Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Teh Daun Kelor Masuk Hotel di Lombok, Bermula dari Pesanan Tak Berbalas

image-gnews
Teh Daun Kelor. TEMPO/Charisma Adristy
Teh Daun Kelor. TEMPO/Charisma Adristy
Iklan

TEMPO.CO, Mataram - Ketika masuk hotel, para tamu bebas mengambil minum cuma-cuma sebagai pelepas dahaga yang biasa disebut sebagai welcome drink. Umumnya hotel menyajikan welcome drink berupa es teh manis, es jeruk, atau jamu. Hotel di Lombok, Nusa Tenggara Barat atau NTB, menyuguhkan minuman yang berbeda dari biasanya, yakni teh daun kelor.

Pembuat teh daun kelori, Nasrin H. Muhtar mengatakan, teh jenis ini sudah digunakan oleh sejumlah pengelola hotel di Lombok sebagai welcome drink sejak 2016. "Kami memasok teh celup daun kelor ke hotel-hotel, ke sejumlah pusat perbelanjaan di Lombok, diekspor, sampai dijual eceran," kata Nasrin, pemilik CV Tri Utami Jaya pada Kamis, 31 Desember 2020.

Nasrin H. Muhtar menjelaskan khasiat daun kelor, tanaman dengan nama latin Moringa Oleifera. Daun kelor dapat meningkatkan daya tahan tubuh, untuk detoksifikasi atau mengeluarkan racun dari dalam tubuh, dan membantu kerja bakteri baik pada tubuh. "Kalau imunitas tubuh bagus, racun berkurang dan bakteri yang menguntungkan itu banyak. Maka tubuh pasti sehat," kata Nasrin.

Teh daun kelor buatan CV Tri Utami Jaya milik Nasrin H. Muhtar di NTB. TEMPO | Supriyantho Khafid

Ada dua merek teh daun kelor yang Nasrin buat di Mataram, yakni Sasambo Dom Kidom dan Mori Kai. Dalam bahasa Bima, Sasambo Dom Kidom berarti sumber kehidupan dan Mori Kai singkatan dari Mori Kilo Asli Indonesia. Semula perusahaan milik Nasrin menghasilkan teh celup daun kelori isi 25 sachet Moringa Kidom. Jenis ini, menurut dia, paling banyak masuk hotel di Mataram dan Sekotong Lombok Barat untuk dijadikan minuman welcome drink.

Produk teh celup daun kelor lainnya dikemas dalam bentuk kaleng dengan bobot 150 gram dan kotak yang berisi 10 smpai 25 kantong teh celup daun kelor, sesuai permintaan pelanggan. Tertera lima bahasa pada kemasan teh daun kelor ini, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Jepang, dan Arab. Nasrin mengekspor teh daun kelor ke 13 negara dan menjadi salah satu oleh-oleh wajib wisatawan yang datang ke NTB.

Mulai 2020, Nasrin membuat variasi produk daun kelor. Selain teh, dia membuat masker wajah, sabun, kopi, dan biskuit dari daun kelor. Nasrin memastikan produk buatannya memenuhi standar produksi produk yang baik, bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan memiliki Hak Kekayaan Interlektual atau HAKI dari Kementerian Hukum dan HAM.

Pengusaha teh daun kelor dari NTB, Nasrin H. Muhtar. TEMPO | Supriyantho Khafid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nasrin memiliki 100 hektare kebun kelori di kampung halamannya di Kilo, Kabupaten Dompu, untuk memenuhi kebutuhan aneka produk daun kelor tersebut. Dia berharap dapat menambah lagi kebun kelor menjadi 150 hektare.

Bisnis produk daun kelor Nasrin bermula dari pesanan yang tak kunjung diambil. Nasrin menceritakan, pada 2016, ada seorang pengusaha dari Jerman yang memintanya menyediakan satu ton daun kelor kering untuk diekspor. Harga sudah disepakati Rp 100 juta dan pengusaha tersebut telah membayar uang muka Rp 25 juta.

Hingga waktu yang ditetapkan, pengusaha Jerman tadi tak kunjung mengambil pesanannya dan tak berkabar. Nasrin mencari cara bagaimana supaya daun kelor kering itu tidak mubazir. Dia pun menukil ilmu saat bekerja sebagai cleaning service di sebuah pabrik jamu di Makassar, Sulawesi Selatan.

Teh daun kelor buatan CV Tri Utami Jaya milik Nasrin H. Muhtar di NTB. TEMPO | Supriyantho Khafid

Dari situ, Nasrin membuat jamu merek Sasambo yang terdiri dari jamu Sehat Lelaki, Sehat Wanita, Sehat Pinggang, Pegal Linu. Dia mencampurkan daun kelor dengan bahan jamu lainnya, seperti kacabeling, temulawak, jahe, kayu songgak, meniran, dan lainnya.

Tak mudah memasarkan jamu daun kelor ke masyarakat. Musababnya, stigma minuman jamu yang pahit dan tidak enak membuat orang enggan minum apalagi membelinya. Dia kemudian mengolah daun kelor kering itu menjadi teh. Sejak itu, permintaan teh daun kelor pun melonjak dan usahanya berkembang hingga sekarang.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


10 Hotel Terbaik di Dunia Versi TripAdvisor, Ada yang di Bali

8 jam lalu

Berikut ini daftar hotel terbaik di dunia yang bisa Anda kunjungi versi TripAdvisor. Dua di antaranya ada di Indonesia. Di daerah mana?Foto: TripAdvisor
10 Hotel Terbaik di Dunia Versi TripAdvisor, Ada yang di Bali

Berikut ini daftar hotel terbaik di dunia yang bisa Anda kunjungi versi TripAdvisor. Dua di antaranya ada di Indonesia. Di daerah mana?


8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

1 hari lalu

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.  Foto: Booking.com
8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.


10 Hotel Terbesar di Dunia, Ada yang Punya Lebih dari 7.000 Kamar

4 hari lalu

Ilustrasi hotel terbesar di dunia. Foto: Canva
10 Hotel Terbesar di Dunia, Ada yang Punya Lebih dari 7.000 Kamar

Berikut ini deretan hotel terbesar di dunia, didominasi oleh kompleks mewah di Las Vegas, Amerika Serikat. Kamarnya capai lebih dari 7.000.


Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

6 hari lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Adrien Olichon
Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.


Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

9 hari lalu

Ilustrasi perempuan sedang berada di kamar hotel. Unsplash.com/Eunice Stahl
Okupansi Hotel Libur Lebaran Meleset, PHRI Yogyakarta Soroti Aktivitas Homestay hingga Kos Harian

Okupansi rata-rata hotel di Yogyakarta pada libur Lebaran ini meleset dari target 90 persen, hanya berkisar 80-an persen.


Libur Lebaran Usai, PHRI Yogyakarta Langsung Garap Paket Wisata Syawalan Hotel

10 hari lalu

Hotel Tentrem Yogyakarta. Foto: IG @hoteltentremyogyakarta.
Libur Lebaran Usai, PHRI Yogyakarta Langsung Garap Paket Wisata Syawalan Hotel

Paket syawalan usai libur Lebaran ini diharapkan menjadi satu pengobat melesetnya target okupansi hotel di Yogyakarta pada libur Lebaran ini.


Okupansi Hotel di Yogyakarta Meleset dari Target saat Libur Lebaran, Inikah Penyebabnya?

11 hari lalu

Ilustrasi interior hotel. Pixabay
Okupansi Hotel di Yogyakarta Meleset dari Target saat Libur Lebaran, Inikah Penyebabnya?

PHRI berharap tahun-tahun mendatang akan lebih banyak event untuk menjaring wisatawan datang ke Yogyakarta.


Okupansi Kamar Hotel di Solo Raya Musim Libur Lebaran 2024 Lebih dari 90 Persen

16 hari lalu

Solo Paragon Hotel & Residences
Okupansi Kamar Hotel di Solo Raya Musim Libur Lebaran 2024 Lebih dari 90 Persen

Tingkat hunian atau okupansi kamar hotel di wilayah Solo dan sekitarnya atau Solo Raya di musim libur Lebaran 2024 atau Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriyah ini rata-rata lebih dari 90 persen


Rekomendasi Tempat Staycation untuk Warga Jakarta yang Tidak Mudik Lebaran

23 hari lalu

The Lamandau (thelamandau.com)
Rekomendasi Tempat Staycation untuk Warga Jakarta yang Tidak Mudik Lebaran

Staycation di Ibu Kota sembari menikmati suasana yang bertolak belakang dengan Jakarta di hari kerja bisa jadi pilihan saat Libur Lebaran.


Cerita Pilu RM, Mahasiswi Universitas Jambi Kerja Paksa di Jerman dari Sortir Buah hingga Kuli Bangunan

26 hari lalu

Universitas Jambi. Dok. ANTARA
Cerita Pilu RM, Mahasiswi Universitas Jambi Kerja Paksa di Jerman dari Sortir Buah hingga Kuli Bangunan

Hingga detik ini, RM, mahasiswa Universitas Jambi itu menyimpan kisah pilu ferienjob dengan kedok magang mahasisw dengan tidak memberitahu keluarga.