TEMPO.CO, Jakarta - Inggris memiliki waktu dua minggu untuk mencegah wabah virus corona mencapai kedalaman krisis seperti yang terlihat di Italia, kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dinukil dari Business Insider.
“Jumlahnya sangat tajam, dan mereka semakin cepat menjalar. Kami hanya tinggal beberapa minggu - dua atau tiga - di belakang Italia," kata Johnson, Sabtu 21 Maret lalu. Sementara di Italia pada hari Sabtu itu, mencatat hampir 800 kematian akibat virus corona dalam satu hari dan kini telah menyusul Cina sebagai negara yang paling parah terkena dampaknya.
"Jumlah kematian Italia sudah mencapai ribuan dan terus meningkat," kata Johnson. Ia mengakui bila Inggris tak melakukan upaya nasional yang heroik dan kolektif untuk memperlambat penyebaran, maka sangat mungkin negerinya juga kewalahan seperti Italia.
Inggris mencatat total 5.683 kasus virus corona yang dikonfirmasi dan 281 kematian. Jumlah sebenarnya dari kasus-kasus yang belum dikonfirmasi di Inggris jauh lebih besar, namun para ahli memperkirakan bahwa wabah virus corona di Inggris sekarang hanya sedikit dibanding negara Eropa Lainnya.
"Wabah di Inggris sejauh ini kira-kira sebanding dengan yang ada di Italia utara, tetapi dengan epidemi dua hingga tiga minggu sebelum situasi yang terjadi di Italia," kata Profesor Francois Balloux, dari University College London Genetics Institute.
Sistem perawatan kesehatan Inggris sudah tegang saat lonjakan kasus -- dengan beberapa rumah sakit di London khususnya -- yang kewalahan.
Mengapa Italia tak Bisa Seperti Inggris?
Alat visualisasi data baru dari sebuah proyek bernama Databrew menggunakan data dari Johns Hopkin,s untuk membandingkan berbagai wabah di seluruh dunia pada skala waktu yang sama. Dari Databrew diperoleh angka kasus wabah di Italia dan Inggris pernah sama-sama mencapai angka 150.
Namun perbedaannya adalah dua minggu kemudian dari skala pandemi yang terlihat di negara itu. Pada hari Jumat, 13 Maret 2020, Johnson memerintahkan penutupan semua bar, restoran, kafe, pusat kebugaran, dan bioskop di Inggris, untuk mencoba memperlambat penyebaran virus. Sekolah-sekolah di Inggris juga ditutup minggu ini.
Langkah-langkah semacam itu akan membutuhkan waktu dan mungkin tidak cukup untuk membendung gelombang virus. Tetapi bukti internasional menunjukkan bahwa kombinasi jarak sosial (Distancing social) yang ketat dan pengujian dapat membuat perbedaan.
Apa yang dilakukan Inggris, juga dilakukan di Korea Selatan. Pemerintah negeri itu mengambil langkah-langkah awal, cepat, dan drastis untuk memperlambat. Korea Selatan melakukan isosali terhadap dua kota, dan mampu menekan kurva virus corona.
Pandangan sepi di sekitar patung Winston Churchill dan Big Ben di Westminster saat penyebaran penyakit virus Corona (COVID-19) berlanjut, di London, Inggris, 19 Maret 2020. [REUTERS / Hannah McKay]
Seperti kabar dari BuzzFeed News, pemerintah Johnson awalnya menolak untuk mengambil tindakan drastis yang serupa. Johnson menganggapnya sebagai tindakan yang tidak liberal. Namun para penasehat berhasil menekan Johnson.
Perdana menteri pun mengubah arah kebijakannya dalam beberapa hari terakhir, karena melihat angka kasus virus corona menuju krisis gaya Italia.