TEMPO.CO, Denpasar - Sabtu, 12 Maret 2022, Wayan, 28 tahun seorang manajer villa di wilayah Badung, Bali, kebingungan. Ada tamu bertanya tentang protokol Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan) atau CHSE. Dua tahun terpuruk karena pandemi Covid-19, Wayan mengaku tak sempat mengurus sertifikasi CHSE karena vila tempatnya bekerja tutup sementara.
Seketika Wayan mencari tahu apa itu sertifikasi CHSE dan bagaimana proses mendapatkannya lewat internet. Dia bergegas mendaftar pada website Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun tiga bulan berselang, dia belum juga mendapatkan kabar soal permohonan sertifikasi CHSE tadi. "Belum ada respons," kata Wayan, Rabu, 8 Juni 2022.
Pengalaman yang sama juga terjadi kepada pemilik Hotel Bakung Sari, Kuta, Bali, I Nyoman Graha Wicaksana. Dia kesulitan mengakses sertifikasi CHSE. Pria 40 tahun ini mencari informasi ke rekan sesama pengusaha akomodasi wisata. Dia mendapatkan beragam jawaban. Mulai dari kuota habis sampai proses sertifikasi CHSE bakal mulai lagi pada Agustus 2022.
Ketika penerbangan internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, kembali buka pada Maret 2022, I Nyoman Graha Wicaksana dan beberapa pemiliki hotel bintang tiga di Kuta kebingunan soal sertifikasi CHSE. Musababnya, banyak tamu yang bertanya ihwal sertifikat itu dan protokol kesehatan yang berlaku di hotel tersebut.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara mengatakan, awalnya sertifikasi CHSE merupakan bentuk antisipasi pemerintah ketika akan membuka pariwisata di masa pandemi. "Setahu saya, itu program sepenuhnya dari kementerian dan gratis. Yang penting hotel dan restoran mau serta terdata di organisasi (PHRI),” ujarnya.
Dia melanjutkan, sempat ada rencana wisatawan hanya bisa menginap di hotel atau akomodasi wisata yang memiliki sertifikat CHSE. Namun kenyataannya berubah. Ketika libur lebaran dan beberapa kali libur panjang akhir pekan, kondisi pariwisata berangsur normal. "Wisatawan datang, cuci tangan, mengecek suhu tubuh, dan menginap. Sertifikat CHSE tidak dipajang di depan," katanya.
Pemerintah Provinsi Bali, menurut Damara, sempat hendak membuat program CHSE khusus erbana CHSE Era Baru. Namun progam itu belum terlihat hingga sekarang. Bahkan Gubernur Bali Wayan Koster mengusulkan endemi ke pemerintah pusat.
Harapan Wayan dan I Nyoman Graha Wicaksana tampaknya masih jauh panggang dari api. Berdasarkan informasi pada situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diakses pada Kamis, 9 Juni 2022, kementerian masih merevisi Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 13 Tahun 2020 tentang Standar dan Sertifikasi Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan dalam masa penanganan Pandemi Covid-19.
Surat Edaran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor: SE/4/M-K/2021 mencantumkan sertifikasi CHSE yang awalnya berlaku selama setahun, masih berlaku lebih lama hingga diundangkannya revisi Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 13 Tahun 2020. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mencatat sebanyak 5.863 pengelola usaha, distinasi, dan produk pariwisata telah mengantongi sertifikat CHSE.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Denpasar, Ida Bagus Sidharta Putra mengatakan, semua usaha pariwisata yang ingin beroperasi di masa pandemi wajib untuk menerapkan protokol CHSE, baik dalam pelayanan maupun produk. Akomodasi pariwisata yang telah menjadi anggota PHRI Denpasar, menurut dia, juga sudah memiliki serifikat CHSE.
Bali pada posisi endemi, bukan lagi pandemi Covid-19?
Gubernur Bali Wayan Koster menilai Pulau Dewata sudah berada pada posisi endemi, bukan lagi pandemi Covid-19. Pernyataan disampaikan saat berpidato di gedung DPRD Bali pada Kamis, 31 Maret 2022. Dasar status endemi di Bali, menurut Koster, vaksinasi booster atau tahap ketiga sampai Rabu, 30 Maret 2022 mencapai 50,3 persen dan tertinggi di Indonesia.
Vaksinasi Covid-19 dosis pertama lebih dari 104 persen dan vaksinasi Covid-19 dosis kedua 95 persen. Sejak penerbangan internasional dan kebijakan tanpa karantina serta visa on arrival (VoA) berlaku, wisatawan mancanegara berdatangan ke Bali dan belum terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Konklusi Gubernur Bali Wayan Koster diamini oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara. Dia bahkan menilai penerapan CHSE saat ini tidak jelas. Musababnya, kondisi di Bali sudah terasa seperti sebelum pandemi. Penerapan aplikasi PeduliLindungi, menurut dia, hanya digunakan di beberapa tempat saja. "Dengan kondisi seprti ini, adakah yang mau mengurus sertifikat CHSE?” ucapnya.
Persoalan yang mendesak bagi pariwisata Bali, menurut Bagus Damara, bagaimana kembali mengoperasikan hotel atau akomodasi pariwisata yang mangkrak karena Covid-19. "Perlu biaya membenahi sarana dan mempekerjakan lagi karyawan yang sudah lama dirumahkan," ucapnya. Para pengusaha hotel dan restoran yang sudah menutup bisnisnya karena pandemi membutuhkan suntikan dana untuk bangkit kembali. Tak mudah bagi mereka mencari pinjaman ke bank karena tidak sedikit juga yang terlilit utang.
Seiring kelonggaran syarat perjalanan dan rendahnya kasus Covid-19, lalu lintas penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, terus menggeliat. Selama libur Hari Raya Idul Fitri mulai 1 - 3 Mei 2022, jumlah penumpang yang tiba di terminal domestik sekitar 16 ribu sampai 18 ribu orang per hari. Dalam tempo 16 hari pada Mei 2022, jumlah penumpang domestik yang tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai sebanyak 205.615 orang. Begitu juga sepanjang Juni 2022. Sejak 1 - 18 Juni 2022, penumpang yang datang di terminal domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sebanyak 82.462 orang. Pada terminal internasional sebanyak 45.276 penumpang.
Manajer Marketing destinasi wisata Ulun Danu Beratan, Made Sukarata mengatakan, sejak libur lebaran sampai Juni 2022, jumlah wisatawan domestik yang datang menembus angka 15 ribu orang. Sementara wisatawan mancanegara sekitar 300 hingga 350 orang pada akhir pekan.
Begitupun di destinasi wisata Tanah Lot. Pada awal Mei saat libur lebaran, jumlah kunjungan di atas 5.000 orang setiap hari selama sepekan. Setelah libur panjang, turun menjadi sekitar 3.000-an. "Saat ini, wisatawan mancanegara yang datang rata-rata 300 orang setiap minggu," ujar Manajer Tanah Lot I Wayan Sudiana.
Baca juga:
Melihat Bali yang Kembali Ramai Wisatawan Asing Setelah Ada Relaksasi Aturan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.