Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mungkinkah Ratusan Manuskrip Keraton Yogyakarta Kembali?

image-gnews
Sejumlah manuskrip kuno turut dipamerkan di Pameran Sekaten yang mengusung tema Sri Sultan HB I di Keraton Yogya, 1-9 November 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sejumlah manuskrip kuno turut dipamerkan di Pameran Sekaten yang mengusung tema Sri Sultan HB I di Keraton Yogya, 1-9 November 2019. Tempo/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima dijadwalkan menyambangi Keraton Yogyakarta. Mereka bersilaturahmi dengan Raja Keraton Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rabu 11 Maret 2020.

Raja dan Ratu Belanda itu diperkirakan berada di Keraton Yogya selama lebih dari satu jam, yang dimulai pukul 11.00 hingga 13.00 WIB. Lantas apa saja hal yang akan dibahas serta agenda kerajaan dari dua negara berbeda itu?

Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura atau Sekjen Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Condrokirono menuturkan, sejauh informasi yang diterima pihaknya tak ada hal khusus dalam pertemuan antara raja dan ratu Belanda itu.

"Kunjungan ini dalam rangka silaturahmi saja, tidak ada pembicaraan khusus," ujar Condro kepada TEMPO, Senin, 9 Maret 2020.

Pertemuan itu juga tidak membahas permintaan Keraton Yogyakarta, mengenai pengembalian naskah kuno milik Keraton yang kini berada di Belanda dan belum kembali sejak masa penjajahan, "Saya tidak tahu apakah (soal manuskrip kuno milik Keraton) itu akan dibicarakan atau tidak. Semua tergantung Ngarso Dalem (Sultan HB X)," ujar Condro.

Pada pertengahan 2019 lalu, perwakilan Universitas Leiden, Belanda bertemu Raja Keraton Sultan Hamengkubuwono X di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu pihak Universitas Leiden menyatakan akan membantu mendigitalisasi naskah-naskah kuno Keraton Yogyakarta, yang selama ini masih ada di Belanda.

Juru bicara Universitas Leiden, Marrik Bellen saat itu mengatakan program digitalisasi naskah kuno Keraton Yogyakarta. Program tersebut menjadi pembuka kerja sama dalam perawatan naskah dan dokumen kuno keraton.

"Untuk digitalisasi naskah kuno Keraton Yogyakarta di Belanda ini, kami membutuhkan bantuan dari pihak keraton untuk mendata berapa jumlah pasti naskah-naskah keraton yang ada di Belanda," kata Marrik Bellen yang kala itu didampingi Rektor Universitas Leiden, Carel Stolker dan Direktur Perpustakaan Universitas Leiden, Kurt de Belder.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pertemuan tersebut, rombongan dari Universitas Leiden membawa beberapa dokumen kuno dari era Hamengkubuwono VIII dan Hamengkubuwono IX kemudian ditunjukkan kepada Sultan HB X.

Naskah Kuno Keraton Yogyakarta diketahui banyak tersebar dan disimpan di berbagai negara. Sri Sultan Hamengkubuwono X telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, untuk mendapatkan manuskrip leluhur itu meski dalam bentuk digital.

Salah satunya kerjasama dengan British Library di London, Inggris, yang telah mendigitalisasi naskah-naskah kuno yang hilang selama masa penjajahan.

"Ada 75 manuskrip kuno yang telah dikembalikan British Library kepada keraton dalam bentuk digital," ujar putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X, yang juga Kepala Divisi Kebudayaan atau Penghageng Widyo Budoyo Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Bendoro.

Manuskrip yang disimpan di Museum Universitas Leiden. Foto: Nurdin Ranggabarani

Bendoro menuturkan salah satu manuskrip penting yang hilang adalah naskah yang berkisah tentang kepemimpinan Hamengkubuwono I. Naskah itu akhirnya dapat dilacak dan ditemukan di British Library.

Saat ini ada 600 naskah kuno yang tersimpan di Keraton Ngayogtakarta. Sebanyak 400 naskah berisi tentang pemerintahan berada di Perpustakaan Widyo Budoyo dan 200 naskah tentang kesenian di Perpustakaan Krido Mardowo Keraton Yogyakarta.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

8 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Ribuan Warga Mengantre dari Pagi Demi Bisa Salami Sultan HB X Saat Open House

10 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Ribuan Warga Mengantre dari Pagi Demi Bisa Salami Sultan HB X Saat Open House

Ribuan warga tampak berbaris mengular untuk bertemu Sultan HB X untuk open house sejak pagi hingga jelang tengah hari, Selasa 16 April 2024


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

12 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

14 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

23 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Tak Beri Wejangan Khusus soal Kemenangan Prabowo-Gibran, Sultan HB X: Semoga Sukses Jalankan Tugas

36 hari lalu

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X saat melaunching Museum Kereta Keraton Yogyakarta yang kini berganti nama menjadi Kagungan Dalem Wahanarata Selasa (18/7). Dok.istimewa
Tak Beri Wejangan Khusus soal Kemenangan Prabowo-Gibran, Sultan HB X: Semoga Sukses Jalankan Tugas

Gubernur DIY Sultan HB X turut memberi selamat kepada Prabowo-Gibran atas kemenangan pemilu presiden 2024.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

44 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

45 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

45 hari lalu

Tarian Beksan Trunajaya membuka Pameran Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta yang digelar 9 Maret hingga 25 Agustus 2024. (Dok. Istimewa)
Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.


Peran 4 Tokoh Deklarasi Ciganjur: Megawati, Gus Dur, Amien Rais, dan Sultan HB X

54 hari lalu

Duduk dari kiri ke kanan: Sri Sultan Hamengkubuwono X, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati dan Amien Rais pada momentum Deklarasi Ciganjur, kediaman Gus Dur, 10 November 1998. (Repro buku Gerak dan Langkah)
Peran 4 Tokoh Deklarasi Ciganjur: Megawati, Gus Dur, Amien Rais, dan Sultan HB X

Simak peran empat tokoh Deklarasi Ciganjur Megawati, Gus Dur, Amien Rais, Sultan HB X untuk mengakhiri pemerintahan Orde Baru. Berikut 8 pemikirannya.