TEMPO.CO, Yogyakarta - Malioboro yang menjadi destinasi wajib dikunjungi saat ke Yogyakarta kini sepi. Tiada lagi hiruk pikuk wisatawan di sepanjang jalan di jantung kota Yogyakarta itu. Para pedagang yang masih bertahan untuk berjualan di tengah wabah corona kini lebih banyak termenung, menunggu kapan wabah corona berlalu dan situasi pulih kembali.
Kepala Unit Pelaksana Teknis atau UPT Malioboro selaku pengelola kawasan Malioboro, Ekwanto mengatakan imbas wabah Corona begitu terasa sepanjang pekan ini. "Penurunan kunjungan wisatawan sudah sampai 80 persen untuk Malioboro," ujar Ekwanto, Jumat 20 Maret 2020.
Salah satu indikator penurunan kunjungan wisatawan terlihat dari kosongnya kantung-kantung parkir kendaraan yang berada di kawasan seputaran Malioboro. Mulai dari kantung parkir Abu Bakar Ali, Ketandan, Panembahan Senopati, Ngabean, dan selatan Pasar Beringharjo.
Penurunan jumlah kunjungan wisatawan di Malioboro, Ekwanto berujar, mulai dirasakan sejak Senin 16 Maret 2020. Atau sehari sesudah Pemerintah DIY mengumumkan adanya kasus positif corona di Yogyakarta pada Minggu, 15 Maret 2020. "Sejak Senin sampai sekarang kunjungan langsung merosot. Bus-bus dan kendaraan wisatawan langsung tak nampak lagi di area parkir sekitar Malioboro," ujarnya.
Memang dalam sepekan terakhir ada satu dua kendaran yang membawa wisatawan mampir ke Malioboro. Namun tetap saja tak bisa membuat suasana Malioboro ramai pengunjung dari pagi sampai pagi lagi seperti sedia kala.
Gerakan sterilisasi kawasan wisata Malioboro Yogya dari resiko wabah Corona turut melibatkan pesawat nir awak atau drone. Tujuannya untuk menjangkau tempat tinggi yang tak terjangkau penyemprotan manual. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Ekwanto melanjutkan, belum ada imbauan bagi pedagang dan pemilik toko di sepanjang Malioboro untuk tutup sementara dalam periode darurat corona. Semua diserahkan kepada masing-masing pihak. "Bagaimanapun, Malioboro itu branding-nya Yogyakarta. Kami hanya bisa menjaga kawasan ini selalu aman, nyaman, dan pelaku wisata menjaga kebersihan," ujarnya.
Kendati sepekan ini Malioboro terpantau lengang dan hanya segelintir wisatawan lokal yang datang, dia berupaya ada gerakan pemantauan secara mandiri bagi wisatawan yang masuk. Misalnya dengan melakukan pengecekan suhu tubuh oleh para petugas yang berjaga di sepanjang Malioboro, baik dari ujung utara, tengah, dan selatan. Tujuannya, menekan risiko penularan virus corona.
"Kami sudah mengajukan pengadaan alat pemantau suhu tubuh ini, namun ternyata barangnya langka," ujar Ekwanto. "Sedangkan untuk meminjam alat itu di instansi terkait sudah tidak ada karena mereka juga membutuhkannya."
Wabah corona membuat pengelola Kebun Binatang Gembira Loka memutuskan tutup sementara. Melalui keterangan resmi, pengelola Gembira Loka tidak beroperasi mulai hari ini, Minggu sampai Selasa, 22 - 31 Maret 2020. Setelah itu, pengelola akan mengevaluasi lagi apakah akan buka atau lanjut tutup sesuai perkembangan kasus corona di Yogyakarta dan nasional.
Dua ekor gajah yang sedang bunting di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta mendapat penanganan khusus. TEMPO | Pribadi Wicaksono