Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

image-gnews
Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tradisi Grebeg Syawal kembali digelar oleh Keraton Yogyakarta dalam rangka memperingati Idul Fitri 2024, pada Kamis 11 April 2024. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, prosesi  arak arakan gunungan berisi beraneka macam hasil bumi atau uborampe itu tak lagi diperebutkan oleh masyarakat. 

Kahartakan atau panitia dari Keraton Yogyakarta Kanjeng Mas Tumenggung atau KMT Sarihartokodipuro, mengatakan prosesi tata cara pelaksanaan Grebeg Syawal tahun ini berbeda karena coba dikembalikan seperti semula.

"Dikembalikan prosesinya seperti era Sri Sultan Hamengku Buwono HB VIII,  itu hak prerogatif dari keraton agar semua berjalan lancar dan semua mendapatkan bagian," kata dia.

Gunungan yang diperebutkan masyarakat kini diubah hanya dibagikan ke para pengunjung bertujuan agar kegiatan berjalan dengan baik dan pengunjung kebagian semua. "Alhamdulillah semua kebagian karena kita dibantu keamanan baik dari Pengulon maupun TNI Polri dan keamanan," tuturnya.

Sarihartokodipuro mengungkapkan saat gunungan diperebutkan banyak kejadian yang dialami para pengunjung seperti kehilangan barang, jatuh atau terluka. Namun setelah diubah prosesi Grebeg Syawal berjalan dengan cukup lancar dan tertib.

Sedangkan untuk penambahan satu titik pembagian gunungan yakni Ndalem Mangkubumen memang sudah direncanakan Keraton Yogyakarta. "Penambahan lokasi pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen memang waktu dulu juga begitu," kata dia.

Kisah Tradisi Grebeg Syawal

Tradisi ini dilakukan setiap tahun pada 1 Syawal ini merupakan wujud syukur "ngarso dalem" atas berakhirnya bulan Ramadhan. Kata "Grebeg" berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti "berjalan bersama-sama di belakang Ngarsa Dalem" atau seseorang yang dianggap seperti Ngarsa Dalem.

Wakil Penghageng KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinta Iswara menjelaskan bahwa Grebeg adalah salah satu upacara yang secara rutin dilakukan oleh keraton hingga saat ini.

Menurutnya, Grebeg Syawal yang diadakan di Keraton adalah Hajad Dalem, yaitu sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton untuk memperingati hari besar agama Islam, seperti Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dalam Grebeg Syawal, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengadakan upacara adat yang melibatkan para abdi dalem dan masyarakat sekitar.

Upacara dimulai dengan perarakan gunungan yang dibuat dari berbagai bahan, seperti nasi, bunga, sayur, buah, kain, dan berbagai barang lainnya. Gunungan-gunungan ini melambangkan berkat dan hasil panen yang dipersembahkan kepada Sultan dan masyarakat.

Terdapat lima gunungan yang diarak pada perayaan Grebeg Syawal, yaitu Gunungan Utama, Gunungan Banteng, Gunungan Jaran Kepang, Gunungan Bregodo, dan Gunungan Barong. Masing-masing gunungan memiliki simbol dan filosofi yang berbeda.

“Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan tadi,” kata Rinta Iswara.

Selama perarakan gunungan, masyarakat di sekitar Keraton berbondong-bondong untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam acara tersebut. Tidak hanya itu, para pengunjung juga dapat mencicipi hidangan khas Yogyakarta yang disajikan di tenda-tenda yang berjejer di sekitar Keraton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tradisi Grebeg Syawal ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Yogyakarta. Selain sebagai wujud syukur, acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antara masyarakat dan Keraton.

Menurut Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Dwi Wahyu Atmaji, Grebeg Syawal merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya yang harus terus dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga memperlihatkan betapa kaya dan indahnya budaya Indonesia.

Meskipun Grebeg Syawal telah menjadi tradisi yang berusia ratusan tahun, namun tetap dilaksanakan setiap tahun dengan penuh semangat dan kegembiraan. Acara ini berhasil mengundang perhatian masyarakat dari berbagai daerah dan menjadi daya tarik wisata yang penting bagi Yogyakarta.

Prosesi Grebeg Syawal Idul Fitri 2024

Pareden gunungan yang dibawa ke Ndalem Mangkubumen ini diterima langsung Putri Mahkota sekaligus putri sulung Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi didampingi GKR Maduretno dan GKR Hayu. 

Usai menerima 50 buah pareden dari Utusan Dalem, GKR Mangkubumi dibantu kedua adiknya membagikan pareden tersebut. "Terima kasih, saya terima pareden ini," kata Gusti Mangkubumi.

Semua pareden gunungan yang berisi rengginang dan taplukan bintang lima warna ini telah dibagikan. Salah satu abdi dalem yang mendapat pareden di Ndalem Mangkubumen yaitu Nyi Mas Hamong Hadiastuti mengaku sangat bangga mendapatkan pareden tersebut karena merupakan berkah dari raja.

Saat gunungan diperebutkan di belum tentu mendapatkan pareden. Namun dengan cara dibagikan semua bisa mendapatkannya. "Senang sekali mendapatkan berkah Ndalem ini. Pareden sebenarnya bisa digunakan sesuai kepercayaan atau sugesti masing-masing. Kalau saya akan saya taruh di sawah biar tidak ada hama dan panennya bagus,'" katanya.

Meskipun tata cara pelaksanaan mengalami penyesuaian, namun prosesi Grebeg Syawal tetap dinantikan masyarakat. Usai didoakan, lima gunungan yang berada di halaman Masjid Gedhe langsung dibagikan baik di lokasi dan tiga lokasi lainnya di Pura Pakualaman, Kompleks Kepatihan dan Ndalem Mangkubumen.

Prosesi Grebeg Syawal keluar Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman sejak pukul 09.00 WIB. Masyarakat pun telah menunggu dengan setia agar dapat menyaksikan prosesi tradisi budaya yang rutin dilaksanakan keraton setiap tahunnya. 

Ada lima jenis gunungan yang dikawal Iring-iringan bregada yakni dua Gunungan Kakung, satu Gunungan Estri, satu Gunungan Gepak, satu Gunungan Darat, dan satu Gunungan Pawuhan. Satu titik tambahan yang menjadi lokasi pembagian ubarampe gunungan, yakni Ndalem Mangkubumen menerima sejumlah 50 buah pareden gunungan sama seperti yang dibagikan ke Kompleks Kepatihan. 

MICHELLE GABRIELA  | PRIBADI WICAKSONO

Pilihan Editor: Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bentrok PKL Malioboro dan Satpol PP Buntut Relokasi, Berikut Kilas Balik Relokasi PKL Malioboro dan Kata Sultan HB X

10 hari lalu

Para PKL Malioboro menggelar aksi sembari berjualan di balik pagar Teras Malioboro 2 akibat penutupan pagar area itu oleh petugas UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (PKCB) Kota Yogyakarta Sabtu petang (13/7). Penutupan itu dilakukan untuk mencegah para PKL kembali berjualan di selasar pedestrian Malioboro. Tempo/Pribadi Wicaksono
Bentrok PKL Malioboro dan Satpol PP Buntut Relokasi, Berikut Kilas Balik Relokasi PKL Malioboro dan Kata Sultan HB X

Demo PKL Malioboro akhir pekan lalu berakhir ricuh, apa tuntutannya? Berikut kilas balik relokasi PKL Malioboro.


Momen Ribuan Orang Hadiri Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta di Malam 1 Suro

18 hari lalu

Tradisi Mubeng Beteng saat Malam 1 Suro di Yogyakarta Minggu 7 Juli 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Momen Ribuan Orang Hadiri Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta di Malam 1 Suro

Ribuan orang tampak menyemut di Pelataran Kamandungan Lor atau Keben Keraton Yogyakarta, menantikan tradisi Mubeng Beteng menyambut malam 1 Suro


Mengenal Sederet Prosesi Wajib Sebelum Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Saat Malam 1 Suro

19 hari lalu

Prosesi Macapatan sebelum Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta dalam momentum Malam 1 Suro Minggu petang 7 Juli 2024. Dok. Keraton Yogyakarta
Mengenal Sederet Prosesi Wajib Sebelum Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Saat Malam 1 Suro

Menyambut pergantian tahun baru Jawa 1 Sura atau 1 Suro, Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng atau berjalan kaki mengelilingi benteng keraton pada Minggu petang 7 Juli 2024.


Tak Hanya di Keraton Yogya, Malam 1 Suro Juga Ada Tradisi Mubeng Beteng di Puro Pakualaman

19 hari lalu

Tradisi Mubeng Beteng Pura Pakualaman tiap Malam 1 Suro. Dok. Istimewa
Tak Hanya di Keraton Yogya, Malam 1 Suro Juga Ada Tradisi Mubeng Beteng di Puro Pakualaman

Tradisi Mubeng Beteng atau mengelilingi Peringatan Malam 1 Suro yang tahun ini jatuh pada Minggu petang 7 Juli 2024 tak hanya digelar di Keraton Yogyakarta saja.


Mau Lihat Ritual Mubeng Beteng Yogyakarta pada Malam 1 Suro? Catat Aturannya

23 hari lalu

Tradisi Mubeng Benteng Malam 1 Suro di Yogyakarta. jogya.com
Mau Lihat Ritual Mubeng Beteng Yogyakarta pada Malam 1 Suro? Catat Aturannya

Masyarakat dan wisatawan Yogyakarta diperkenankan mengikuti prosesi Mubeng Beteng Malam 1 Sura tanpa dipungut biaya dan tetap menjaga ketertiban.


Judi Online Marak, Raja Keraton Yogyakarta Sultan HB X: Candu, Tak Ada Peluang Menang

28 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Dok. Pemda DIY.
Judi Online Marak, Raja Keraton Yogyakarta Sultan HB X: Candu, Tak Ada Peluang Menang

Sultan HB X menuturkan, judi online menjadi candu karena menjebak siapapun yang sudah menang untuk kembali mengulangi peruntungannya.


Idul Adha Selesai, Wisata Kedhaton Keraton Yogyakarta Buka Kembali Hari Ini

38 hari lalu

Bangsal Kencana di area Kedhaton Keraton Yogyakarta. Dok. Keraton Jogja
Idul Adha Selesai, Wisata Kedhaton Keraton Yogyakarta Buka Kembali Hari Ini

Rampungnya rangkaian perayaan Idul Adha akan diikuti dengan pembukaan secara normal kembali wisata Keraton Yogyakarta.


Ribuan Warga Padati Tradisi Grebeg Besar Idul Adha di Yogyakarta

38 hari lalu

Sejumlah Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membagikan gunungan saat Grebeg Besar di Masjid Kauman, Yogyakarta, Selasa 18 Juni 2024. Tradisi Grebeg Besar Keraton Yogyakarta merupakan rangkaian perayaan Idul Adha 1445 H sebagai simbol sedekah raja kepada rakyatnya sekaligus wujud rasa syukur kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Ribuan Warga Padati Tradisi Grebeg Besar Idul Adha di Yogyakarta

Gunungan Grebeg Besar yang dikeluarkan Keraton Yogyakarta tak lagi diperebutkan, melainkan dibagikan oleh abdi dalem kepada masyarakat.


Mengintip Paket Wisata Baru Deep Experience Keraton Yogyakarta, Turis Bisa Coba jadi Abdi Dalem

50 hari lalu

Kunjungan wisata di Keraton Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Mengintip Paket Wisata Baru Deep Experience Keraton Yogyakarta, Turis Bisa Coba jadi Abdi Dalem

Paket wisata ini tak sekadar melihat aspek fisik Keraton Yogyakarta namun lebih merasakan langsung kehidupan sehari-hari di dalamnya.


Yogyakarta Tambah 25 Warisan Budaya Takbenda, Jadi yang Terbanyak di Indonesia

59 hari lalu

ari Bedhaya Bontit. Dok. Keraton Yogyakarta
Yogyakarta Tambah 25 Warisan Budaya Takbenda, Jadi yang Terbanyak di Indonesia

Yogyakarta memiliki sebanyak 180 karya yang terdaftar jadi warisan budaya sejak 2013 hingga 2023.