TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda yang sudah hampir tujuh bulan di rumah saja sejak pandemi terjadi mungkin sudah mulai bosan dan ingin pergi berlibur. Tapi di sisi lain, Anda masih khawatir dengan situasi Covid-19.
Penjelasan dari epidemiolog Tifauzia Tyassuma ini bisa menjadi pencerahan. Tifauzia mengatakan pergi berwisata di saat pandemi sebenarnya bisa dilakukan. Tentu dengan memerhatikan sejumlah hal.
Tifauzia mengatakan potensi penularan tertinggi berada di lokasi dengan kepadatan manusia yang rapat. Sebab, saat ini, transmisi virus Covid-19 sudah berkategori individual transmission.
"Tempat dimana manusia berkumpul dengan kerapatan jadi tempat potensi penularan tertinggi," kata Tifauzia dalam acara Ngobrol Tempo 'Saatnya Kembali Berwisata', Kamis, 15 Oktober 2020.
Karena itu, menurut Tifauzia, akan lebih baik jika orang memilih tempat wisata yang luas dan terbuka serta memungkinkan untuk saling menjaga jarak. "Jadi bukan persoalan di gunung, pantai atau dimana, asal tempatnya luas dan orang bisa jaga jarak itu tempat paling ideal," ujarnya.
Selain itu, Tifauzia menyebut sejumlah jenis wisata bisa menjadi pilihan. Misalnya wisata minat khusus seperti diving atau solo traveling bisa dilakukan karena cenderung tak melibatkan banyak orang.
Pinneng, salah satu traveler yang telah melancong selama pandemi mengatakan masyarakat sudah bisa mulai berwisata asalkan bisa disiplin protokol kesehatan. "Yang saya lihat di daerah-daerah juga sudah siap (menerima wisatawan)," ujarnya.
Fotografer bawah air itu juga menyebut saat ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan standar prosedur pembukaan tempat wisata agar wisatawan bisa berwisata dengan aman. "Asal kita menerapkan 3M, seharusnya kita akan baik-baik saja," kata Pinneng.
Saat ini, sejumlah tempat wisata di daerah-daerah sudah mulai dibuka. Pembukaan disertai dengan penerapan prosedur kesehatan yang ketat, seperti pengecekan suhu, penyediaan sarana kebersihan, pembatasan jumlah wisatawan hingga pemesanan tikwt secara online.