Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cerita di Balik Produksi Sandal Upanat, Terinspirasi Relief Candi Borobudur

image-gnews
Basiyo, pencetus sandal upanat untuk naik ke Candi Borobudur. Tempo/Arimbi HP
Basiyo, pencetus sandal upanat untuk naik ke Candi Borobudur. Tempo/Arimbi HP
Iklan

TEMPO.CO, Magelang - Berkunjung ke Candi Borobudur wajib menjalankan sejumlah peraturan demi menjaga kelestarian sismtus warisan dunia itu. Salah satunya adalah penggunaan sandal upanat ketika pengunjung naik ke Candi Borobudur.

Sandal upanat adalah alas kaki yang harus digunakan oleh setiap orang yang akan mendaki bangunan candi. Tak seperti alas kaki lainnya, sandal itu dibuat dari daun pandan sehingga aman untuk bebatuan candi.

Seorang pioner pembuat sanal upanat dari Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Basiyo, 58 tahun mengatakan dirinya sudah memproduksi sandal berbahan daun pandan duri sejak 2003. Sebelum membuat upanat berbahan daun pandan, ayah tiga anak tersebut pernah memproduksi sandal berbahan kain batik yang juga digunakan untuk naik ke Candi Borobudur.

Namun, kala itu, pihak pengelola Candi Borobudur belum mewajibkan semua pengunjung yang naik menggunakan alas kaki khusus sehingga penjualannya masih landai dan produksinya belum banyak. "Sampai kemudian ditawari dari Taman Wisata Candi (TWC) untuk melakukan uji coba sandal untuk mencari bahan terbaik yang tidak merusak struktur relief," kata Basiyo kepada Tempo, Selasa, 6 Juni 2023.

Basiyo mencoba membuat sandal dari berbagai bahan, mulai dari kain batik, batok, karet dan yang lain. Tapi ternyata daun pandan duri lah yang ketika diuji tidak menimbulkan goresan atau perubahan pada tekstur candi.

Sejak itu, Basiyo diminta memproduksi sandal upanat berbahan pandan duri kering untuk digunakan di Candi Borobudur. "Waktu itu bermodal 25 juta untuk beli alat, biaya produksi dan lain-lain," kata dia.

Alasan Basiyo memilih daun pandan duri sebagai bahan utama karena terinspirasi dari relief Karmawibhangga panel 150 pada Candi Borobudur. Relief itu menceritakan tentang pembuatan sandal di masa itu yang memanfaatkan daun panjang yang dikeringkan.

"Produksi pertama untuk uji coba 50 biji, lengkap dengan goodie bag, jadi pengunjung yang ke Candi Borobudur membayar Rp 120.000 mendapat 1 goodie bag berisi upanat, tiket masuk, serta guide," kata Basiyo.

Semakin diminati

Seiring berjalannya waktu, sandal buatan Basiyo ternyata semakin diminati pengunjung, baik dalam maupun luar negeri. Ia pun diminta pengelola Candi Borobudur untuk menambah jumlah produksi dari 50 menjadi 100 pasang dalam sehari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Terlebih sejak konservasi 2017, sekitar 2020 produksi dan penjualannya merangkak naik," kata Basiyo.

Basiyo pun harus menambah jumlah karyawannya untuk memenuhi permintaan itu. Ia mempekerjakan karyawan dari warga Kecamatan Borobudur sehingga usahanya turut membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Sandal upanat buatan Basiyo dibentuk dalam berbagai ukuran mulai 36 hingga 44. Mengingat pengunjung Candi Borobudur juga banyak yang berasal dari luar negeri dengan ukuran kaki 'jumbo'.

"Kalau turis asing Eropa biasanya 42-45, kami sudah menyediakan, untuk anak-anak tidak membuat karena jarang dipakai, biasanya mereka lebih pilih digendong," kata Basiyo.

Pada perayaan Waisak 2023, jumlah penjualan sandal upanat Basiyo mengalami peningkatan. "Naik 20 hingga 50 persen, Waisak sudah jadi agenda tahunan, meskipun jumlahnya tidak sebanyak waktu libur lebaran dan tahun baru," ujarnya.

Sebab, saat Waisak, biasanya justru hanya pengunjung tertentu yang boleh naik ke Candi Borobudur. "Pejabat dan tokoh masyarakat sudah banyak juga yang mampir dan membeli produk ini, seperti Presiden Jokowi, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, dan masih banyak lagi," kata Basiyo.

Pilihan Editor: Candi Borobudur Buat Simulasi Alur Wisatawan dan Penggunaan Sandal Upanat

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menikmati Keindahan Alam Negeri Sayur Sukomakmur di Magelang

10 hari lalu

Negeri Sayur Sukomakmur, Magelang, Jawa Tengah (Instagram/@exsplore_sukomakmur)
Menikmati Keindahan Alam Negeri Sayur Sukomakmur di Magelang

Desa Sukomakmur di lereng Gunung Sumbing Magelang dijuluki Negeri Sayur karena menyuguhkan pemandangan ladang sayuran yang indah.


Libur Panjang Akhir Bulan Mau ke Mana? 5 Wisata Kabupaten Magelang Selain Borobudur

19 hari lalu

Jalan setapak dikelilingi pepohonan dan udara sejuk menunju puncak Gunung Tidar di Kota Magelang, Jawa Tengah. TEMPO | Rini K
Libur Panjang Akhir Bulan Mau ke Mana? 5 Wisata Kabupaten Magelang Selain Borobudur

Namun, selain Borobudur, Kabupaten Magelang juga memiliki beragam tempat wisata menarik yang patut dikunjungi.


Telomoyo Nature Park di Gunung Telomoyo, Keindahan Alam Unik di Jantung Jawa Tengah

22 hari lalu

Wisatawan menikmati matahari terbit di Gunung Telomoyo, Desa Sepakung, Banyubiru, Kabupaten Semarang, Ahad, 10 November 2019. Sejumlah gunung yang dapat dilihat di antaranya Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Ungaran. ANTARA/Aji Styawan
Telomoyo Nature Park di Gunung Telomoyo, Keindahan Alam Unik di Jantung Jawa Tengah

Salah satu hal yang membuat Telomoyo Nature Park di Gunung Telomoyo Kabupaten Semarang, begitu unik adalah keindahan alamnya yang spektakuler.


Mengenal Jamur Borobudur, UMKM Budidaya Jamur di Kawasan Wisata Candi Borobudur

28 hari lalu

Jamur Borobudur menjadi salah satu tujuan wisata di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu, 30 Agustus 2023. Tempat itu menjadi lokasi budidaya jamur hingga pengolahannya menjadi kripik hingga rendang. TEMPO/ Moh Khory Alfarizi
Mengenal Jamur Borobudur, UMKM Budidaya Jamur di Kawasan Wisata Candi Borobudur

Jamur lingzhi dikeringkan lalu dipotong-potong untuk diseduh layaknya teh.


Berkeliling Desa Wisata Candi Borobudur dengan Andong

28 hari lalu

Mbah Ompong berfoto dengan andongnya. Kuda pada andong itu dinamainya Putra Sakti yang melayani wisata berkeliling kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Rabu, 30 Agustus 2023. TEMPO/ Moh Khory Alfarizi.
Berkeliling Desa Wisata Candi Borobudur dengan Andong

Berkeliling ke desa penopang wisata Candi Borobudur dengan andong, menjadi bagian dari kegiatan EZTrip to Plataran with BlueBird Group.


Cerita Pemilik Jamur Borobudur: Dibangun 2013, Kini Omzetnya Rp 140 Juta per Bulan

29 hari lalu

Pemilik Jamur Borobudur Puput Setyoko, 30 tahun, di tempat budidaya jamur miliknya yang berada di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu, 30 Agustus 2023. TEMPO/ Moh Khory Alfarizi
Cerita Pemilik Jamur Borobudur: Dibangun 2013, Kini Omzetnya Rp 140 Juta per Bulan

Setiap hari, karyawannya itu mengolah jamur menjadi keripik saja sebanyak 40 kilogram sehari.


Menunggu Senja di Enam Langit by Plataran, Restoran dengan Pemandangan 6 Gunung

29 hari lalu

Suasana sore hari Enam Langit by Plataran, pada Rabu, 30 Agustus 2023, restoran yang menyajikan pemandangan enam gunung yakni Merapi, Merbabu, Telomoyo, Andong, Sumbing, dan Parahu (Prau). Restoran tersebut terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. TEMPO/ Moh Khory Alfarizi
Menunggu Senja di Enam Langit by Plataran, Restoran dengan Pemandangan 6 Gunung

Tujuan ke Enam Langit by Plataran bagian dari perjalanan untuk melihat matahari terbenam atau waktu senja dengan pemandangan enam gunung yakni Merapi, Merbabu, Telomoyo, Andong, Sumbing, dan Parahu


Komunitas Lima Gunung Setiap Tahun Selenggarakan Festival Tradisi dan Seni, Ini Profilnya

34 hari lalu

Sejumlah penari sanggar Ajisetyo Manunggal menampilkan tari Dayakan Rayung saat Festival Lima Gunung (FLG) XXII di Dusun Sudimoro, Baleagung, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023). FLG XXII diselenggarakan oleh seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Sumbing, Menoreh, Merbabu dan Andhong) diikuti oleh sedikitnya 79 kelompok seni dari berbagai daerah melibatkan 1.635 seniman dengan mengusung tema Kalis Ing Kahanan. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/hp.
Komunitas Lima Gunung Setiap Tahun Selenggarakan Festival Tradisi dan Seni, Ini Profilnya

Komunitas Lima Gunung berhasil mengadakan Festival Lima Gunung 2023. Siapakah mereka? Dan apa saja karyanya?


Alasan Hakim MA Korting Hukuman Ferdy Sambo, karena Pengabdian 30 Tahun di Polri

35 hari lalu

Terpidana hukuman  penjara seumur  hidup Ferdy Sambo  menjalani pemeriksaan  administratif  di Lapas Salemba, Kamis 24 Agustus 2023. Foto: Ditjendpas
Alasan Hakim MA Korting Hukuman Ferdy Sambo, karena Pengabdian 30 Tahun di Polri

Pertimbangan majelis hakim MA, Ferdy Sambo dengan tegas mengakui kesalahannya dan siap bertanggung jawab atas perbuatannya.


Digelar Sejak 2009, Ini yang Membuat Festival Lima Gunung Bertahan hingga Kini

36 hari lalu

Sejumlah penari sanggar Ajisetyo Manunggal menampilkan tari Dayakan Rayung saat Festival Lima Gunung (FLG) XXII di Dusun Sudimoro, Baleagung, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023). FLG XXII diselenggarakan oleh seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Sumbing, Menoreh, Merbabu dan Andhong) diikuti oleh sedikitnya 79 kelompok seni dari berbagai daerah melibatkan 1.635 seniman dengan mengusung tema Kalis Ing Kahanan. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/hp.
Digelar Sejak 2009, Ini yang Membuat Festival Lima Gunung Bertahan hingga Kini

Festival Lima Gunung diadakan secara mandiri oleh seniman petani di Komunitas Lima Gunung, yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh.