TEMPO.CO, Yogyakarta - Perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri 2023 berpotensi menyebabkan ibadah salat Idul Fitri atau salat Id tahun ini bakal digelar sebanyak dua kali. Tanggal 1 Syawal tahun ini kemungkinan tidak berlangsung bersamaan antara Muhammadiyah dan ketetapan pemerintah, yaitu masing-masing 21 dan 22 April 2023.
Atas perbedaan penetapan hari raya itu, Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Inspektur Jenderal Suwondo Nainggolan menyatakan pihaknya telah bersiap melakukan pengamanan sesuai kebutuhan di lapangan. "Seperti tahun lalu, pengamanan Hari Raya Idul Fitri tahun ini dengan dua kali kegiatan salat, pengamanan di tempat ibadah,” kata dia di Yogyakarta, Selasa, 11 April 2023.
Terkait perbedaan penetapan Hari Idul Fitri ini, Suwondo juga telah berkoordinasi dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Yogyakarta untuk bersama mempersiapkan momen menjelang Hari Raya Idul Fitri agar situasi tetap nyaman bagi semua pihak. "Kepolisian tetap akan berjaga di sejumlah lokasi, terutama yang menjadi pelaksanaan ibadah Salat Ied agar ibadah tetap berlangsung dengan khusyuk di semua wilayah," kata dia.
Dari pertemuan bersama FKUB, Suwondo menuturkan, saat pelaksanaan salat Id nanti, tak hanya masyarakat muslim saja yang membantu menjaga kekhusyukan ibadah. Warga nonmuslim atau mereka yang tak melaksanakan salat Id juga dilibatkan menjaga kondusivitas.
“Misalnya saat salat Id berlangsung, warga yang tak salat Ied akan dilibatkan dalam kegiatan pengamanan rumah, lingkungan dan juga tempat parkir," kata Suwondo.
Metode pengamanan melibatkan berbagai elemen masyarakat saat salat Ied ini merupakan adaptasi dari penerapan di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo. "Teknis pelaksanaan juga akan melibatkan pamong wilayah seperti kepala dukuh yang didukung Babinsa dan Bhabinkamtibmas, selain unsur utama masyarakat setempat," kata Suwondo.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan warga Yogyakarta tak mempermasalahkan perbedaan tanggal hari Raya Idul Fitri 1444 H itu. Menurut Raja Keraton Yogyakarta itu, warga tetap akan senantiasa akur dan menghargai satu sama lain sehingga perbedaan itu tidak akan berdampak apapun terhadap kondusivitas Yogyakarta.
“Tidak ada masalah dengan (perbedaan waktu Idul Fitri) itu, hanya waktu salatnya saja yang berbeda, kan selama ini juga sering terjadi perbedaan seperti itu," kata Sultan.
Sultan mengatakan waktu dua hari Idul Fitri itu dimanfaatkan warga untuk pertemuan keluarga dan kerabat. Lalu baru hari ketiga dan seterusnya berlanjut berpergian bersama atau menyambangi objek wisata.
Pilihan Editor: Sultan HB X Minta Libur Lebaran di Yogyakarta Harus Aman dan Nyaman
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.