Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

3 Periode Arsitektur Kotagede Hingga Jadi Kota Terindah di Asia

Reporter

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, untuk berdoa bersama sebelum memualai tradisi sadranan atau membersihkan Makam Raja-raja Mataram di Kotagede menjelang Ramadan, Minggu, 21 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, untuk berdoa bersama sebelum memualai tradisi sadranan atau membersihkan Makam Raja-raja Mataram di Kotagede menjelang Ramadan, Minggu, 21 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta Kotagede terpilih sebagai Kota Terindah bersama 12 kota lain di Asia versi CNN Internasional. Masyarakat yang tinggal di tempat lahirnya kerajaan Mataram Islam ini mampu mempertahankan keunikan yang tercermin sejak pertengahan abad ke-16 hingga sekarang.

Seorang tokoh masyarakat Kotagede, Achmad Charris Zubair mengatakan awalnya masyarakat tak sadar bahwa kota yang mereka tempati memiliki karakter yang berbeda. "Tapi memang kami nyaman tinggal di sini," kata Charris, Rabu 4 Desember 2019.

Charris yang juga pegiat pelestarian Kawasan Cagar Budaya Kotagede ini mengatakan predikat Kota Terindah menjadi pelecut untuk menjaga dan merawat Kotagede. Dia menjelaskan ada tiga periode arsitektur yang memberikan warna bagi Kotagede.

Periode pertama dimulai pada pertengahan abad ke-16 atau sekitar tahun 1550 M. Ketika itu, Sutawijaya bertahta dan bergelar Panembahan Senopati pada 1560- 1570. Peninggalannya berupa keraton, masjid, pemandian, dan sebagainya.

Sebuah situs Tugu Jam di halaman Masjid Agung Kotagede, Yogyakarta, yang dibuat oleh Sunan Pakubuwono X untuk menandai kawasan makam dan masjid Kootagede tidak hanya dimilik Keraton Yogyakarta, tetapi juga Surakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Periode kepemimpinan Panembahan Senopati menyisakan bangunan bergaya arsitektur Hindu yang kental selaras konsep Tri Hita Karana. Termasuk adanya alun-alun serta vegetasi yang sampai saat ini masih terjaga keindahannya.

Periode kedua, menurut Charris Zubair, ditandai keputusan Sultan Agung memindahkan pusat kerajaan ke Kerta dan Plered. Sejak itu, Kotagede tidak lagi menjadi ibu kota dan kraton, tapi tumbuh sebagai kota biasa.

Adanya pasar di Kotagede melengkapi konsep Catur Gatra yang menjadikan Kotagede tumbuh sebagai kota perdagangan. "Dampaknya, ada rumah bergaya Jawa yang dibangun mulai pertengahan abad ke-17 hingga abad ke-18," kata Charis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rumah Jawa yang dibangun lengkap dengan joglo, pendapa, pringgitan, gandok, dan lainnya. Saat ini, masih berdiri 125 rumah bergaya Jawa di Kotagede. "Meski ada beberapa perubahan fungsi ruang, tapi keindahan rumah tersebut mampu mewarnai Kotagede dengan bentang wilayahnya," ucap Charris.

Suasana rumah-rumah kuno penduduk di dalam lingkungan Between Two Gates di Kampung Alun-alun, Kotagede, Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Masuk periode ketiga pada awal abad 20 hingga dasawarsa ketiga yang menjadikan Kotagede masuk era kejayaan perekonomian. Penduduk Kotagede yang terdiri masyarakat Kalang dan Santri memiliki hak monopoli Hindia Belanda untuk mengurus perdagangan berlian dan kain.

"Pada periode itu, masyarakat mulai membangun rumah besar dan mewah bergaya Indisch di kawasan Tegalgendu," katanya. Tiga faktor keindahan karya arsitektur itu yang menjadikan Kotagede sebagai kota terindah.

Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi mengucapkan terima kasih dan apresiasi bagi pendiri serta masyarakat Kotagede pada masa lalu dan saat ini. "Selamat untuk masyarakat Kotagede. Keberadaannya saat ini mampu memposisikan sebagai salah satu kota terindah di dunia adalah bukti kemampuan dan kemauan masyarakat untuk memelihara warisan budaya," kata Dian.

TERAS.ID | KRJOGJA.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

1 hari lalu

Spot wisata Kano Maritim Mangrove Baros di Bantul Yogyakarta. Dok. Pemda DIY
Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.


Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

1 hari lalu

Proses evakuasi korban jatuh ke jurang di tebing Pantai Ngluwo Gunungkidul, Ahad, 28 April 2024 (Dok. Istimewa)
Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.


Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

1 hari lalu

Kampoeng Mataraman Yogyakarta. Dok. Istimewa
Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.


Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

2 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.


Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

3 hari lalu

Salah satu sudut Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang tengah direvitalisasi hingga Juni 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.


8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

6 hari lalu

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.  Foto: Booking.com
8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.


Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

6 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno (kiri) didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta, memberikan hormat saat tiba di Jalan Asia Afrika yang menjadi Historical Walk dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dok. Museum KAA
Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.


Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

6 hari lalu

Video viral di media sosial berisi aksi belasan warga berebutan melempar sampah ke bak sebuah truk yang melintas di jalanan sekitar depo sampah Pasar Ngasem Kota Yogyakarta pada Rabu 24 April 2024. Dok. Istimewa
Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.


Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

7 hari lalu

Aktivis pro demokrasi Usman Hamid saat berorasi dalam Aksi Sejagad yang diikuti elemen gerakan Gejayan Memanggil hingga Forum Cik Ditiro di halaman Kantor KPU DIY Rabu, 24 April 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.


Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

7 hari lalu

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata memberikan keterangan kepada awak media, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. KPK mengungkapkan telah menaikan status penyelidikan ke tingkat penyidikan dugaan penyimpangan tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas penyaluran kredit Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). TEMPO/Imam Sukamto
Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.