Polsek Tanah Abang.