Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menghabiskan Akhir Pekan di Museum Raja Ali Haji di Kota Batam

image-gnews
Dua orang pengunjung sedang melintas di depan Museum Raja Ali Haji yang dulunya Astaka MTQ Nasional yang diselengarakan di Kota Batam. Sekarang astaka dijadikan museum. Foto Yogi Eka Sahputra
Dua orang pengunjung sedang melintas di depan Museum Raja Ali Haji yang dulunya Astaka MTQ Nasional yang diselengarakan di Kota Batam. Sekarang astaka dijadikan museum. Foto Yogi Eka Sahputra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Kota Batam kerap menghabiskan akhir pekan dengan mengunjungi Museum Raji Ali Haji. Di museum ini terdapat sejarah kebudayaan Melayu hingga berdirinya Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Museum Raja Ali Haji terdapat di dalam kompleks Alun-alun Engku Putri, Batam Center. Kawasan ini merupakan pusat pemerintah di tengah-tengah Kota Batam. Sekarang museum menjadi destinasi wisatawan lokal dan mancanegara.

Asal Mula Museum Raja Ali Haji

Museum Raja Ali Haji tepat berada di bangunan bekas perhelatan akbar MTQ XXV tingkat nasional pada 2014 lalu. Setelah MTQ, gedung tersebut tidak digunakan. Dua tahun lalu, gedung itu dialihfungsikan sebagai salah satu objek wisata Museum Raja Ali Haji. 

Dari kejauhan museum ini terlihat seperti bangunan masjid, karena memiliki beberapa kubah dan menara. Begitu juga corak bangunan yang keseluruhan berwarna putih. Bagian depan museum juga terdapat mimbar bersejarah pelaksanaan MTQ Nasional 2014 lalu. 

Salah seorang pengunjung memperhatikan miniatur peta Pulau Batam di Museum Raja Ali Haji, Kota Batam. Foto Yogi Eka Sahputra

Pada pintu masuk pengunjung disambut dengan miniatur kayu kapal berbendera belanda. Kapal ini sepertinya kapal perang Belanda, bagian kiri dan kanannya terdapat meriam. “Ini memang kapal Belanda, yang dihancurkan oleh kerajaan Lingga karena melanggar perjanjian perdagangan,” kata Putra, salah seorang petugas Museum Raja Ali Haji bercerita.

Untuk menyusuri museum, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu. Bangunan museum ini berbentuk memanjang dan melengkung. Pengunjung bisa mulai menelusuri dari kiri atau kanan lorong. Sebelum masuk lorong juga terdapat beberapa benda peninggalan bersejarah Melayu. 

Seperti benda Lilin Sambang, yang digunakan saat calon mempelai berendam dalam prosesi pernikahan. Kemudian ada juga replika Nasi Besar, yakni nasi yang disajikan dalam hajatan besar untuk menandakan kehalusan karakter orang Melayu. Lalu ada juga Bangkeng atau Rukop, alat ini berguna sebagai lemari pakaian wanita dan banyak benda bersejarah lainnya.

Di sepanjang bangunan berbentuk lorong ini terpajang foto-foto jadul sejarah Kota Batam di dinding bangunan. Mulai dari foto tokoh melayu, benda bersejarah hingga foto-foto kondisi Batam dahulu kala. Di setiap panjangan foto terdapat penjelasan singkat dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. 

Pajangan foto lama itu menceritakan sejarah panjang Kota Batam. Setiap foto dikelompokan di dinding yang berbeda-beda. Mulai dari masa Belanda, Jepang, Kemerdekaan, kota administratif, masa Nong Isa hingga masa Otorita Batam (sekarang BP Batam) saat ini.

Gunakan Barcode untuk Mengetahui Arti Koleksi Museum

Beberapa benda peninggalan bersejarah yang masih utuh dipajang di sepanjang lorong. Uniknya di semua pajangan tersebut tidak ada penjelasan tentang benda bersejarah itu. Namun, terdapat barcode lengkap dengan logo pemerintah di kiri kanannya. “Cara melihat keterangan benda itu melalui barcode, pengunjung harus barcode dulu pakai smartphone masing-masing,” kata Putra.

Kapal Belanda bersejarah yang dihancurkan kerajaan melayu Lingga. Foto Yogi Eka Sahputra

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah menggunakan peninjauan barcode akan keluar nama barang, jenis barang, lokasi penemuan, hingga keterangannya. “Pengunjung kalau nggak punya smartphone gimana ini,” kata Irvan, salah seorang pengunjung di sela-sela memperhatikan benda-benda bersejarah itu dengan berkelakar.

Di pengujung lorong terdapat bagian sejarah otoritas Batam, bagian ini belum terisi secara penuh di lemari-lemari pajangannya. Tidak hanya benda bersejarah, terakhir juga ada miniatur peta Kota Batam.

Putra mengatakan, Museum Raja Ali Haji ramai dikunjungi pada hari biasa oleh wisatawan mancanegara dari Singapura, Malaysia, Vietnam dan lainnya. “Biasanya mereka datang rombong, satu rombongan bisa 100 orang, satu hari bisa dua kali rombongan yang datang,” katanya. Sedangkan pada akhir pekan, pengunjung yang masuk ke museum Raja Ali Haji hanya sekitar 50-100 orang. “Malahan ramainya pada weekdays,” kata Putra. 

Akhir-akhir ini, pengunjung semakin ramai datang untuk mengambil foto dan video yang akan digunakan dalam lomba pemerintah Kota Batam. “Kita liburnya hanya hari Senin saja, buka dari pukul 9 pagi sampai 5 sore,” katanya. 

Salah seorang pengunjung, Irvan mengaku datang mengunjungi museum untuk menghabiskan waktu akhir pekan. Meskipun sudah enam tahun di Kota Batam, ia baru kali ini berkunjung ke museum tersebut. “Cuma panas saja di dalam museum, sedangkan kita butuh waktu untuk membaca sejarah-sejarah itu,” kata Irvan. 

Pengunjung lainnya, Tasya mengatakan, datang ke museum untuk mencari tugas sejarah dari sekolahnya. Ia sedang menelusuri benda-benda sejarah Melayu yang dilaporkan dalam bentuk video pendek. “Tugas sekolah mas, disuruh cari sejarah-sejarah melayu,” kata siswa SMA 3 Kota Batam ini.

YOGI EKA SAHPUTRA

Baca juga: Sensasi Main di Pantai Melayu Batu Besar Sambil Menyaksikan Pesawat Melintas di Atas Kepala

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

22 jam lalu

Salah satu sudut Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang tengah direvitalisasi hingga Juni 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.


Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

1 hari lalu

Museum of Islamic Art Qatar (Dok. Museum of Islamic Art)
Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

Dalam perjalanan sejarahnya, Qatar berkembang menjadi pusat seni dan budaya yang beragam.


Akademisi Ungkap Peluang Jaring Wisatawan Mancanegara Lewat Sektor Pendidikan

1 hari lalu

Sejumlah akademisi yang berkutat pada pendidikan jarak jauh menggelar pertemuan di Yogyakarta Kamis (25/4). Dok. Istimewa
Akademisi Ungkap Peluang Jaring Wisatawan Mancanegara Lewat Sektor Pendidikan

Pendidikan menjadi pintu masuk untuk mengenalkan Indonesia terutama kekayaan wisata budayanya ke wisatawan mancanegara.


Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan Anaknya Maju di Pilkada 2024, Juga Wali Kota Batam dan Istri, Berikut Profil Mereka

4 hari lalu

Ansar Ahmad Gubernur Kepulauan Riau
Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan Anaknya Maju di Pilkada 2024, Juga Wali Kota Batam dan Istri, Berikut Profil Mereka

Gubernur Kepri dan Anak maju Pilkada 2024, Juga Wagub Kepri dan suaminya. Bergini sosok Ansar Ahmad dan Marlin Agustina.


Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

6 hari lalu

Patung Raja Ramses II terlihat dalam perjalanan ke Museum Agung Mesir di Kairo, Mesir 25 Januari 2018. REUTERS
Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

Mesir menyambut pulang patung berusia 3.400 tahun yang menggambarkan kepala Raja Ramses II, setelah patung itu dicuri dan diselundupkan ke luar negeri


Pesona Pantai Airnanti Barelang Batam yang Memiliki Pasir Bersih

7 hari lalu

Beberapa anak bermain di Pantai Airnanti, Batam, Sabtu 13 April 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Pesona Pantai Airnanti Barelang Batam yang Memiliki Pasir Bersih

Pantai Airnanti Batam memiliki pasir yang bersih, tapi namanya belum terlalu dikenal wisatawan.


Wahana di TMII, Telah Disediakan Angkutan Wara-Wiri Untuk Keliling Taman Mini Indonesia Indah

7 hari lalu

Sejumlah wisatawan mengunjungi Istana Anak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis 11 April 2024. Pengelola TMII menyebutkan sekitar 20.000 wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut pada hari kedua Lebaran 2024 (data terakhir pukul 15.00 WIB) dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga Minggu (14/4) atau H+3 Lebaran. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Wahana di TMII, Telah Disediakan Angkutan Wara-Wiri Untuk Keliling Taman Mini Indonesia Indah

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berusia 49 tahun, suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Ada apa saja di sana?


Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Pemalsuan Surat Tanah, Terancam Penjara 8 Tahun

8 hari lalu

Penjabat Wali Kota Tanjungpinang Hasan ditetapkan sebagai tersangka pemalsuan surat tanah, Jumat, 19 April 2024. Foto: ANTARA/Ogen
Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Pemalsuan Surat Tanah, Terancam Penjara 8 Tahun

Polres Bintan menetapkan Pj Wali Kota Tanjungpinang Hasan tersangka pemalsuan dokumen


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

9 hari lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

10 hari lalu

Rumah Limas tampak depan. Rumah limas khas Palembang ini dibangun pada 1830. Saat ini rumah Limas menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. TEMPO/Parliza Hendrawan
Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

Kedua rumah limas di Palembang ini pernah muncul di uang pecahan Rp10.000, dibangun tahun 1830-an.