TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan wisata tanpa disadari menyumbang emisi karbon yang turut memicu pemanasan global. Kesadaran ini mulai muncul pada pikiran wisatawan. Aktivis iklim remaja Greta Thunberg misalnya, memilih untuk pelesiran dengan kapal yang ramah lingkungan dan tak memilih terbang dengan pesawat. Tren tak menggunakan pesawat itu, juga diikuti milenial Swedia lainnya.
Menukil Japan Times, European Environment Agency penerbangan menyumbang tiga persen dari emisi karbon yang merusak iklim secara global. Pada 2019, dunia mengalami rekor gelombang panas, kebakaran hutan, dan gelombang badai yang diperburuk oleh pasang laut.
Pada perhelatan Singapore Airshhow 2020, pada 11-16 Februari 2020, pabrikan pesawat besar seperti Boeing dan Airbus berlomba-loma menampilkan purwarupa dan model pesawat yang ramah lingkungan.
“Dunia aviasi berada di bawah tekanan signifikan untuk meningkatkan citra keberlanjutannya,” kata Paul Stein, chief technology officer untuk pembuat mesin Rolls-Royce. Menurutnya, maskapai bekerja sama dengan pabrik pesawat untuk menciptakan bahan bakar berkelanjutan, elektrifikasi, mesin, dan badan pesawat yang semakin efisien.
Industri penerbangan telah berjanji untuk mengurangi emisi karbon sebesar 50 persen pada tahun 2050 dibandingkan dengan level pada 2005. Inggris bahkan menargetkan mencapai emisi nol pada tahun yang sama.
Pesawat Kian Hemat Bahan Bakar
Di Singapore Airshow, Airbus meluncurkan model jet baru futuristik yang memadukan sayap dengan tubuh, dengan meletakkan dua mesin di bagian belakang. Model yang dijuluki sebagai Maverick itu, memiliki bentuk yang ramping.
Desain ramping Maverick mampu mengurangi hambatan aerodinamis dan mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 20 persen dibandingkan dengan pesaawat-pesawat penumpang saat ini. Pada Singapore Airshow 2020, Airbus tak membawa purwa rupa namun hanya model Maverick. Model tersebut memiliki panjang 2,2 meter dan purwa rupanya telah diuji terbang pertama pada Juni tahun lalu.
Her0 Zero memiliki sayap yang menyapu ke belakang berbentuk winglets besar dan menyediakan daya angkat yang besar. Dok. Joe Doucet
Pabrikan Franco-Italia, ATR, tetap setia dengan pengembangan mesin turbopropnya - populer untuk penerbangan jarak pendek -- khususnya di beberapa bagian Asia dengan infrastruktur yang kurang bagus. Mesin ATR yang baru, diklaim lebih hemat bahan bakar 40 persen dibandingkan dengan mesin jet dengan ukuran yang sama.
"Ini adalah pertukaran antara konsumsi bahan bakar dan kecepatan," kata Kepala Eksekutif ATR Stefano Bortoli. "Anda dapat memperoleh kecepatan yang lebih cepat dengan jet, tetapi dalam hal polusi, itu lebih merusak."
Ada juga langkah-langkah menuju pembuatan pesawat listrik. Pesawat listrik penuh pertama di dunia - dirancang oleh perusahaan teknik magniX - melakukan uji terbang perdananya Desember lalu di Kanada.
Perusahaan Swiss Smartflyer mengembangkan pesawat listrik hibrida untuk empat orang. Proyek tersebut bakal diterbangkan perdana pada tahun 2022. Selain mengurangi emisi, pesawat ini mampu mengurangi kebisingan dan pengoperasiannya lebih murah, karena lebih hemat bahan bakar.
Ganti Rugi Karbon
Delta Air Lines pada Jumat, 14 Februari 2020, mengatakan bakal menginvestasikan US$1 miliar selama 10 tahun ke depan, untuk mengimbangi emisi karbon dari pesawatnya. Delta mengatakan uang itu akan digunakan untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar. Mereka juga berinvestasi dalam upaya menghilangkan karbon dari atmosfer, dengan menanam pohon dan memulihkan lahan basah.
Delta, yang rata-rata memiliki armada lebih tua dari banyak pesaing utamanya, mendapat nilai buruk untuk efisiensi bahan bakar. Dalam sebuah laporan September 2019, International Council on Clean Transportation menempatkan Delta di urutan kedelapan di antara 11 maskapai penerbangan AS – dalam hal efisiensi bahan bakar per penumpang domestik pada 2017 dan 2018.
Delta maju selangkah di depan American Airlines, namun masih kalah dengan Southwest dan United. Frontier Airlines menempati peringkat pertama berkat jet yang lebih baru, rute tanpa transit, dan lebih banyak penumpang per penerbangan daripada kebanyakan pesaingnya.
Delta membakar 4,2 miliar galon (8,3 miliar liter) bahan bakar tahun lalu, 2,5 persen lebih banyak daripada yang dibakar pada 2018. "Kami akan terus menggunakan bahan bakar jet," kata CEO Delta, Ed Bastian kepada CNBC. "Namun kami akan berinvestasi dalam teknologi untuk mengurangi dampak bahan bakar jet, tapi saya tidak pernah melihat masa depan bahwa kami menghilangkan bahan bakar jet."
Delta yang berbasis di Atlanta adalah maskapai penerbangan terbesar di dunia berdasarkan pendapatan. Untuk 2019, ia melaporkan laba bersih hampir US$4,8 miliar - meningkat 21 persen - dari pendapatan US$47 miliar.
Pesawat Delta Airlines lebih boros ketimbang pesawat milik maskapai lainnya. Delta berencana membayar utang karbon dalam bentuk reboisasi dan mengganti bahan bakar biofuel. REUTERS/Mike Blake
Delta tengah melirik biofuel untuk mengurangi emisi karbon. Beberapa maskapai penerbangan dalam beberapa tahun terakhir telah menggunakan biofuel tersebut. Tetapi harga biofuel masih lebih mahal ketimbang bahan bakar biasa.
Terlepas dari upaya yang dilakukan banyak perusahaan, para pencinta lingkungan menuduh industri penerbangan bergerak terlalu lambat, pasalnya dampak buruk perubahan iklim lebih cepat hadir ketimbang inovasi yang dilakukan industri penerbangan.
“Ini akan memakan waktu lama bagi maskapai untuk menjadi berkelanjutan,” kata Dewi Zloch, juru kampanye iklim dan energi Greenpeace. "Solusi teknologi akan memakan waktu puluhan tahun."