Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pantai Ngobaran untuk Wisata Religi, Budaya, dan Toleransi

image-gnews
Pura Segara Wukir di Pantai Ngobaran Gunung Kidul, Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Pura Segara Wukir di Pantai Ngobaran Gunung Kidul, Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Langit biru dan sinar matahari yang membakar kulit, serta deburan ombak menyambut wisatawan pada siang itu. Puluhan umat Hindu duduk bersila di Pura Segara Wukir tepi Pantai Ngobaran, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Mereka bersembahyang dengan khusyuk. Hampir setiap hari pura ini kedatangan umat Hindu dari berbagai daerah untuk beribadah. Di dekat pura itu berdiri candi yang stupanya mirip Candi Borobudur.

Berjarak 400 meter dari candi, terdapat musala. Tempat peziarah ada di balik karang-karang raksasa di pinggir pantai. Dari lokasi peziarah ini, pengunjung bisa melihat cekungan air tawar yang biasa digunakan untuk mandi.

Pantai Ngobaran di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari menjadi simbol keberagaman dan keterbukaan. Di pantai ini, setiap orang bisa mampir ke tempat-tempat peribadatan itu, untuk melihat praktek toleransi. Harmoni terjaga karena peran kelompok sadar wisata atau Pokdarwis Sido Rukun, gerakan sadar wisata sekitar pantai tersebut.

Umat Hindhu membawa kembali air yang sudah didoakan dan diberkati untuk diletakan di Pura mereka seusai ritual larung sesaji pada upacara Melasti di Pura Segara Ukir, Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, Yogyakarta, 22 Februari 2016. Enam sifat buruk yang dimaksudkan, yakni kama atau nafsu biologis, rakus, kemarahan, Madha atau kemabukan, kebingungan, serta dan sikap iri hati. TEMPO/Pius Erlangga

“Saling menjaga dan tidak membeda-bedakan agama maupun aliran kepercayaan. Semua kami terima,” kata Ketua kelompok sadar wisata Sido Rukun, Iswanto kepada Tempo, Selasa, 29 Oktober 2019.

Pantai Ngobaran berjarak tempuh 60 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta atau perlu 90 menit untuk menjangkaunya dengan kendaraan roda dua dan mobil. Selain kental dengan simbol keberagaman, pantai ini juga berada di daerah karst, kaya akan batu karang, dan berpasir putih. Tebing-tebing dengan bebatuan kapur menjulang, membuat pantai ini indah.

Menurut Iswanto, di pantai tersebut setiap orang dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang beragam, hidup nyaman berdampingan. Pura Segara Wukir yang dibangun pada 2004 oleh umat Hindu digunakan untuk upacara Melasti, yakni ritual penyucian menjelang Hari Raya Nyepi umat Hindu.

Dalam sejarahnya, Raja Brawijaya penguasa kerajaan Majapahit melakukan napak tilas di Pantai Ngobaran. Itu mengapa tempat ini menjadi tujuan umat Hindu dari berbagai tempat. Mereka yang datang beribadah, kata Iswanto kebanyakan datang dari Bali, Medan, dan Jakarta. “Hampir setiap hari ada umat Hindu yang sembahyang di pura,” kata Iswanto.

Umat Hindu dan para pemuka melakukan ritual penyucian diri di Pantai Ngobaran, kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (25/2). Ritual penyucian diri merupakan bagian dari upacara Melasti sebagai salah satu rangkaian perayaan hari raya Nyepi 1935 Saka yang akan jatuh 12 Maret 2013 mendatang. TEMPO/Suryo Wibowo

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain umat Hindu, penganut aliran kepercayaan Kejawen juga bisa menjalankan keyakinannya di Candi Moyodipo. Penganut Kejawen menjalankan ritual, di antaranya menenangkan diri dan bertapa di sekitar petilasan.

Pantai Ngobaran juga menyelenggarakan seremoni Tahun Baru Jawa 1 Suro dan Labuhan setiap satu tahun sekali. Ada pula upacara nyadran setiap musim tanam tiba. Ritual Nyadran merupakan wujud syukur. Warga pantai menyajikan ingkung ayam dan makanan pendukung.

Umat Muslim pun bisa menjalankan ibadah salat di musala yang tak jauh dari Candi Moyodipo. Musala itu berdiri sejak 2004. Iswanto menuturkan selama ini tak pernah ada benturan. Pasalnya kelompok sadar wisata yang anggotanya berjumlah 65 orang itu, selalu menekankan kepada warga dan pengunjung agar saling menghormati perbedaan.  

Peneliti Indonesian Consortium for Religious Studies Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Masthuriyah Sa’dan mengatakan bangunan tempat ibadah di Pantai Ngobaran unik, karena mencerminkan pluralitas dan toleransi. Di satu lokasi pantai terdapat dua bangunan tempat ibadah dua agama. “Sangat jarang menemukan tempat yang seperti itu karena kondisi masyarakat Indonesia dewasa ini rendah toleransi,” kata dia.

Ratusan umat Hindhu dari seluruh Pura di Yogyakarta berjalan dengan membawa gunungan berisi hasil bumi menuju Pura Segara Ukir Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, Yogyakarta untuk melangsungkan Upacara Melasti, Gunung Kidul, Yogyakarta, 22 Februari 2016. Upacara Melasti biasanya diawali arak-arakan Pratima dengan gunungan yang diiringi seni jathilan, tetabuhan seni tektek. TEMPO/Pius Erlangga

Dia juga menghormati tempat-tenpat keramat, di antaranya petilasan untuk para peziarah karena menggambarkan keselarasan atau harmoni hidup antara manusia, alam, dan Tuhan. Petilasan menyimbolkan animisme dan dinamisme. Dia prihatin karena kalangan intoleran kerap melabeli ritual-ritual peziarah sebagai musyrik atau syirik. Kelompok intoleran ini melakukan aksi perusakan di sejumlah tempat.

Pada 2018, kelompok intoleran merusak upacara sedekah laut di Pantai Baru Kabupaten Bantul. "Padahal, ritual-ritual itu termasuk puncak keyakinan kepada yang tidak tampak atau Tuhan dalam wujud yang berbeda,” kata Masthuriyah yang juga pengunjung Pantai Ngobaran.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Libur Lebaran 2024: Kunjungi 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Religi di Kota Padang

16 hari lalu

Masjid Al Hakim yang memiliki model arsitektur mirip Taj Mahal India. TEMPO/Fachri Hamzah
Libur Lebaran 2024: Kunjungi 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Religi di Kota Padang

Kota Padang punya beberapa destinasi wisata religi antara lain Masjid Raya Sumatera Barat, Masjid Al Hakim, dan Masjid Raya Ganting. Ini istimewanya.


Destinasi Wisata Religi Saat Libur Lebaran di Bandung, Tentu Ada Masjid Al Jabbar dan Masjid Raya Bandung

19 hari lalu

Umat Islam yang melaksanakan Salat Idul Fitri di Masjid Raya Al Jabbar, Gedegage, Bandung, Jawa Barat, Sabtu 22 April 2023. Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1444 H pada Sabtu (22/4). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Destinasi Wisata Religi Saat Libur Lebaran di Bandung, Tentu Ada Masjid Al Jabbar dan Masjid Raya Bandung

Beberapa tempat wisata religi yang dapat dikunjungi di Bandung saat libur lebaran antara lain Masjid Al Jabbar dan Masjid Raya Bandung.


Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

23 hari lalu

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir saat diwawancarai tempo di Pesatren Diniyah Puteri Padang Panjang. TEMPO/Fachri Hamzah
Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

Menurut Haedar, maklumat yang disampaikan Muhammadiyah lebih awal tak bermaksud mendahului pihak tertentu dalam penentuan Idulfitri.


Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

30 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.


6 Wisata Religi Yogyakarta yang Bisa Dikunjungi saat Bulan Ramadan

35 hari lalu

Warga berjalan usai melaksanakan salat magrib di Masjid Gedhe Mataram, Kotagede, Yogyakarta, 13 Juni 2016. Masjid tertua di Yogyakarta ini yang dibangun sejak tahun 1587 dan menjadi pusat kegiatan beribadah saat Ramadan. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
6 Wisata Religi Yogyakarta yang Bisa Dikunjungi saat Bulan Ramadan

Yogyakarta memiliki berbagai destinasi wisata, termasuk wisata religi. Berikut rekomendasi wisata religi Yogyakarta yang wajib dikunjungi.


Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

37 hari lalu

Masjid Raya Sumatera Barat. Foto : Pemkot Padang
Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

Destinasi wisata religi di Sumbar banyak jumlahnya, antara lain Masjid Raya Sumatera Barat hingga surau tempat Buya Hamka menimba ilmu agama.


Unik, Arab Saudi Pakai Stempel Paspor Khusus untuk Merayakan Ramadan

45 hari lalu

Ilustrasi paspor. shutterstock.com
Unik, Arab Saudi Pakai Stempel Paspor Khusus untuk Merayakan Ramadan

Stempel ini juga berfungsi sebagai pengingat akan perjalanan wisatawan dan makna spiritual dari kunjungan mereka ke Arab Saudi selama Ramadan.


Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

51 hari lalu

Sejumlah penari meramaikan pawai ogoh-ogoh dan pawai budaya Jawa Barat di Cimahi, 10 Maret 2024. Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Cimahi menggelar pawai budaya dan pawai ogoh-ogoh sebagai bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi tahun caka 1946 atau 11 Maret 2024. TEMPO/Prima Mulia
Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

Kalimat rahajeng rahina Nyepi sering diucapkan saat Nyepi. Kalimat ini memiliki makna yang bagus. Lalu, apa arti rahajeng rahina Nyepi?


Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

57 hari lalu

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka meninjau Taman Balekambang Solo yang baru saja selesai direvitalisasi, pada H-1 pelaksanaan Pemilu 2024, Selasa, 13 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

Hal itu dilakukan setelah turunnya peringkat Kota Solo sebagai kota paling toleran di Indonesia.


Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

10 Februari 2024

Tradisi tuk panjang dalam menyambut perayaan Imlek yang berlangsung di kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (8/2/2024). (ANTARA/Pemkot Semarang)
Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

Tradisi tuk panjang biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah orang paling tua, tetapi di Semarang dilakukan di jalanan menjelang Imlek.