TEMPO.CO, Jakarta - Penerapan kembali visa saat kedatangan atau Visa on Arrival (VoA) telah memicu lonjakan yang signifikan pada masuknya wisatawan asing, terutama di Bali. Berlakunya kembali VoA ini dianggap banyak orang sebagai awal kembalinya sektor pariwisata Indonesia.
Menurut Travel Weekly Asia, setelah berbulan-bulan secara bertahap melonggarkan peraturan kedatangan internasional, termasuk penghapusan karantina, VoA kembali berlaku pada awal Maret 2022. Bali menjadi yang pertama memberlakukan kembali VoA-nya yang kini diikuti oleh bandara di Jakarta dan Yogyakarta.
Tanda-tanda kebangkitan pariwisata Bali pun mulai terlihat jelas. Kini semakin banyak peselancar di tengah ombak, grup wisata mulai terlihat berhamburan sedang swafoto saat matahari terbenam di Pantai Kuta dan makin banyak meja yang terisi di kafe dan restoran.
Hampir 15.000 wisatawan asing tiba melalui udara selama Februari dan Maret dengan lonjakan signifikan yang tercatat setelah kembalinya VoA. Wisatawan asing tersebut kebanyakan berasal dari Rusia, Australia, Singapura, Amerika Serikat, Prancis dan Inggris. Angka ini diperkirakan akan bertambah dengan diberlakukannya kembali kunjungan bebas visa bagi warga negara ASEAN baru-baru ini.
Sementara itu, platform perjalanan digital Agoda telah melihat lonjakan pencarian Bali di antara pasar-pasar tetangga. Pulau ini menduduki peringkat teratas sebagai tujuan pencarian teratas di Indonesia pada awal April, sedangkan seluruh negara menempati peringkat ketiga sebagai tujuan di Asia setelah Thailand dan Filipina.
Meskipun lonjakan signifikan dari kembalinya wisatawan asing ini semakin meningkat, anggota industri pariwisata Bali masih belum mau berpuas diri. Mereka mengakui bahwa jalan masih panjang di depan, namun mereka tetap optimis.
“Kami tentu memiliki perasaan positif tentang ini. Kedatangan tersebut sejauh ini tidak murni melalui lalu lintas rekreasi, kami perhatikan sebagian besar masih pengunjung yang memiliki ikatan bisnis dan/atau keluarga ke Bali. Tetapi, bergerak menuju musim liburan musim panas dan pertengahan tahun, kami mengharapkan lebih banyak pertumbuhan pengunjung rekreasi,” kata Ketua Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (ASTINDO) cabang Bali, Simon Purwa.
Bagian dari Hyatt Group, Andaz Bali, mengalami sedikit peningkatan pada tamu internasional sejak berlakunya kembali VoA. Hotel tersebut dibuka tahun lalu di tepi pantai Sanur dan merupakan resort Andaz pertama di Asia.
Selain itu, acara internasional besar di kalender Bali di akhir tahun, khususnya KTT G20 di Nusa Dua pada bulan November terus meningkatkan semangat. "Keberhasilan acara tersebut akan berdampak pada kepercayaan travellers untuk berkunjung ke pulau ini. Kami memperkirakan lonjakan MICE (Program Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) dan liburan sementara pada tahun 2023 dan 2024,” kata Interim General Manager Andaz Bali, Agus Virgianto.
Purwa mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan berapa lama jumlah kedatangan internasional Bali untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi. “Beberapa faktor masih berperan besar, seperti apakah pemerintah mengubah status pandemi menjadi endemik dalam waktu dekat,” ujarnya.
Hal tersebut dikarenakan Gubernur Bali baru-baru ini mencatat bahwa beban kasus Covid-19 pulau yang terus menurun menunjukkan bahwa pulau itu telah memasuki fase endemi. “Kami harus melewati tahap awal pembukaan kembali ini dan melewati musim panas dan akhir tahun. Begitu semua tampaknya berada di jalurnya, maka kita mungkin melihat musim panas 2024 kembali ke kondisi SM (sebelum Covid),” kata Purwa.
BERNADETTE JEANE WIDJAJA | TRAVEL WEEKLY ASIA
Baca juga: Sandiaga Uno Ingin Perluas Akses Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Bali
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.