Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Ayam Kokok Balenggek dari Sumatera Barat yang Bersuara Unik

image-gnews
Perlombaan ayam kokok balenggek pada Penas Tani dan Nelayan ke XVI di Padang. TEMPO/Fachri Hamzah
Perlombaan ayam kokok balenggek pada Penas Tani dan Nelayan ke XVI di Padang. TEMPO/Fachri Hamzah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sumatera Barat memiliki banyak hewan endemik yang memiliki keunikan. Salah satunya ayam kokok Balenggek.

Hewan berjenis unggas itu berasal dari Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah Kabupaten Solok.

Jika dilihat dari segi tampilan, hewan tersebut memiliki kesamaan dengan ayam pada umumnya. Hal yang membuatnya berbeda adalah kokok atau nyanyiannya yang bertingkat dan bervariasi.

Selain itu, ayam kokok Balenggek memiliki penampilan tegap dan gagah. Bulunya memiliki variasi warna merah, kuning, putih serta kombinasi antara warna tersebut. Bulu pada ayam tersebut juga terlihat mengkilat sehingga memberikan kesan yang menarik.

Ayam ini memiliki jengger tunggal yang merupakan jenis jengger yang umum ditemui pada ayam-ayam domestik. Jengger tunggal adalah jenis jengger yang terletak di bagian atas kepala ayam dan biasanya berbentuk datar atau melengkung. Jengger ini berfungsi untuk membantu dalam pengaturan suhu tubuh ayam, mengatur aliran darah dan memiliki peran dalam proses reproduksi ayam.

Menurut Rusfidra, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) dalam jurnalnya berjudul "Identifikasi Marka Bioakustik Suara Kokok Ayam Kokok Balenggek di Kandang", pola kokok ayam kokok Balenggek memang berbeda dengan pola kokok ayam pelung, ayam bekisar dan ayam kampung. Suara kokok ayam tersebut memiliki tiga bagian yang dapat diidentifikasi, yaitu kokok bagian depan, kokok tengah dan kokok bagian belakang yang juga disebut sebagai lenggek kokok.

Nyanyian ayam kokok Balenggek ini membuat banyak peminatnya sehingga beberapa tahun ke belakang, ayam itu dilombakan secara khusus di Sumatera Barat. Salah satunya di Pekan Nasional  (Penas) Kontak Tani dan Nelayan (KTNA) ke XVI di Kota Padang, Sumatera Barat pada 11 Juni 2023.

Ketua Asosiasi Pecinta Ayam Kokok Balenggek Indonesia (APAKBI) Sumatera Barat Sastra Munaftri mengatakan ayam kokok Balenggek ini adalah perkawinan ayam hutan merah dengan ayam kampung. Ciri khas dari ayam kokok Balenggek ini memiliki jengger satu lembar.

"Ayam ini tidak ada terdapat di tempat lain, hanya ada di Sumatera Barat," kata Sastra.

Terkait perlombaan ayam kokok Balenggek, terdiri dari tiga kategori. Tetapi yang berkembang selama ini hanya dua kelas, yaitu landik dan boko.

"Pada ajang Penas Tani dan Nelayan ke XVII di Padang, kami mencoba melombakan satu kelas lagi yaitu istimewa," kata Sastra. "Cara penilaiannya adalah ayam yang paling banyak berkokok, istilah Minang-nya siapa yang paling gacor ayamnya."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sastra juga menjelaskan terkait harga ayam kokok Balenggek sangat fantastis. Nilai harga tersebut berdasarkan kokoknya, selama ini kisarannya berada pada angka Rp 500 ribu sampai 4 juta.

"Ayam saya saja pernah tawar 2 juta rupiah, tetapi tidak saya jual," kata Sastra. 

Untuk peminat ayam kokok Balenggek saat ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya anggota APAKBI yang berasal dari luar Sumatera Barat.

"Sampai saat ini sudah ada yang dari Pekanbaru, Depok, Bandung dan Jakarta," kata Sastra.

Sementara itu, salah satu petani Erson Malin Batuah asal Kota Solok mengatakan sudah dua tahun menjadi peminat ayam kokok Balenggek. Alasannya karena tertarik dengan suaranya.

"Ayam ini kalau pagi itu suaranya enak didengar, apalagi sambil minum kopi," kata Erson.

Selain itu, ayam ini tidak terlalu susah dirawat alias hampir sama dengan ayam kampung lainnya. "Tidak ada perlakuan khusus, hampir sama dengan ayam-ayam kampung. Makannya juga bisa dengan nasi," kata Erson.

Hal lain yang membuat Erson tertarik adalah dari segi harga yang cukup stabil dan bagus sehingga tidak membuat petani jadi rugi. "Ayam saya pernah ditawari orang sebesar 2 juta rupiah," ujarnya.

Pilihan Editor: Promosi Wisata Sumatera Barat: Budaya Nan Khas, Makanan Nan Lamak, Alam Nan Indah

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rumah Potong Hewan dan Unggas Wajib Sertifikasi Halal Per Oktober 2024

3 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) Pulo Gadung, Jakarta Timur pada Sabtu, 4 Mei 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang.
Rumah Potong Hewan dan Unggas Wajib Sertifikasi Halal Per Oktober 2024

LPPOM MUI jelaskan masih perlu penataan dan sosialisasi soal sertifikasi halal bagi rumah potong hewan jenis unggas.


Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

12 hari lalu

Sejumlah komodo berkumpul dalam kunjungan di Pulau Rinca, Kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Ahad, 14 Oktober 2018. Pulau Rinca yang merupakan zona inti Taman Nasional Komodo, dihuni lebih dari 1.500 ekor komodo. TEMPO/Tony Hartawan
Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

Setidaknya ada 612 hewan endemik asal Indonesia dari berbagai jenis, seperti mamalia, burung, reptil, hingga amfibi. Berikut lima di antaranya.


LBH Padang Desak Pemerintah Cabut Izin Tambang Galian C di Kabupaten Solok

19 hari lalu

Warga mencari pekerja tambang emas yang masih tertimbun di kawasan hutan Jorong Timbahan, Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Selasa, 11 Mei 2021. Sebanyak delapan orang pekerja tambang emas meninggal dunia dan sembilan luka-luka akibat terjadinya longsor di kawasan tambang ilegal tersebut. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi
LBH Padang Desak Pemerintah Cabut Izin Tambang Galian C di Kabupaten Solok

LBH Padang mendesak pemerintah mencabut izin tambang untuk melindungi lingkungan dan jalan nasional di Air Dingin, Kabupaten Solok.


Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

47 hari lalu

Seekor biawak di Pulau Biawak, Indramayu, Jawa Barat, 26 Juni 2014. Pada sore hari, biawak-biawak berenang di tepi pantai untuk memangsa ikan. TEMPO/Aditya Herlambang
Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

Rumah artis Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar dimasuki biawak belum lama ini. Hewan apakah ini? Ada sekitar 80 jenis biawak di seluruh dunia,


Jalan-jalan ke Kampung Halaman Ellyas Pical, Banyak yang Indah di Saparua Maluku Tengah

57 hari lalu

Ellyas Pical. TEMPO
Jalan-jalan ke Kampung Halaman Ellyas Pical, Banyak yang Indah di Saparua Maluku Tengah

Kampung halaman petinju legendaris Ellyas Pical di Saparua, Maluku Tengah memiliki beragam destinasi wisata unggulan. Apa saja?


Demam Kakatua Renggut 5 Nyawa di Eropa, Cek Penyebab dan Gejala

8 Maret 2024

Burung kakatua putih. ANTARA
Demam Kakatua Renggut 5 Nyawa di Eropa, Cek Penyebab dan Gejala

Demam kakatua dengan mudah menyebar di antara unggas dan juga menular ke manusia. Siapa saja yang berisiko tertular dan apa gejalanya?


Risiko Kerusakan Habitat Burung Endemik di Sulawesi dan Maluku

7 Februari 2024

Burung nuri kabare (Psittrichas fulgidus) (kanan) dan kakatua raja (Probosciger aterrimus) (kiri) bertengger di kayu saat dilepasliarkan di Hutan Adat Isyo, Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Jayapura, Papua, Sabtu 20 Agustus 2022. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua melepasliarkan 17 satwa jenis aves yaitu dua ekor nuri kabare (Psittrichas fulgidus), tiga ekor kakatua raja (Probosciger aterrimus), delapan ekor kasturi kepala hitam (Lorius lory), tiga ekor nuri bayan (Eclectus roratus), dan seekor kakatua koki (Cacatua galerita). ANTARA FOTO/Sakti Karuru
Risiko Kerusakan Habitat Burung Endemik di Sulawesi dan Maluku

Sulawesi dan Maluku termasuk lokasi penambangan nikel yang paling berpotensi mengusik habitat burung endemik.


Kala Burung Endemik Indonesia Terancam Pembukaan Tambang

30 Januari 2024

Petugas mengangkut peti berisi burung endemik Indonesia di Pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara, Kamis 19 Oktober 2023. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara berhasil memulangkan (repatriasi) sebanyak 73 ekor burung endemik yang terdiri dari jenis kakaktua jambul kuning, kakaktua raja, kakatua Maluku dan nuri kepala hitam yang merupakan hasil tindak pidana penyelundupan satwa liar di Filipina, selanjutnya seluruh hewan endemik tersebut akan melewati proses pemeriksaan serta rehabilitasi di pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar Tasikoki di Bitung sebelum dilepaskan ke habitat asalnya. ANTARA FOTO/Adwit Pramono
Kala Burung Endemik Indonesia Terancam Pembukaan Tambang

Burung termasuk hewan endemik di Indonesia yang habitatnya berpotensi terganggu oleh pembukaan lahan tambang.


Asa Komunitas Musik Klasik di Kota Padang

8 Januari 2024

Sendi Orysal memainkan violin dalam kegiatan Klasik Asik yang diadakan oleh komunitas WESS di Cafe D'Colonisl Kota Padang. Foto TEMPO| Fachri Hamzah
Asa Komunitas Musik Klasik di Kota Padang

Sendi menerangkan, program musik klasik ini terdiri dari beberapa kegiatan mulai dari diskusi sampai tampil di panggung.


Pari Jawa Punah, Pakar Perikanan Unair Soroti Pentingnya Edukasi untuk Masyarakat

5 Januari 2024

Pari jawa. Dok. Unair
Pari Jawa Punah, Pakar Perikanan Unair Soroti Pentingnya Edukasi untuk Masyarakat

Pari Jawa memang telah lama masuk ke dalam hewan yang terancam punah.