Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wisata Sejarah, Kisah Kotagede dan Imogiri Yogyakarta Terbagi Dua

image-gnews
Suasana halaman Makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Suasana halaman Makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu objek wisata sejarah di Yogyakarta adalah di Makam Raja-raja di Kotagede dan Imogiri. Dua wilayah ini memiliki dua pengusaha, yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta.

Baca: Wisata Sejarah Masjid yang Diparuh untuk Yogyakarta dan Surakarta

Jadi, meski berada di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, wisatawan yang masuk ke Makam Raja di Kotagede dan Imogiri sama saja menjejakkan kaki di bumi Surakarta, Jawa Tengah. Mengapa demikian? Itu adalah bagian dari politik pecah belah yang diterapkan kolonial Hindia Belanda.

"Dulu wilayah Kotagede dan Imogiri masuk Kesunanan Surakarta yang dikelilingi wilayah Kesultanan Yogyakarta," kata Kusno Setiyo Utomo, penulis buku Perjanjian Giyanti dan Pembagian Bumi Mataram kepada Tempo, 30 April 2019.

Kusno menceritakan sejarah enclave di Indonesia berawal di Kotagede (1588 - 1613) yang merupakan ibu kota Kerajaan Mataram Islam yang didirikan Panembahan Senopati. Ketika Mataram berjaya, ibu kota kemudian pindah ke Kerta (1613 - 1647) pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo. Perpindahan berlanjut di era Susuhunan Hamangkurat Agung atau Amangkurat I ke Pleret (1647 - 1681). Setelah Kerta dikuasai Trunajaya, kerajaan pindah lagi ke Hutan Wanakerta yang kemudian dinamakan Kartasura Hadiningrat (1680) pada masa Amangkurat II.

Ada empat raja yang memimpin secara bergantian selama Mataram pindah ke Kartasura. Mulai dari Amangkurat II, diganti anaknya, Amangkurat III, lalu digeser pamannya Susuhunan Paku Buwono I, dan diganti anaknya, Amangkurat IV. Selanjutnya, kepemimpinan Amangkurat IV diteruskan kepada anak yang bergelar Paku Buwono II.

Pada masa Paku Buwono II terjadi konflik yang dikenal dengan Geger Pacinan. Pusat kerajaan rusak berat. Mataram pun jatuh. Paku Buwono II memindahkan kerajaannya ke Desa Sala yang kemudian dinamakan Surakarta. Dia digantikan anaknya, Paku Buwono III. "Surakarta ini menjadi pusat Kerajaan Mataram terakhir," kata Kusno.

Kerajaan Mataram runtuh setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani Pangeran Mangkubumi dan Direktur VOC Jawa Utara Nicholas Hartingh pada 13 Februari 1755. Perjanjian itu disetujui Paku Buwono III dan Gubernur Jenderal VOC Mossel. Isi perjanjian menyebutkan Kerajaan Mataram berakhir dan pecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta.

Surakarta sebagai pusat Kerajaan Mataram terakhir dipimpin Susuhunan Paku Buwono III. Sedangkan Mangkubumi memimpin kerajaan baru bernama Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I. Perjanjian Giyanti juga memunculkan dua kerajaan baru, yaitu Kadipaten Magkunegaran pada 17 Maret 1757 dan Kadipaten Pakualaman pada 17 Maret 1813.

Baca juga: 
Kisah Nama Masjid Cicit Raja Majapahit di Bantul yang Tak Dikenal

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kadipaten Magkunegaran yang dipimpin Mangkunegara I mengambil sebagian wilayah Kesunanan Surakarta. Adapun Kadipaten Pakualaman yang dipimpin Paku Alam I berada di wilayah Kesultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti juga meninggalkan persoalan, yaitu tidak menyebutkan batas wilayah Kesunanan Surakarta dengan Kesultanan Yogyakarta dengan jelas. "Sebab itu, sering terjadi konflik di perbatasan kedua kerajaan penerus Dinasti Mataram itu," kata Kusno.

Seusai Perang Diponegoro, barulah ada kejelasan wilayah berdasarkan Perjanjian Klaten yang ditandatangani pada 27 September 1830. Perjanjian Klaten sekaligus mengamandemen Perjanjian Giyanti. Batas-batas wilayah Surakarta meliputi Pajang, Sukowati, serta sebelah barat dan timur Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Sedangkan wilayah Yogyakarta tinggal Mataram atau sebelah selatan Gunung Merapi, serta Gunungkidul. "Batas kedua wilayah berupa gapura di selatan Candi Prambanan di Jalan Solo - Jogja," kata Kusno.

Lantaran gapura itu pula wilayah Prambanan terbagi dua. Sebagian masuk wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan sebagian lagi masuk wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sisi lain, Perjanjian Klaten juga melahirkan daerah enclave Kotagede dan Imogiri. Enclave adalah daerah yang berada di wilayah daerah lain. Sebagai daerah enclave, Kotagede dan Imogiri merupakan wilayah Surakarta, tetapi berada di wilayah Yogyakarta. "Sebab itu ada penyebutan Kotagede Surakarta dan Kotagede Yogyakarta. Juga Imogiri Surakarta dan Imogiri Yogyakarta," kata Kusno.

Enclave Kotagede Surakarta terbagi tujuh desa yang masuk wilayah Kapanewonan Kotagede Yogyakarta. Meliputi Desa Jagalan, Singosaren, Bawuran, Wonolelo, Segoroyoso, Jatimulyo, dan Terong. Sedangkan Imogiri Surakarta memiliki sembilan desa, meliputi Desa Imogiri, Karangtalun, Karangtengah, Kebon Agung, Girirejo, Mangunan, Muntuk, Dlingo, dan Temuwuh. Makam Raja-raja Mataram dan Masjid Kotagede di Jagalan serta Makam Imogiri di Girirejo masuk dalam enclave Kotagede Surakarta dan Imogiri Surakarta. "Tak heran yang melakukan renovasi Masjid Kotagede adalah pihak Keraton Surakarta," kata Kusno.

Simak: 
Wisata Sejarah ke Terowongan Limbah Pabrik Gula Banyumas, Berani?

Renovasi masjid dilakukan sejak 1856-1926. Jejaknya bisa diamati pada fasad depan masjid yang berukir angka tahun 1856 - 1926. Sebelum 1856 dilakukan penambahan serambi masjid, tempat wudu, dan pergantian atap dari sirap menjadi genteng. Pasca-gempa di Yogyakarta juga dilakukan perluasan serambi masjid pada 1867. Sedangkan 1926 dibangun pagar masjid dan tugu masa Kasunanan Surakarta dipimpin Paku Buwono X.

Perkembangannya, dibentuklah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 yang menyebutkan daerah yang meliputi Kesultanan Yogyakarta dan Paku Alaman ditetapkan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak saat itu, wilayah enclave tidak termasuk Yogyakarta. Akibatnya muncul persoalan dalam pemerintahan.

Penyelesaiannya melalui Undang-undang Darurat Nomor 5 Tahun 1957 tentang Pengubahan Kedudukan Wilayah Daerah-daerah Enclave Imogiri, Kotagede, dan Ngawen. Khusus untuk Ngawen merupakan wilayah Kadipaten Mangkunegaran yang juga berada di Surakarta. "Sejak saat itu, tiga daerah enclave itu bergabung dengan wilayah Yogyakarta," kata Kusno.

Tujuh desa enclave Kotagede Surakarta masuk di tiga kecamatan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, meliputi Jagalan dan Singosaren di Kecamatan Banguntapan; Bawuran, Wonolelo, Segoroyoso di Kecamatan Pleret; serta Jatimulyo dan Terong di Kecamatan Dlingo. Sedangkan sembilan desa enclave Imogiri Surakarta masuk di dua kecamatan di Bantul, Yogyakarta. Meliputi Imogiri, Karangtalun, Karang tengah, Kebonagung, dan Girirejo di Kecamatan Imogiri; Mangunan, Muntuk, Dlingo, dan Temuwuh di Kecamatan Dlingo.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

13 jam lalu

Kawasan wisata Tebing Breksi di Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.


Jumlah Penumpang di Yogyakarta Melonjak 200 Persen saat Libur Lebaran, KAI Bandara Lakukan Antisipasi

16 jam lalu

Kereta Prambanan Ekspres melayani penumpang ke Bandara YIA, dari stasiun Wojo menuju Yogyakarta dan sebaliknya Foto: @ahmadhafit
Jumlah Penumpang di Yogyakarta Melonjak 200 Persen saat Libur Lebaran, KAI Bandara Lakukan Antisipasi

KAI Bandara melayani perjalanan dari Stasiun Yogyakarta menuju Stasiun Bandara YIA Kulon Progo dengan jumlah perjalanan yang terbagi dua jenis.


Kebut Perbaikan Jalan Rusak Jelang Lebaran, Akses Destinasi di Yogyakarta Jadi Prioritas

1 hari lalu

Banner yang menyindir rusaknya Jalan Godean Sleman Yogyakarta. Dok : Istimewa
Kebut Perbaikan Jalan Rusak Jelang Lebaran, Akses Destinasi di Yogyakarta Jadi Prioritas

Sejumlah akses infrastruktur jalan di wilayah Yogyakarta mulai gencar diperbaiki menjelang libur Lebaran ini.


Libur Lebaran, Yogyakarta Siagakan Petugas Monitor Ketat 33 Destinasi Wisata Populer

2 hari lalu

Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. (TEMPO/Pribadi Wicaksono)
Libur Lebaran, Yogyakarta Siagakan Petugas Monitor Ketat 33 Destinasi Wisata Populer

Ada 33 titik destinasi populer di Yogyakarta yang akan diawasi ketat, sebagian besar merupakan wilayah Pantai Selatan.


6 Wisata Religi Yogyakarta yang Bisa Dikunjungi saat Bulan Ramadan

2 hari lalu

Warga berjalan usai melaksanakan salat magrib di Masjid Gedhe Mataram, Kotagede, Yogyakarta, 13 Juni 2016. Masjid tertua di Yogyakarta ini yang dibangun sejak tahun 1587 dan menjadi pusat kegiatan beribadah saat Ramadan. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
6 Wisata Religi Yogyakarta yang Bisa Dikunjungi saat Bulan Ramadan

Yogyakarta memiliki berbagai destinasi wisata, termasuk wisata religi. Berikut rekomendasi wisata religi Yogyakarta yang wajib dikunjungi.


Khawatir Terimbas Cuaca Buruk, Yogya Gelar Sidak Serentak Pantau Stok Pangan Menjelang Lebaran

2 hari lalu

Wisatawan mancanegara menyambangi Pasar Beringharjo Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Khawatir Terimbas Cuaca Buruk, Yogya Gelar Sidak Serentak Pantau Stok Pangan Menjelang Lebaran

Kekhawatiran kurangnya stok pangan pada masa libur Lebaran 2024 sempat muncul akibat kondisi cuaca buruk.


Arus Mudik di Terminal Jatijajar Depok Diprediksi Mulai H-10

2 hari lalu

Petugas BPTJ mengecek fisik bus saat pemeriksaan kelaikan kendaraan (ramp check) di Terminal Jatijajar Tipe A, Depok, Jawa Barat, Jumat 31 Maret 2023. Pemeriksaan kelaikan kendaraan tahap pertama dilakukan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek  (BPTJ) untuk memastikan laik jalan guna memberi kenyamanan dan keselamatan penumpang saat mudik lebih awal Hari Raya Idul Fitri 1444H. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Arus Mudik di Terminal Jatijajar Depok Diprediksi Mulai H-10

Dinas Kesehatan Kota Depok memeriksa kesehatan sopir bus di Terminal Jatijajar secara periodik, dan saat arus mudik akan ada posko layanan.


Yogyakarta Waspadai Jalur Rawan Libur Lebaran, Akses Cinomati Terlarang Bagi Wisatawan

2 hari lalu

Sebuah mobil wisatawan tengah dievakuasi petugas pasca mengalami kecelakaan tunggal di jalur Cinomati Bantul Sabtu 9 Desember 2023. Dok.istimewa
Yogyakarta Waspadai Jalur Rawan Libur Lebaran, Akses Cinomati Terlarang Bagi Wisatawan

Jalur Cinomati Yogyakarta dikenal berbahaya karena kontur jalannya sangat curam sehingga banyak mobil tak kuat menanjak.


Ini Destinasi Wisata Menarik Searah Perjalanan Menuju Yogyakarta

3 hari lalu

Pantai Dewa Ruci Jatimalang Purworejo. Dok.  Pemkab Purworejo
Ini Destinasi Wisata Menarik Searah Perjalanan Menuju Yogyakarta

Libur lebaran di Yogyakarta, ada banyak destinasi wisata yang searah kota Pelajar itu


Libur Lebaran, Yogyakarta Genjot Lama Tinggal Wisatawan Naik Lebih Awal

3 hari lalu

Komunitas sepeda di Yogyakarta menggelar event saat masa ramadhan. (Dok.istimewa)
Libur Lebaran, Yogyakarta Genjot Lama Tinggal Wisatawan Naik Lebih Awal

Masa cuti bersama dan libur Lebaran berlangsung selama delapan hari, yaitu dari tanggal 8 hingga 15 April 2024 mendatang.