TEMPO.CO, Jakarta - Ketika raja dunia hiburan David Geffen berbagi foto mengenai superyacht-nya "Rising Sun", dengan keterangan foto "terisolasi di Grenadines" sebuah pulau di Karibia, bulan lalu. Tentu saja, membuat sebagian orang kagum dan sebagian pula gemas. Mengingat dunia sedang menderita karena virus corona, pamer kekayaan dirasa besabai sesuatu yang kurang empati.
Meskipun Geffen juga menulis kalimat, “Berharap semua orang tetap aman,” dan menghapus unggahan superyacht di media sosial, namun ia terlanjur dikritik sebagai tak peka kondisi dunia. Pasalnya, mengkarantina diri di sebuah superyacht seharga US$590 juta atau setara Rp9,3 triliun (Kurs Rp15.907 per dolar), tentu karantina yang mewah.
Apa yang dilakukan Geffen, ternyata dilakukan orang-orang superkaya lainnya, yang memilih melenggang dengan jet pribadi dan karantina diri di atas superyacht mewah, sebagaimana diberitakan CNN. Tapi dengan karantina wilayah (Lockdown), mungkinkah operasional superyacht dilakukan?
Menurut CNN Travel, hal itu bisa saja. Dengan kapal berisi kru dan logistik yang diantar kepada mereka, para orang superkaya bisa berbulan-bulan di kapal bahkan berlayar lintas negara, "Kami memiliki sejumlah terbatas, pemilik kapal pesiar pribadi yang memilih untuk mengisolasi diri di kapal pesiar mereka," kata Rupert Connor dari Luxury Yacht Group LLC mengatakan kepada CNN Travel.
Connor menyebut superyacht sebagai tempat perlindungan yang paling menakjubkan, "Ketika Anda mengenal yacht dan kru Anda dengan baik, itu adalah oasis yang sangat indah dari kegilaan yang menyelimuti dunia,” ujarnya. Superyacht modern memiliki kemampuan berlayar jara jauh, dengan logistik dan sistem navigasi canggih. Bahkan sebagian kru superyacht telah memiliki sertifikat pelatihan medis.
Superyacht Rising Sun berpanjang 138 meter dengan fasilitas mewah milik raja dunia hiburan David Geffen. Foto: CNN Travel
Menurut Connor, mereka yang mengisolasi di dalam yacht mereka sebenarnya tidak bergerak. Sebaliknya mereka harus membuang sauh tak jauh dari kepulauan, agar mereka bisa mengakses bandara. Jadi, meskipun berencana di atas kapal dalam jangka waktu lama, mereka bisa segera pergi begitu pembatasan global dicabut.
Peminat menyewa kapal pesiar untuk karantina diri saat ini melonjak. Namun para operator enggan melayani, mengingat risiko penularan wabah virus corona yang tinggi, “Pada akhirnya memutuskan menyewa kapal pesiar pribadi, kini juga berisiko, karena penyewa tidak tahu sejarah kesehatan kru dan pemiliknya,” imbuh Connor. Dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, menurut Connor, belum bisa menyatakan superyacht itu bersih dari kuman atau virus.
Tapi, beberapa broker superyacht terus menawarkan carter dalam keadaan khusus. Jonathon Beckett, CEO Burgess broker superyacht mengatakan kepada majalah gaya hidup Robb Report, menyebut pelanggan tertentu telah mencarter superyacht tujuh minggu dan empat minggu untuk keluarga mereka, menghindari pandemi.
Kehidupan di superyacht sebagaimana di mansion atau hotel mewah. Anak-anak bisa sekolah jarak jauh, karena terdapat fasilitas wifi. Mereka pun bisa memiliki pelajaran memasak dengan koki. Bila rasa penasaran mereka besar, anak-anak bisa belajar mengenai mesin kapal pesiar dengan para insinyur dan teknisi.
Luxury Yacht Group berharap, persewaan superyacht diizinkan memiliki laboratorium pengujian kesehatan onboard, untuk tes Covid-19. Bila itu memungkinkan, menurut Connor, superyacht akan jadi tempat bersembunyi yang menakjubkan dari pandemi virus corona, “Superyacht kerap berada di lokasi yang eksotis. Tentu tampak seperti "tempat perlindungan yang luar biasa" untuk isolasi diri, sehingga tidak mengherankan bahwa pelanggan ingin naik superyacht,” jelasnya.
Ide menjadikan superyacht sebagai karantina diri, tak disepakati Rumble Romagnoli, CEO Relevance, pemasaran kapal pesiar Monaco. Kepraktisan superyacht bisa jadi pilihan, tapi tidak mungkin bagi kebanyakan orang, "Saya pikir itu agak tidak realistis untuk berpikir orang akan pergi, naik superyacht dan hanya berhenti di tengah laut," katanya.
Dia juga menekankan bahwa terjebak di tengah laut selama berminggu-minggu, terbukti membosankan bagi sebagian besar orang. Bahkan, jika mereka memiliki fasilitas mewah -- seperti superyacht Rising Sun -- yang memiliki gudang anggur dan lapangan basket di atas kapal sekalipun.
"Miliarder dan multi-jutawan ini tidak hanya tinggal di kapal pesiar selama dua hingga tiga bulan. Ini tidak menyenangkan," tambahnya. "Mereka terbang, naik kapal pesiar, pergi ke restoran, turun dari superyacht untuk makan siang, pergi ke klub malam, mendapatkan helikopter di tempat lain. Ini tidak seperti villa. Itu bisa sangat sesak," imbuhnya.
Superyacht dan kapal pesiar mewah lainnya, terlihat bersandar di dermaga Pelabuhan Hercule. Tidak jauh dari sana pemandangan sirkuit Monte Carlo, salah satu sirkuit yang berada di tengah kota Monaco, 18 Mei 2015. Andrey Rudakov/Getty Images
Bagi mereka yang terlanjur berminat, juga tak bisa segera mewujudkannya. Menurut Rogmanoli, pembatasan perjalanan global saat ini, membuat mencapai kapal pesiar sangat sulit. Salah satu kasus, sekelompok penumpang yang menuju Cannes dengan jet pribadi, terbang dari London ke Bandara Marseilles pada awal April. Mereka melanggar larangan perjalanan yang tidak penting di Prancis, mereka pun ditolak masuk.
Melakukan perjalanan dengan kapal pesiar juga akan bertentangan dengan instruksi "tinggal di rumah" yang dikampanyekan di seluruh dunia. Lalu ada fakta bahwa hampir semua pemesanan carter telah dibatalkan, kru sedang dikirim pulang, dan cuaca di Mediterania yang kurang bersahabat untuk pelayaran.