TEMPO.CO, Yogyakarta - Pementasan wayang orang dan wayang kulit kerap ditampilkan di Candi Prambanan. Namun pementasan pada Senin malam, 25 November lalu, sangat berbeda.
Manajemen pengelola Candi Prambanan menampilkan wayang kulit berdurasi satu jam saja. Pementasan wayang ini dibalut dengan wayang orang dan multimedia. Juga ada teks dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
“Pertunjukan wayang kulit yang kita hadirkan diharapkan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Ada subtitle Inggris serta Bahasa Indonesia. Semua bisa tahu dan paham dengan ceritanya,” kata Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Candi Ratu Boko, Hetty Herawati, Senin malam, 25 November 2019.
Wayang ini lebih menarik karena ada penggabungan dengan pertunjukan multimedia yang spektakuler dan wayang orang.
Pertunjukan wayang ini mengambil lakon Cupu Manik Astagina. Rencananya, pertunjukan wayang kulit yang bisa dinikmati juga oleh turis mancanegara dan juga kaum milenial ini akan dirilis pada 2020. Tahun depan, lakon ini akan dimainkan setiap Sabtu pukul 13.00 WIB di Gedung Teater Trimurti di kawasan Candi Prambanan.
“Guna mendukung tercapainya kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara yang dicanangkan oleh pemerintahan Indonesia, kami melakukan rejuvinasi dengan menghadirkan konsep baru, Experience of Existence. Konsep di mana dari tiga destinasi utama ini, kami hadirkan pengalaman yang berbeda dan komplit dalam melakukan aktivitas wisatanya,” kata dia.
Pertunjukan Wayang Kulit yang disuguhkan di Gedung Trimurti, Kompleks Teater Ramayana Prambanan ini menjadi sebuah pertunjukan yang seru serta memikat. Pertunjukan wayang kulit yang biasanya hanya diminati oleh kalangan orang tua, dihadirkan dengan wajah baru yang spektakuler dan mengesankan.
Pertunjukan Wayang Kulit ini mengambil tema cerita Cupu Manik Astagina. Lakon yang diangkat dari Epos Ramayana yang penuh dengan nasihat, tentang pentingnya bersikap jujur dan menghindari keserakahan terhadap kemilau harta dan kekuasaan.
Dalam acara peluncuran pertunjukan wayang kulit ini, dihadirkan juga pameran keris. Pameran yang terselenggara berkat kerjasama TWC dengan Komunitas Keris Yogyakarta itu, diadakan dalam rangka memperingati ditetapkannya keris Indonesia sebagai warisan budaya tak benda dunia (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO pada 25 November 2005.
“Indonesia memiliki tiga warisan budaya tak benda yang diakui dunia, batik, wayang dan keris,” kata dia. Harapannya, kecintaan kepada warisan budaya tak benda Indonesia oleh wisatawan maupun masyarakat akan semakin meningkat. Inilah kekayaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang tak ternilai dan menjadi salah satu magnet kunjungan wisatawan mancanegara datang ke Indonesia.
Wayang kulit yang dipentaskan di Candi Prambanan menggabungkan kecanggihan multimedia dan wayang orang, untuk memikat wisatawan muda. TEMPO/Muh Syaifullah
Nur Indrawati, sang Project Manager menyatakan untuk pertama kali dalang yang mementaskan wayang Cupu Manik Astagina adalah ki Dalang Rafif Pujasmara. "Jika sudah dirilis untuk umum, dalang yang akan tampil bergantian," ujarnya.
Sementara untuk tiket masuk sebesar Rp100.000 untuk umum, sedangkan siswa hanya Rp50.000, "Dimainkan setiap Sabtu jam 13.00 WIB. Juga disediakan paket makan siang (terpisah dengan tarif tiket masuk,” kata dia.
Ia mengaku mempersiapkan program ini selama 6 bulan. Mulai dari riset hingga latihan dan menyiapkan segala sesuatu yang yang dibutuhkan dalam pertunjukan ini.
MUH SYAIFULLAH