TEMPO.CO, Jakarta - Mondar mandir wisatawan dunia tak bisa dipungkiri menyumbang polusi karbon. Pesawat, bus, taksi, hingga kapal pesiar menyumbang karbon yang berefek pemasanan global alias global warming.
Itulah yang membuat pebisnis tur Rick Steves tak enak hati atas bisnisnya. Ia pun mengumpulkan uang sejumlah US$ 1 juta untuk permasalahan tersebut. Mengutip Travel + Leisure, Rick Steves ingin mendukung organisasi nirlaba yang menyuarakan perubahan iklim melalui advokasi pemerintah dan kerja di lapangan.
Menurut dia, hal itu dianggap cukup tepat bila dibandingkan dengan membeli karbon pengimbang (carbon offset). Ia lebih mempertimbangkan aspek filantropi. Semisal, membantu petani di negara berkembang untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.
“Sambil menggunakan pertanian dan teknik kehutanan yang cerdas iklim,” kata Rick Steves. "Kami berharap bisa meninjau dan menilai kembali daftar organisasi yang kami dukung setiap tahun.”
Mengutip The Travel, bahwa tahun ini, Rick Steves menyumbang untuk 11 organisasi. Hal itu untuk mendorong pertanian berkelanjutan, reboisasi, dan pendidikan iklim. Pengumuman Steves bertepatan dengan kesadaran publik tentang biaya lingkungan dari dampak penerbangan pesawat, yang disoroti oleh para aktivis seperti Greta Thunberg.
Steves akan menyumbangkan US$1 juta dari keuntungan perusahaan tur miliknya. Hal itu semacam pajak karbon yang dikenakannya sendiri. Rick Steves mafhum bahwa tak mungkin pula mengurangi aktivitas bepergian dalam tur. Ia menganggap mengurangi perjalanan pun tak benar sebagai solusi.
Pebisnis tur Rick Steves menyumbang untuk 11 organisasi yang bergerak di bidang lingkungan sebesar US$1 juta. Foto: Portland Press Herald/Getty Images
"Perjalanan bukan hanya rekreasi, tetapi juga kesempatan penting untuk memperluas perspektif dan memanusiakan manusia dengan budaya yang berbeda,” katanya.
Steves mengamati dampak perubahan iklim di Eropa. Ia mencontohkan di antaranya Swiss memasang mesin pembuat salju. Kemudian, Jerman diguyur hujan pada musim panas.
Namun, tak cuma hal itu, ia pun menyoroti permasalahan para petani di negara berkembang. Ia menganggap konsekuensi yang dialami lebih pelik. Karena pencaharian para petani tergantung dengan cuaca yang stabil.
TRAVEL + LEISURE | THE TRAVEL