TEMPO.CO, Jakarta - Bayangkan saja, saat menuju bandara lalu boarding, dan saat lepas landas hingga mendarat, berapa besar emisi karbon yang dihasilkan? Lantas bagaimana perjalanan wisata melalui udara merugikan lingkungan?
Mengutip ABC, perjalanan dari Melbourne ke London, dengan persinggahan di Singapura menempuh perjalanan sekitar 34.000 kilometer, dan sekitar 120 g emisi dihasilkan oleh setiap penumpang dalam setiap kilometer.
Jadi, 120 gram emisi yang dihasilkan, dikalikan jarak tempuh, diperoleh sekitar 4 ton emisi karbon per orang. Bila angka 4 ton itu dikaitkan dengan target yang ditetapkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) untuk tahun 2030, bisa dipastikan melebihi quota tahunan setiap orang di planet ini.
"Saat ini, kami mengeluarkan emisi 52 gigaton per tahun di seluruh dunia. Pada 2030, IPCC mengharuskan berada di bawah 26 gigaton," kata Manfred Lenzen, profesor penelitian keberlanjutan di University of Sydney. Menurut Lenzen, jika membagi 26 gigaton dengan 7,5 miliar penduduk dunia, hasilnya sekitar 3,5 ton per kapita, “Itu adalah titik referensi yang sangat bagus," imbuh Lenzen
Lantas apa yang harus dilakukan wisatawan untuk menekan emisi karbon mereka? Berikut petunjuk prilaku wisatawan yang bisa untuk menekan emisi karbon, sebagaimana dinukil dari ABC.
Maskapai penerbangan ramai-ramai menawarkan tarif diskon untuk menggairahkan pariwisata dan bisnis penerbangan. Foto: @taoyuanairport
Selektif menggunakan pesawat
Susanne Becken seorang profesor pariwisata berkelanjutan di Griffith University, dan ia rutin pelesiran sebagai bagian dari pekerjaannya. Dia memiliki aturan sederhana: jika tidak memiliki tiga alasan bagus untuk naik pesawat, dia akan tinggal di rumah.
"Jika Anda berpikir tentang jejak karbon sebagai biaya, sama seperti yang Anda lakukan dengan biaya perjalanan. Jadi pikirkan bagaimana Anda bisa mendapatkan yang terbaik dari itu," kata Becken.
"Mungkin Anda bisa tinggal lebih lama, atau Anda dapat menambahkan liburan atau kunjungan keluarga saat perjalanan bisnis, "Jika ini liburan sekali seumur hidup, atau pernikahan atau itu benar-benar penting, aku akan pergi. Tapi aku secara pribadi mencoba untuk menyatukan beberapa hal untuk membuatnya benar-benar berharga."
Hindari perjalanan kerja yang tidak perlu saat Anda bisa
Apa yang Anda mungkin tidak tahu adalah bahwa, pada basis per kilometer perjalanan udara domestik, menciptakan lebih banyak emisi daripada terbang ke luar negeri. Itu karena bahan bakar yang dipakai pada saat tinggal landas dan mendarat, adalah komponen utama dari emisi. Sementara penerbangan jarak pendek menghabiskan lebih sedikit waktu di udara, namun lebih banyak tinggal landas dan mendarat.
Menparekraf Wishnutama berkoordinasi dengan para stakeholder pariwisata dan industri kreatif melalui telekonferensi. Dok. Kemenparekraf
Untungnya, era digital memungkinkan manusia tak banyak bepergian karena ada internet dan telekomunikasi modern. Berarti lebih mudah untuk bekerja dari jarak jauh dan berkomunikasi dengan orang-orang di lokasi yang berbeda.
"Satu peluang adalah memikirkan berbagai cara untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan lokakarya," kata Profesor Lenzen, "Sekarang teknologi konferensi video sudah sangat maju sehingga kamu hampir merasa bahwa kamu ada di dalam ruangan."
Jika perjalanan tidak dapat dihindari, pertimbangkan naik bus atau kereta api dibanding terbang.
Ikuti perjalanan bersama teman atau keluarga
Walaupun mobil tidak sebagus naik kereta atau bus, mereka lebih baik daripada naik pesawat. Semakin banyak orang di dalam mobil, semakin efisien. Itulah yang menyebabkan perjalanan darat menjadi pilihan yang baik jika Anda bepergian, kata Profesor Lenzen.
Seorang penumpang mengambil berswafoto dengan G5711, kereta cepat pertama dari Shenzhen ke Hong Kong, di Stasiun Kereta Api Utara Shenzhen di Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, Cina selatan, 23 September 2018. (Xinhua / Mao Siqian via Global Times)
“Rata-rata kendaraan penumpang menggunakan bahan bakar sekitar 10,8 liter per 100 kilometer. Untuk muatan empat orang dan menghasilkan 62,5 g emisi per kilometer,” kata Profesor Lenzen. Ini lebih baik daripada terbang, tetapi itu tidak berarti harus berkendara kemana-mana. Sekali lagi, bus atau kereta api akan menjadi pilihan yang lebih baik.