Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bob Marley, 40 Tahun Lalu Jadi Pendukung Kemerdekaan Zimbabwe

Reporter

Editor

Ludhy Cahyana

image-gnews
Ekspresi Bob Marley saat tampil dalam acara Musik  New York Academy di Brooklyn, New York, 1 Mei 1976. Richard E. Marley Natural sedang dikembangkan keluarga Marley bersama Privateer Holding, sebuah perusahaan yang berbasis di Washington. Aaron/Redferns
Ekspresi Bob Marley saat tampil dalam acara Musik New York Academy di Brooklyn, New York, 1 Mei 1976. Richard E. Marley Natural sedang dikembangkan keluarga Marley bersama Privateer Holding, sebuah perusahaan yang berbasis di Washington. Aaron/Redferns
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 18 April, empat puluh tahun yang lalu, Bob Marley dan band-nya, The Wailers, manggung di Stadion Rufaro di Harare. Ia merayakan kemerdekaan Zimbabwe dari pemerintahan minoritas kulit di negeri itu dan kolonial Inggris. Marley menggelar konser di negara baru merdeka itu dengan biaya sendiri, puluhan ribu dolar.

Konser Bob Marley sangat menggetarkan. Bob Marley dan The Wailers menyanyikan "Viva Zimbabwe". Lagu yang disambut seperti meledak di udara itu, ia ciptakan setahun lalu saat berada di Ethiopia. Zimbabwe mendeklarasikan kemerdekaannya pada 11 November 1965, dan baru diakui oleh dunia internasional pada 18 April 1980. 

"Itu adalah momen yang saya nikmati sepenuhnya," kata Christopher Mutsvangwa, salah satu pejuang selama perjuangan pembebasan, yang dikenal sebagai Chimurenga Kedua (1966-1979), kepada Al Jazeera.

"Air mata kegembiraan yang penuh derita mengalir di pipiku," kenangnya tentang peristiwa penting itu. "Sayangnya, banyak kawan terkasihku tidak ada lagi untuk menonton pertunjukan yang mereka bayar dengan harga tertinggi kehidupan."

Malam itu pada bulan April 1980, Zimbabwe menjadi negara merdeka terbaru di Afrika ketika bendera Inggris diturunkan, yang digantikan bendera negara yang baru lahir.

Beberapa bulan sebelumnya, pada bulan Desember 1979, sebuah perjanjian yang ditandatangani di London's Lancaster House telah membuka jalan bagi pemilihan bebas pertama di negara itu pada Februari 1980. ZANU-PF, salah satu partai gerakan pembebasan, meraih suara mayoritas. Hasil Pemilu itu mengantar Robert Mugabe menjadi perdana menteri pertama Zimbabwe.

Marley, salah satu musisi paling berpengaruh secara politik dan sosial pada masanya yang, diundang untuk tampil merayakan kemerdekaan Zimbabwe yang diakui secara internasional. Untuk memenuhi undangan itu, Marley menghabiskan puluhan ribu dolar untuk terbang dengan band dan peralatannya. Mereka mengambil bagian dalam perayaan yang dimulai pada malam 17 April.

Bob Marley, saat tampil dalam acara Hammersmith Odeon, London, Inggris pada 1977. Keluarga penyanyi reggae asal Jamaika, Bob Marley meluncurkan produk yang mereka klaim sebagai merek ganja pertama di dunia. Anwar Hussein/Getty Images

"Malam itu, Marley dan keluarga Wailers menyatakan solidaritas dengan Zimbabwe," kata Fred Zindi, seorang profesor di Departemen Pendidikan Universitas Zimbabwe, "Hampir tak terhindarkan bahwa seorang pria yang diidentifikasi dengan perjuangan melawan kelas dan penindasan ras harus diundang untuk tampil pada perayaan kelahiran negara baru, Zimbabwe," tambah Zindi, yang menyaksikan pertunjukan itu.

Juga di antara 40.000 orang di Stadion Rufaro terdapat kepala pemerintahan dan pejabat dari seluruh dunia, termasuk Pangeran Charles, pewaris tahta Inggris, dan Perdana Menteri India saat itu Indira Gandhi.

Meskipun konser damai merayakan kemerdekaan, di luar stadion terjadi gelombang kerusuhan. Massa yang tak bisa masuk mencoba memasuki stadion yang sudah penuh sesak. Polisi merespons dengan menembakkan gas air mata tetapi Marley tetap di atas panggung dan pertunjukan berlanjut.

Dalam sebuah film dokumenter berjudul “Marley” yang dilansir pada 20 April 2012, Bob Marley mengatakan, ia adalah pria yang revolusioner, “Siapa yang lebih revolusioner dibanding aku, di saat gas air mata di mana-mana, saya sendirian bernyanyi di atas panggung hingga elesai,” ujar Marley dalam film itu.

Konser tanggal 17 April itu memang berantakan karena rusuh, dan Marley setuju untuk tampil lagi pada hari berikutnya, dengan sekitar 100.000 orang yang hadir.

Di antara yang paling menonjol dari pertunjukan Harare Marley adalah Zimbabwe, sebuah lagu dari album Survival 1979 miliknya, “Lagu itu, sebuah lagu untuk kebebasan Zimbabwe, yang diciptakan Marley saat berada di Addis Ababa pada tahun 1978,” kata Gibson Mandishona, seorang ahli statistik Zimbabwe yang saat itu bekerja untuk PBB di Ethiopia.

Bob Marley (1945 - 1981) di Montego Bay, Jamaika, pada tahun 1979, sebelum penampilannya di festival Reggae Sunsplash. Bob Marley merupakan salah satu tokoh dunia juga musisi dunia yang pernah tertembak namun selamat, Bob Marley pernah tertembak dada dan tangan oleh beberapa orang tak dikenal yang juga mencederai istri dan managernya itu terjadi pada tahun 1976. Dia bisa pulih kembali setelah 2 hari kemudian. (Getty Images/Denis O'Regan)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kaisar Haile Selassie dari Ethiopia telah memberikan sebidang tanah yang luas untuk Rastafarian dari Jamaika, yang memungkinkan mereka menjalani gaya hidup yang berdedikasi. Marley biasa mendukung dan menikmati dengan berada bersama para Rastafarian, dan dengan demikian melakukan kunjungan dua tahunan ke Addis Ababa," kata Mandishona kepada Al Jazeera.

"Dalam salah satu kunjungannya pada tahun 1978, seorang teman mengatakan kepada saya bahwa Marley bertanya tentang saya dan band jazz PBB yang saya pimpin. Ini adalah band musik santai dari sekitar sembilan pakar PBB yang bermain sebagai hobi untuk fungsi sosial."

Mandishona mengatakan ketika dia bertemu Marley, superstar internasional itu mengatakan kepadanya: "Aku bisa mencium Zimbabwe segera merdeka."

"Dia mulai menyanyikan lagu Zimbabwe yang telah dia coba-coba, dan masih bernafa sangat reggae. Saya penyair Shona, saya memoderasi lagu untuk memiliki sedikit irama Shona bit."

Marley meninggal karena kanker pada tahun 1981 pada usia 36. Tapi musiknya mendunia, dan saat kematiannyabeberapa kelompok reggae lokal selama bertahun-tahun memainkan konser untuk menghormati Marley.

"Melalui musiknya, dia memerangi kapitalisme dan penindasan terhadap orang kulit hitam oleh penjajah," kata Victor Matemadanda, sekretaris jenderal Asosiasi Veteran Perang Pembebasan Nasional Zimbabwe dan juga wakil menteri pertahanan negara itu.

"Marley menjadi produk perdagangan budak, ia banyak berhubungan dengan lagu-lagunya," tambah Matemadanda, menekankan perjuangan Marley untuk Afrika yang bersatu dan bebas.

Mantan diplomat Zimbabwe, Mutsvangwa menggemakan pandangan yang sama, menyoroti peran musik Marley dalam gerakan pembebasan Zimbabwe. "Kedatangan musik reggae Marley yang tepat waktu dan pesan globalisnya Pan-Afrika mengubah sikap politik ketika para pejuang kemerdekaan muda berbaris ke medan perang," kata Mutsvangwa, Musik Marley, bersama dengan superstar Zimbabwe Thomas Mapfumo, telah menjadi seruan perang pejuang kemerdekaan, tambah Mutsvangwa.

Profesor Nhamo Anthony Mhiripiri, ketua departemen Media dan Studi Masyarakat di Universitas Negeri Midlands, menggambarkan musik Marley sebagai "komitmen politis".

"Dia adalah seorang pemikir organik yang berpartisipasi dalam perjuangan ... melawan kolonialisme. Zimbabwe adalah tempat yang sangat dimediasi di mana banyak kekejaman dilakukan dan dipublikasikan. Marley memainkan perannya dengan menyoroti penderitaan rakyat Zimbabwe dan aspirasi mereka untuk pembebasan diri."

Bob Marley, saat diwawancara setelah tampil dalam konsernya di Fox Theater, 12 November 1979. Keluarga Bob Marley meluncurkan produk dengan bahan ganja yang diberi nama 'Marley Natural'. Tom Hill/WireImage

Empat puluh tahun kemudian, peringatan kemerdekaan pada hari Sabtu, 18 April 2020, merupakan refleksi lagu Marley soal Zimbabwe, yang syair lagu itu menyebut soal masalah kecil. Kini, “masalah kecil” itu berupa karantina wilayah dan krisis ekonomi akibat virus corona.

Pada 17 April, Zimbabwe memiliki 24 kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi, termasuk tiga kematian.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cina Tawari Afrika Utang Miliaran Dolar, Bisa Cetak 1 Juta Lapangan Pekerjaan

2 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri upacara penyambutan resmi di Beijing, Tiongkok 16 Mei 2024. Sputnik/Sergei Bobylev/
Cina Tawari Afrika Utang Miliaran Dolar, Bisa Cetak 1 Juta Lapangan Pekerjaan

Cina menawari utang baru ke Afrika senilai miliaran dolar untuk berbagai proyek infrastruktur.


Cina Ajak Indonesia Dukung Negara-negara Afrika sebagai Mitra

2 hari lalu

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning. ANTARA
Cina Ajak Indonesia Dukung Negara-negara Afrika sebagai Mitra

Cina siap meningkatkan kerja sama dengan Indonesia untuk bersama-sama mendukung negara-negara Afrika dalam mencapai kesejahteraan


Indonesia-Africa Forum Sepakati Kerja Sama Bisnis Rp54 Triliun

4 hari lalu

Presiden Joko Widodo (tengah depan) dan Presiden terpilih Prabowo Subianto (kelima kanan depan) berfoto dengan sejumlah kepala negara/pemerintahan saat Joint Leaders Session Indonesia-Africa Forum (IAF) II and High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) di Nusa Dua, Bali, Senin 2 September 2024.  Forum HLF MSP and Indonesia-Africa Forum II tersebut menyelenggarakan 12 event secara paralel dan 17 event pendamping yang dihadiri delegasi dari 24 negara. ANTARA FOTO/Media Center IAF II-HLF MSP/Sigid Kurniawan
Indonesia-Africa Forum Sepakati Kerja Sama Bisnis Rp54 Triliun

Indonesia-Africa Forum mencatatkan 32 kerja sama bisnis dengan nilai total lebih dari US$3,5 miliar (Rp54 triliun).


Berbagi Vaksin Mpox dengan Afrika, Menteri Kesehatan: Bagian dari Diplomasi

4 hari lalu

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin saat Rakor Tingkat Menteri Tindak Lanjut Dukungan Bantuan Kemanusiaan Akibat Bencana Tanah Longsor di Prov. Enga, Papua Nugini di Kemenko PMK, Jakarta, 1 Juli 2024. Budi Gunadi Sadikin, pihaknya telah menyediakan lima kelompok bantuan kesehatan. Kelompok pertama berupa obat-obatan sebanyak 44 paket, kedua berbentuk makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, ketiga merupakan obat-obatan khusus untuk malaria, keempat adalah hygiene kit atau perlengkapan kesehatan sebanyak 665 paket, dan bantuan water purifier (penjernih air) karena air bersih diperlukan di sana. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Berbagi Vaksin Mpox dengan Afrika, Menteri Kesehatan: Bagian dari Diplomasi

Menteri Kesehatan Budi Gunadi menyebut berbagi 5.000 dosis vaksin Mpox dengan negara-negara Afrika sebagai bagian dari diplomasi.


40 Perusahaan Indonesia Buka Kerja Sama Strategis di IAF 2024

4 hari lalu

Presiden Joko Widodo (kanan) menyambut Wakil Presiden Zimbabwe Kembo Campbell Dugishi Mohadi pada Jamuan Makan Malam Penyambutan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multi-Pemangku Kepentingan dan Forum Indonesia-Afrika II (IAF) di Jimbaran, Bali, Indonesia, pada Minggu, 1 September 2024. (ANTARA FOTO/Media Center IAF II-HLF MSP/Nyoman Hendra Wibowo/rwa)
40 Perusahaan Indonesia Buka Kerja Sama Strategis di IAF 2024

IAF adalah wadah untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Afrika.


Indonesia Berpeluang Bangun Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Dengan Dua Negara di Afrika

4 hari lalu

Menteri Investasi Rosan Roeslani di pintu depan Istana Negara sebelum bertemu Presiden Joko Widodo, Selasa, 20 Agustus 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Indonesia Berpeluang Bangun Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Dengan Dua Negara di Afrika

Indonesia berpotensi menjalin kerja sama dengan dua negara di benua Afrika seperti Zimbabwe dan Maroko untuk membangun ekosistem kendaraan listrik


UNICEF Dukung Pengadaan Vaksin Cacar Monyet untuk Darurat

4 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
UNICEF Dukung Pengadaan Vaksin Cacar Monyet untuk Darurat

Vaksin cacar monyet yang diinisiatif UNICEF ini nantinya akan didistribusikan pada negara-negara dengan wabah cacar monyet terburuk


Indonesia dan Negara-negara Afrika Tandatangani MoU Industri Strategis di IAF 2024

5 hari lalu

Suasana para kepala negara/pemerintahan dan delegasi saat mengikuti Joint Leaders Session Indonesia-Africa Forum (IAF) II and High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) di Nusa Dua, Bali, Senin 2 September 2024. Forum HLF MSP and Indonesia-Africa Forum II tersebut menyelenggarakan 12 event secara paralel dan 17 event pendamping yang dihadiri delegasi dari 24 negara. ANTARA FOTO/Media Center IAF II-HLF MSP/Fikri Yusuf
Indonesia dan Negara-negara Afrika Tandatangani MoU Industri Strategis di IAF 2024

Indonesia menandatangani MoU di sektor industri strategis dengan Afrika Selatan, Kongo, dan Senegal


Retno Marsudi Beberkan 4 Alasan IAF Forum Penting

5 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat wawancara dengan Tempo di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Retno Marsudi Beberkan 4 Alasan IAF Forum Penting

IAF bertujuan memperkokoh kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan antara Indonesia - Afrika.


Jokowi Serukan Solidaritas Global di Forum HLF MSP dan IAF 2024

5 hari lalu

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Mensesneg Pratikno sebelum dimulainya rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa 27 Agustus 2024. Rapat Terbatas terkait Penanganan Mpox dan Persiapan Penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) di Bali. TEMPO/Subekti.
Jokowi Serukan Solidaritas Global di Forum HLF MSP dan IAF 2024

Jokowi menyerukan solidaritas global untuk mengambil tindakan yang lebih nyata dan konkret dalam mengatasi pelambatan ekonomi,