TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa akan menutup perbatasannya untuk semua perjalanan yang tidak penting, sebagai upaya menahan penyebaran virus corona di benua itu, demikian diberitakan CNN.
"Semakin sedikit perjalanan, semakin banyak kami dapat membendung virus corona," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Senin 16 Maret 2020, setelah konferensi video antara para pemimpin G7. Negara-negara anggota Uni Eropa memberlakukan tindakan agresif pada hari Senin, beberapa hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Eropa berada pada episentrum pandemi.
Baca Juga:
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan "perang" terhadap virus itu dalam pidato nasional pada hari Senin, yang melarang semua acara sosial di seluruh negeri - termasuk pertemuan keluarga.
Macron mengatakan mereka yang telah berkumpul di tempat-tempat umum dalam beberapa hari terakhir, dianggap belum menghormati langkah-langkah sebelumnya untuk membatasi penyebaran wabah di Prancis. Menurut WHO, negeri itu pada hari Senin, telah memiliki 5.380 kasus yang dikonfirmasi dan 127 kematian.
Jerman juga mengumumkan pembatasan baru pada kehidupan publik, penutupan bar, klub, diskotik, dan perusahaan serupa, serta teater, gedung opera, ruang konser dan museum, "Ini adalah langkah-langkah yang belum pernah ada di negara kita sebelumnya, tetapi itu perlu," kata Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Senin saat konferensi pers. Namun supermarket, apotek, pompa bensin, salon rambut dan mesin cuci piring akan tetap terbuka, menurut pernyataan pemerintah.
Presiden Komisi von der Leyen mengatakan pembatasan perjalanan UE akan diberlakukan "untuk periode awal 30 hari," dan dapat diperpanjang. Sementara bagi staf penting, seperti dokter dan perawat, dan orang-orang yang mengangkut barang ke UE akan dibebaskan, tambahnya.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer, menolak jabat tangan Kanselir Angela Markel saat rapat pada Senin, 2 Maret 2020, karena takut tertular virus Corona.[En24 News]
Spanyol Mengunci Diri
Spanyol mengunci sebagian negerinya, dalam upaya membendung wabah virus corona terburuk di Eropa setelah Italia. Kasus-kasus virus di Spanyol yang tercatat melonjak 1.400 dalam semalam, menjadi total 9.190, dengan 309 kematian, kata Kementerian Kesehatan negeri itu. Sementara itu, Italia memiliki lebih dari 24.000 kasus dan lebih dari 1.800 kematian, menurut WHO.
Perbatasan darat negara itu ditutup sejak Senin, demikian diumumkan Menteri Dalam Negeri Fernando Grande-Marlaska. Penutupan tidak termasuk bagi warga negara Spanyol dan penduduk, pekerja yang diperlukan untuk melintasi perbatasan, dan pengangkutan barang.
Sekitar 47 juta penduduk Spanyol telah dilarang meninggalkan rumah mereka - dengan pengecualian mereka yang akan bekerja, membeli makanan, pergi ke rumah sakit, atau mendukung orang tua atau anak dalam perawatan. Bagi yang tak memiliki kepentingan mendesak, para petugas di jalanan memerintahkan pelintas untuk pulang.
Bahkan para imam di negara yang sangat Katolik itu, menyarankan pelaksanaan Misa di rumah-rumah. Layanan gereja hanya ditampilkan di TV atau melalui media sosial. Restoran dan bar telah ditutup. Dan situs budaya seperti Museum Prado dan Istana Kerajaan di Madrid juga ditutup, sebagai bagian dari tindakan keras yang diumumkan oleh Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez pada hari Sabtu, 14 Maret 2020.
Seorang perempuan memakai masker pelindung di tengah wabah virus Corona ketika berjalan di Trocadero, di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, 1 Februari 2020.[REUTERS]
Pada hari yang sama, pemerintah mengumumkan bahwa istri perdana menteri, Maria Begona Gomez Fernandez, dinyatakan positif mengidap virus corona. Pasangan itu mengikuti langkah-langkah pencegahan di kediaman resmi mereka, La Moncloa Palace di Madrid. Spanyol menetapkan keadaan darurat 15 hari. Sementara sekolah-sekolah ditutup pada minggu lalu.
Meskipun menerapkan langkah-langkah yang lebih keras, Kementerian Kesehatan Spanyol menemukan kasus infeksi terus meningkat. Hal tersebut disampaikan koordinator kedaruratan, Fernando Simon.