TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengimbau warga mengurangi bepergian, terutama dengan moda transportasi umum, untuk mencegah penyebaran virus corona.
Bila kerumumnan dalam bus kota dan kereta diduga bisa menyebabkan penularan dengan mudah, bagaimana dengan taksi dan ojek online (ojol)?
Sebagaimana diberitakan The Telegraph, yang dinukil ANTARA, taksi relatif aman digunakan di tengah pandemik, karena memiliki ruang tertutup dan orang yang ada di dalamnya pun terbatas.
Bahkan, sejumlah ahli kesehatan dan keamanan merekomendasikan, tempat paling aman untuk duduk adalah tepat di belakang pengemudi, karena penumpang cenderung tidak akan terkena tetesan air (droplet) saat pengemudi batuk atau bersin.
Di ojol juga menjadi angkutan massal yang populer. Penyedia jasa ojol juga tengah berusaha untuk memastikan layanan transportasi daringnya tetap aman, bagi pengguna maupun mitranya di tengah pandemik Covid-19 atau virus corona jenis baru.
"Kami telah menempatkan berbagai upaya pencegahan tambahan serta paket dukungan untuk melindungi kesehatan, kesejahteraan dan keberlangsungan hidup mereka," kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi melalui keterangannya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Co-CEO Gojek Kevin Aluwi melalui keterangannya yang diterima ANTARA, menyatakan terdapat tiga area penting untuk mencegah penyebaran virus, yaitu pembatasan jarak sosial (social distancing), mempraktikkan gaya hidup sehat, dan menjaga produktivitas.
"Ekosistem Gojek terdiri dari ratusan juta individu, dan kami yakin upaya pencegahan yang dilakukan Gojek dapat memiliki dampak besar dalam memperlambat atau mencegah penyebaran COVID-19," ujar Kevin.
Grab Indonesia
Berbagai Upaya Ojol
Gojek menyebut bahwa pihaknya memahami adanya risiko bagi mitra driver GoCar dan GoRide, sehingga sejumlah upaya pencegahan penyebaran COVID-19 juga terus dilakukan.
Salah satunya adalah menyediakan hand sanitizer dan masker kepada mitra driver, yang stoknya saat ini semakin sulit dicari, dan harus disediakan untuk mitra driver.
"Secara aktif Gojek menggandeng berbagai pihak dari sektor publik dan swasta untuk mendapatkan suplai berbagai barang dan kebutuhan, yang dapat membantu mitra driver kami untuk tetap sehat dan aman dari risiko COVID-19," jelas Kevin.
Selain itu, Gojek juga memberlakukan penonaktifan sementara akun mitra yang sedang dalam observasi tes COVID-19, hingga adanya konfirmasi tes kesehatan dari pemerintah. Gojek juga memiliki tim untuk membantu menghubungkan mitra dengan rumah sakit atau otoritas kesehatan jika memiliki informasi terkait dengan COVID-19.
"Gojek berupaya untuk tetap membuat masyarakat menjalani kehidupan senormal mungkin di tengah tantangan COVID-19, termasuk para mitra di ekosistem kami," kata Kevin.
Hal yang tak lebih sama juga dilakukan Grab Indonesia. Mereka juga memonitor situasi dan mempersiapkan antisipasi terhadap COVID-19, "Pada masa yang tidak pasti ini, kami memiliki kewajiban untuk memastikan seluruh lini layanan kami berjalan dengan risiko yang lebih minim, bagi semua pelanggan dan lini mitra yang kami layani dan dukung dalam platform kami," kata Neneng.
Untuk layanan ojek dan taksi daring (GrabBike dan GrabCar), Grab menyebut terdapat 100.000 masker dan hand sanitizer untuk mitra pengemudi yang aktif dan dapat diambil di stasiun kereta terpilih, GrabBike Lounge, dan dapat ditukarkan melalui program GrabBenefits.
"Hal ini memungkinkan para mitra pengemudi untuk mensanitasi kendaraan dan tas pengiriman mereka dengan baik sepanjang hari," ujar Neneng.
"Para pengemudi GrabBike juga diingatkan untuk selalu mengenakan helm dan sarung tangan yang bersih, serta menjaga kesehatan," katanya menambahkan.
Grab Indonesia juga menyebut, pihaknya menyediakan Grab Safety Hotline, Pusat Bantuan di Aplikasi Grab Driver, dan melalui forum online untuk menjawab pertanyaan dan segera memberikan bantuan terkait informasi kesehatan dan keamanan yang dibutuhkan.
Penumpang Juga Harus Aktif Mencegah Penyebaran Covid-19
Selain mitra ojol aktif dalam pencegahan wabah virsu corona, penumpang juga turut menjaga kebersihan dan kesehatan, menyusul langkah para pelaku industri tersebut.
Salah satu cara yang direkomendasikan oleh Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) DKI Jakarta, dr. Koesmedi Priharto, ialah membawa dan memakai helm milik sendiri, bukan milik pengemudi ojek.
"Kalau bisa pakai helm sendiri mungkin lebih baik. Penutup kepala untuk helm tidak menjanjikan bisa melindungi dari paparan virus, karena jarak satu meter dua meter jadi masalah," kata Koesmedi.
Koesmedi mengatakan, sebenarnya risiko sebagai penumpang terinfeksi virus tinggi, jika pengemudi ternyata positif virus termasuk COVID-19.
Ninja Xpress bekerja sama dengan GrabExpress memperluas jangkauan on-demand ke seluruh Indonesia. Layanan ini juga diperluas untuk memenuhi permintaan selama wabah Covid-19.
Di samping itu, Ketua PERSI dr. Kuntjoro AP juga mengimbau masyarakat tak perlu panik menghadapi COVID-19, yang sudah menjadi pandemik menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak Rabu (11/3), demi menghindari munculnya hal buruk yang baru.
Koesmedi menambahkan, sekedar mengingatkan cara menutup bersin dan batuk dengan benar, penggunaan masker untuk mereka yang sakit juga penting demi mencegah infeksi COVID-19 semakin meluas.